Tayangan televisi untuk anak-anak tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan film kartun di dalamnya. Hal tersebut terjadi karena film kartun merupakan salah satu jenis tayangan yang sangat populer di lingkungan anak- anak bahkan tidak sedikit orang dewasa yang menyukai film ini.
Biasanya cerita-cerita yang tersaji dalam kartun bertema kehidupan sehari-hari ini adalah pengalaman sehari-hari anak-anak di lingkungannya, bisa berupa kenakalan-kenakalan dalam permainan, peristiwa di sekolah, kejadian di seputar rumah sang tokoh, atau kehidupan semua tokohnya dalam pergaulan sosial di lingkungannya.
Meskipun ide umum
cerita berupa kejadian sehari-hari yang nyata, bukan berarti tidak ada
kemungkinan untuk menggali cerita yang bersifat khayal dalam film kartun. Hal
ini tentunya berdasarkan segmen khalayak yang dipasarkan dalam film kartun
adalah anak-anak yang sangat suka berfantasi atau berkhayal, sehingga tokoh dan
alur cerita yang khayal mempunyai kemungkinan untuk tersaji. Namun demikian,
tema sentralnya tetap nyata (tidak fiktif).
Berbagai tayangan
kartun yang hadir di layar kaca di Indonesia masih didominasi oleh film yang
berasal dari luar negri. Beberapa di antaranya adalah Batman, Superman, Tom and
Jerry, Sponge Bob, dsb. Begitu pula film kartun Jepang, seperti Doraemon,
Sailoor Moon, Dragon Ball, Crayon Shinchan, dst.
Jika kita perhatikan,
di beberapa film kartun yang bertemakan kepahlawanan tersebut pemecahan masalah
tokohnya cenderung dilakukan dengan cepat dan mudah melalui tindakan kekerasan.
Cara-cara seperti ini relatif sama dilakukan oleh musuhnya (tokoh antagonis).
Ini berarti tersirat pesan bahwa kekerasan harus dibalas dengan kekerasan,
begitu pula kelicikan dan kejahatan lainnya perlu dilawan melalui cara-cara
yang sama. Hal tersebut tentunya dapat menimbulkan daya khayal yang akan timbul
pada pikiran anak-anak tersebut dan berdampak negatif terhadap audience yang
kebanyakan adalah anak- anak.
Banyaknya tayangan
kartun di telivisi yang tentunya banyak digemari oleh anak- anak membuat
khawatir masyarakat terutama orang tua. Kekhawatiran orang tua tersebut
disebabkan karena kemampuan berpikir anak masih relatif sederhana. Mereka masih
cenderung menganggap apa yang ditampilkan di televisi sesuai dengan kejadian
yang sebenarnya. Mereka juga masih sulit memilah-milah perilaku yang baik
sesuai dengan nilai dan norma agama dan kepribadian. Adegan kekerasan,
kejahatan, konsumtif, termasuk perilaku seksual di layar televisi diduga kuat
berpengaruh terhadap daya khayal anak.
Beberapa ahli psikologi
menegaskan bahwa perilaku manusia pada hakekatnya merupakan proses interaksi
individu dengan lingkungannya. Sikap dan perilaku itu dapat di bentuk melalui
proses pembiasan dan pengukuhan lingkungan. Jika dilihat dari masalah ini,
pembiasan pembiasan dan pengukuhan lingkungan anak dapat dibentuk melalui
tayangan televisi yang sesuai dengan nilai, norma, dan kerpribadian bangsa.
Karena saat ini tayangan televisi setiap saat bisa ditonton anak-anak.
Tayangan televisi
berupa film kartun yang di tayangkan di berbagai televisi swasta di Indonesia
dapat dikatakan tidak layak ditonton oleh anak- anak. Hal ini terjadi karena
memang ada beberapa contoh tayangan kartun yang memang mamiliki efek negatif
bagi anak-anak, diantaranya adalah :
1. Crayon shinchan, Film animasi yang diputar RCTI ini begitu dikenal anak-anak. Dalam versi
komik volume 1, digambarkan orang tua Shinchan sedang (maaf) menyalurkan
hubungan biologis tanpa mengunci pintu kamar. Shinchan yang terbangun mau buang
air kecil, tanpa sengaja masuk ke kamar orang tuanya dan melihat adegan itu.
“Main gulat diam-diam saja, saya juga mau,” kata anak yang konon berusia 5
tahun ini. “Iya, ini main gulat,” sang ibu terpaksa membohongi anaknya demi
menghindari malu. Shinchan juga sering berkomentar seputar hal-hal yang tidak
seharusnya di katakan oleh anak-anak seumurannya.
Hal-hal semacam itu
tersaji sebab sebenarnya Crayon Shinchan memang untuk konsumsi orang dewasa.
Tidak dapat di bayangkan apabila anak-anak kecil memiliki pandangan lain
terhadap adegan- adegan fulgar yang ada di dalam film tersebut, maka aksi
pornografi dan penyimpangan seks di kalangan anak dapat saja terjadi.
2.
SpongeBobs, Kartun yang menjadi faforit anak-anak ini bagi orang yang kurang
memperhatikannya mungkin terasa lucu dan konyol, namun hal tersebut dapat berakibat buruk bagi anak- anak. Pada satu episode tertentu menceritakan bahwa Spongebob dan Ptrick
sedang bermain dan mendengar suara seekor kerang. Karena merasa kasihan
akhirnya mereka memutuskan untuk merawatnya dan menjadikan kerang tersebut
sebagai anak. Spongebob berperan menjadi ibu yang mengurus anak yaitu kerang
dan Patrick berperan menjadi ayah.
Spongebob yang berperan menjadi ibupun juga mengenakan pakaian layaknya seorang
wanita. Dan ketika mereka pergi
jalan-jalan bersama anak mereka (kerang) mereka bersikap biasa walaupun
orang-orang melihat mereka dengan pandangan yang aneh. Hal tersebut mengajarkan
suatu sikap yang menyimpang yaitu cinta sesama jenis yang sedang hangat menjadi
perbincangan atau yang bisanya disebut LJBT.
3. Tom and Jerry, film kartun ini di tayangkan di TPI. Dalam film ini, Tom dan Jerry selalu
bermusuhan, dan tidak jarang mengandung kekerasan di dalamnya. Contohnya adalah
ketika Jerry sedang dikejar- kejar oleh Tom, tiba- tiba Jerry menemukan pisau
dan langsung menusukkaan pisau tersebut kepada Tom. Selain terdapat kekerasan,
film ini mengajari anak- anak untuk selalu bermusuhan terhadap temanya, seperti
Tom dan Jerry yang tidak pernah akur.
4. Doraemon, film kartun ini biasa di tayangkan di RCTI setiap hari minggu. Film
kartun ini sudah sangat lama muncul di layar kaca pertelevisian kita. Film
kartun ini juga di anggap berbahaya bagi anak- anak karena terdapat hal- hal
yang sangat tidak masuk akal di dalamnya. Dalam berbagai episodenya, banyak
dikisahkan bagaimana Doraemon menemukan berbagai kekuatan ajaib dari kantungnya
untuk memecahkan masalah yang dihadapi Nobita.
Sikap malas dan selalu ingin mendapatkan kemauannya tanpa kerja keras
yang dimiliki Nobita membuat banyak anak beranggapan bahwa segala sesuatu yang
ada di dunia ini dapat dengan mudah ia dapatkan apabila ia memiliki teman
seperti Doraemon atau memiliki kantong ajaib seperti kantong yang dimiliki oleh
doraemon. Dan masih banyak lagi kartun-kartun yang mempengaruhi daya khayal
anak yang harus diwaspadai.
Oleh sebab itu
handaknya orang tua mendampingi sewaktu anak sedang menonton televisi sangat
diperlukan, seiring banyaknya tayangan seperti film kartun yang mengandung
kekerasan. Orang tua dapat mengingatkan kepada anak-anaknya apabila terdapat
adegan yang tidak boleh ditiru, jadi anak-anak juga dapat belajar bagaimana
membedakan perilaku yang baik dan jelek. Anak-anak tidak asal menirukan apa
yang sudah ditontonnya. Orang tua dapat mengatur jadwal menonton televisi
anak-anaknya sehingga dapat menfilter tayangan yang tidak pantas untuk ditonton
oleh anak-anak. Stasiun televisi juga tidak asal menayangkan film yang tidak
pantas ditonton oleh anak-anak. Mereka harus menayangkan film-film yang pantas
ditonton oleh anak-anak pada jam yang tepat.
Writted by : Azizah Na'imah
0 komentar:
Posting Komentar