BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Hedonisme
adalah suatu pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan
materi adalah tujuan utama hidup. Saat ini, budaya hedonisme sudah menjadi
propaganda barat yang sukses dan mengakar dalam
jiwa-jiwa remaja. Namun
ironisnya, mereka para pemuja kesenangan dunia semata
, tak menyadari bahwa hal yang mereka lakukan adalah perilaku hedon. Oleh sebab itu, paham ini memberikan kontribusi negatif terhadap idiologi para remaja yang membuat mereka berani menghalalkan segala cara demi tercapainya kesenangan, dan menjadikan remaja saat ini memiliki mental yang lemah disertai dengan pemikiran yang sempit.
, tak menyadari bahwa hal yang mereka lakukan adalah perilaku hedon. Oleh sebab itu, paham ini memberikan kontribusi negatif terhadap idiologi para remaja yang membuat mereka berani menghalalkan segala cara demi tercapainya kesenangan, dan menjadikan remaja saat ini memiliki mental yang lemah disertai dengan pemikiran yang sempit.
Manusia sangat antusias dengan hal-hal yang
baru. Daya pikatnya luar biasa sehingga ada kecenderungan untuk memilih lebih baik hidup enak, mewah, dan serba
berkecukupan tanpa bekerja keras. Seolah
titel “remaja yang gaul dan funky” adalah predikat yang harus
diraih dan baru melekat bila mampu
memenuhi standar tren saat ini. Sikap
dan sifat inilah yang kini dikenal dengan istilah “Budaya Hedonisme”.
Jika kecenderungan hedonisme ini
terlalu berlebihan dan tidak dikekang, maka seseorang akan terjerumus pada
kecenderungan untuk bersenang-senang belaka dan berusaha untuk meraih
kesenangan tersebut dengan menghalalkan segara cara serta keluar dari
norma-norma moral.
Hedonisme terjadi karena adanya perubahan
perilaku pada masyarakat yang hanya menghendaki kesenangan. Perilaku tersebut
lama kelamaan mengakar dalam kehidupan masyarakat termasuk para remaja yang
pada akhirnya menjadi seperti sebuah budaya bagi mereka tingkat pengetahuan dan
pendidikan juga sangat berpengaruh pada pembentukan sikap mental para remaja.
Tapi sayangnya kadang semua hal itu terkalahkan dengan rendahnya cara berfikir
mereka dalam menyikapi berbagai persoalan. Banyak diantara para remaja yang
melarikan diri dari masalah dengan berhura-hura. Kebiasaan seperti inilah yang
kemudian menjadi kebudayaan di kalangan remaja. Berangkat
dari masalah ini, penulis ingin memaparkan pengaruh budaya hedonisme terhadap
remaja.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Apa pengaruh budaya hedonisme terhadap remaja?
Bagaimana solusi mengahadapi
budaya hedonisme?
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui pengaruh budaya
hedonisme terhadap remaja
Untuk mengetahui solusi menghadapi
budaya hedonisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
HEDONISME
Hedonisme adalah suatu paham aliran filsafat Yunani yang bertujuan
untuk menghindari kesesatan atau, kesakitan atau penderitaan dan menikmati
kebahagiaan sepuas mungkin selama hidupnya dalam kehidupan duniawi ini. [1]
Beberapa pengertian hedonisme
a.
Kamus
Indonesia Wikipedia
Hedonisme
berasal dari dua kata yang berbeda, “hedon” (pleasure) dan “isme”. Diartikan
sebagai paradigma berfikir yang menjadikan kesenangan sebagai pusat tindakan (any
way of thinking that give pleasure a central role ).
b.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI edisi ke tiga, tahun 2001)
Diartikan
sebagai pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi menjadi
tujuan utama dalam hidup.
c.
Kamus
Babylonia
“Hedonisme adalah sebuah paham yang menganggap
bahwa kesenangan adalah tujuan segala sesuatu, atau bisa diartikan dengan “Just
For Fun” .
d.
Kamus Collin Gem (1993), dinyatakan bahwa
hedonisme adalah doktrin yang menyatakan kesenangan adalah suatu hal yang
penting dalam hidup.
Dari beberapa pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa
hedonisme merupakan sebuah doktrin (filsafat etika) yang berpegangan bahwa
tingkah laku itu digerakkan oleh keinginan atas hasrat terhadap kesenangan dan
menghindar dari segala penderitaan.
Karakteristik
Hedonisme
a. Hedonisme Egoistis
Hedonisme Egoistis
yaitu hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal mungkin.
Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu yang lama dan
mendalam.
b. Hedonisme Universal
Hedonisme Universal
yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme kesenangan
maksimal bagi semua, bagi banyak orang.
2.2 SEJARAH HEDONISME
Hedonisme merupakan filsafat Yunani yang muncul sekitar tahun 433
SM dengan bertujuan untuk mendokrinasi fikiran manusia agar menjadikan
kesenangan sebagai pegangan hidup dan menghindari penderitaan.
Pada awalnya hedonisme adalah sebuah konsep filsafat etika dan
mempunyai arti positif. Yaitu beranggapan bahwa kesenangan bukanlah sesuatu
yang didasari kesenangan akan tetapi kesejahteraan dan kebahagiaan karena orang
yang senang belum tentu bahagia.
Ketika kekaisaran romawi menguasai daratan Eropa dan Afrika,
pengertian tersebut berubah menjadi konotatif. Dengan menggunakan semboyan baru
yaitu Cerpe Diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi masih hidup).
Penekanan terhadap penganutnya untuk melakukan kesenangan sebanyak mungkin
karena hidup hanya sekali.
Ada dua filosof Yunani yang tidak bisa dikesampingkan yang dinilai
mempunyai peranan signifikan dalam pembangungan madzhab hedonisme, yaitu Aristippos (435-355 SM) dan
Epicuros of samus (341-270 SM). Aristippos
dianggap sebagai pendiri hedonisme yang merupakan murid terdekat
Sokrates. Sedangkan Epicuros terkenal dengan ajaran dan prinsipnya yang dikenal
dengan ajaran Epicureanisme. Menurut Epicuros, kesenangan yang paling tinggi
adalah tranquility (kebahagiaan dan kesejahteraan dari rasa takut) yang hanya
bisa diperoleh dari pengetahuan (knowledge), persahabatan (friendship)
dan hidup sederhana (virtuous and temperate life). Ia juga
mengajarkan dalam ajarannya untuk tidak boleh mencari kesenangan secara
berlebihan dalam hasrat jasmaniah (bodily desires). Oleh sebab itu,
Epicuros menganjurkan untuk hidup sederhana (enjoyment of simple pleasure). Sayangnya,
Epicuros tidak menjelaskan social etikanya secara panjang lebar. Dan mengalami
kebuntuan. Kebuntuan tersebut berakhir sampai ajaran ini berubah menjadi
konotatif dari ajaran semula.
Hedonisme diawali karena pertanyaan filsafat sokrates yang
menanyakan hal yang terbaik yang dapat menjadi tujuan akhir manusia. Lalu
Aristippos dari Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik
bagi manusia adalah kesenangan. Aristippos menjelaskan bahwa manusia sejak
kecil selalu mencari kesenangan dan jika tidak dapat mencapainya, maka mereka
akan mencari sesuatu yang lain lagi yang bisa membuat senang. Pandangan tentang
“kesenangan” (hedonisme) kemudian dilanjutkan seorang filusuf Yunani lain yang
bernama Epicuros, (3434-270 SM). Menurutnya, tindakan manusia yang mencari
kesenangan adalah kodrat alamiah. Meskipun
demikian, hedonisme Epikurean lebih luas karena tidak hanya mencakup
kesenangan badani (jasad) saja seperti Kaum Aristippos -, melainkan terbebasnya
jiwa dari keresahan dan kesengsaraan.
Kesenangan menurut
Aristoppus bersifat badani (gerak dalam badan).
Kemudian membagi gerakan menjadi tiga kemungkinan :
a.
Gerak
kasar, yang menyebabkan ketidaksenangan seperti rasa sakit.
b.
Gerak
halus, yang membuat kesenangan.
c.
Tiada
gerak, yaitu sebuah keadaan netral seperti kondisi saat tidur.
Aristippus melihat kesenangan sebagai hal aktual, artinya
kesenangan terjadi kini dan disini. Kesenangan bukan sebuah masa lalu atau masa
depan. Menurutnya, masa lalu hanya ingatan akan kesenangan (hal yang sudah
pergi) dan masa depan adalah hal yang belum jelas. Kesenangan yang dijunjung
tinggi oleh Aristoppus memiliki batasan berupa pengendalian diri. Namun bukan
berarti meninggalkan kesenangan. Misalnya, jika seseorang ingin mencapai nikmat
sepuasnya dari kegiatan seperti makan bukan dengan menyantap makanan dengan
sebanyak-banyaknya tetapi harus dibarengi dengan pengendalian diri agar
mencapai kenikmatan yang sebenarnya.
Asumsi awal dari faham ini adalah manusia selalu mengejar
kesenangan hidupnya, baik jasmani atau ruhani. Pencetus faham ini Aristipos dan
Epikuros. Tujuan paham aliran ini untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati
kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Mereka melihat bahwa
manusia melakukan setiap aktivitas pasti untuk mencari kesenangan dalam
hidupnya. Dua filosof ini menganut aliran yang berbeda. Jika Aristipos lebih
menekankan kepada kesenangan badan atau jasad seperti makan, minum, dan
lain-lain. Sedangkan Epikuros lebih menekankan kepada kesenangan ruhani seperti
bebas dari rasa takut, cemas khawatir, panik, bahagia, gembira, tenang batin,
dan lain-lain. Namun, kedua-duanya berpendapat sama yaitu kesenangan yang
diraih adalah kesenangan yang bersifat pribadi, (egoisme) tapi diperlukan juga
aspek lain yaitu pengendalian diri.
Kala
itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya, penganut
paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan.
Mereka menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup sederhana agar
mendapat kebahagiaan sejati.
2.3 DAMPAK-DAMPAK DARI BUDAYA HEDONISME
Pada dasarnya, setiap kesenangan bisa dinilai baik, tapi setiap
kesenangan itu tidak harus dimanfaatkan secara berlebihan. Dalam hal ini,
Epicuros mengajukan perbedaan dari tiga macam keinginan yaitu: keinginan
alamiah yang perlu seperti makanan, keinginan alamiah yang tidak perlu seperti
makanan yang istimewa, dan keinginan yang sia-sia seperti kekayaan. Hidup yang
baik adalah memenuhi keinginan alamiah yang perlu semacam pola hidup sederhana
sebagaimana anjuran dari Epikuros. Orang yang bijaksana akan berusaha untuk
sebisa mungkin terlepas dari keinginan. Dengan demikian manusia akan mencapai
ketenangan jiwa atau keadaan jiwa yang seimbang yang tidak membiarkan diri
terganggu oleh hal-hal lain.
Kesenangan yang berlebihan tanpa melihat orang-orang disekitar
sepertinya sudah mulai nampak di Indonesia. Sudah banyak masyarakat di
Indonesia tidak lagi mempedulikan budaya silaturahim antara individu satu
dengan individu yang lainnya, padahal budaya Indonesia sudah sangat terkenal
dengan keramahannya dengan masyarakat lain. Dan salah satu penyebab dari
masalah ini adalah pengaruh hedonisme. Hedonisme adalah pandangan hidup bahwa
kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan utama. Jadi bisa dikatakan bahwa para
penganut hedonisme ini lebih mementingkan kesenangannya, tidak lagi peduli oleh
orang yang berada disekitar mereka, karena yang terpenting buat mereka adalah
kesenangan. Salah satu contoh hedonisme seperti berfoya-foya dan hura-hura.
Dalam prospektif hedonisme para penganut hedonisme kebanyakan dari kalangan menengah
ke atas, karena dalam melampiaskan kesenangannya pasti uang yang mereka
keluarkan sangat banyak, tapi mereka tidak begitu mempedulikannya karena yang
terpenting bagi penganut hedonisme adalah kesenangan dan kepuasan.
Saat ini, budaya hedonisme sudah menjadi propaganda yang sukses dan
mengakar dalam jiwa-jiwa remaja. Namun ironismya lagi, para remaja tak
menyadari hal yang mereka lakukan adalah prilaku hedon. Oleh karena itu, paham
ini memberikan kontribusi negatif terhadap ideologi para remaja/generasi muda
yang berani membuat mereka berani menghalalkan segala cara demi tercapainya
kesenangan dan menjadikan remaja saat ini memiliki mental lemah disertai dengan
pemikiran yang sempit.
Ada beberapa dampak buruk paham hedonisme
diantaranya;
1.
Pergaulan bebas
Pengikut paham hedonisme dapat
terjebak dalam pergaulan dan mereka selalu berada dalam dunia malam. Seperti
clubbing, pesta narkoba, dan seks bebas.
a.
Sex bebas
Free sex atau seks bebas merupakan dampak dari hasil budaya
hedonisme. Bagi penganut hedonisme, menganggap seks bebas hanya perbuatan biasa, karena mereka sudah
tidak lagi memikirkan salah atau benar,
tapi yang mereka pikirkan hanyalah kepuasan dirinya sendiri. Ironisnya, pada
diri mereka sudah tidak ada lagi rasa malu, bahkan mereka merasa bangga apabila
sudah melakukan perbuatan yang diharamkan oleh agama (perbuatan zina), kemudian
divideokan dan menyebarkannya melalui internet. Perbuatan tersebut sungguh
tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia, karena bangsa Indonesia menganut
adat istiadat timur yang menganggap seks sebagai hal yang sakral.[2]
b.
Narkoba
Narkotika dan obat-obatan berbahaya, tidak lain adalah bom waktu
yang siap menghancurkan generasi-generasi penerus. Hal ini terbukti dari
beberapa informasi yang menyatakan bahwa para siswa SD pun sudah mulai
mengkonsumsi zat haram tersebut. Lalu bagaimana nasib masyarakat kita nantinya
jika para generasi muda telah mengalami ketergantungan pada narkoba? Namun,
tidak hanya kalangan para pelajar saja yang mengalami hal demikian. Narkoba memang
sudah menjadi gaya hidup bagi kebanyakan orang. Mulai dari kalangan penjabat,
pengusaha, artis, seniman dan pengangguran. Alasan mereka mengkonsumsi barang
haram tersebut adalah untuk mencari kenikmatan dan kesenangan. Narkoba menjadi
barang pelarian dari setiap masalah yang mereka hadapi. Tujuannya agar mereka
tidak dirundung kesedihan dan akhirnya diliputi dengan suasana senang dan
nikmat.
2.
Tawuran
Saat ini tawuran sudah menjadi tren di kalangan sebagian remaja.
Mereka merasa senang sekali jika melakukan perbuatan anarkis, memperdaya dan
menganiaya orang lain. Dalam dirinya sifat empati dan simpati sudah hilang.
Apalagi sikap saling menghargai dan solidaritas. Hal ini disebabkan karena
mereka selalu mempertimbangkan untung dan rugi dalam bersosialisasi dan
bermasyarakat.
3.
Musik
dan Seni
Dunia sepertinya sepi tanpa musik dan kehidupan seakan hampa tanpa
seni, itulah beberapa ungkapan para musisi dan seniman serta para penikmatnya.
Konser-konser musik digelar di setiap kota, namun tak jarang konser musik
berlangsung banyak korban yang berjatuhan karena berdesak-desakkan saat mereka
asyik menikmati alunan musik sang idola. Banyak di antara korban meninggal
dunia. Namun, peristiwa demi digelar walaupun bahaya maut menjadi taruhan.
Musik dan seni sudah menjadi hal yang penting dalam kehidupan para hedonis.
Jiwa dan perasaan mereka semakin nikmat dan melayang jika mendengarkan musik.
Pahat-pahatan patung menjadi alat untuk dinikmati. Padahal boleh jadi
patung-patung tersebut adalah tokoh kaum kafir atau setidaknya menonjolkan
unsur pornografi. Manusia telanjang dan aktivitas-aktivitas seksual ditampilkan
dalam sejumlah karya seni paleolitik, seperti patung venus. Tidak jarang kita
melihat lukisan-lukisan telanjang terpampang namun mereka menganggap sebagai
karya seni yang patut dihargai.
4.
Pariwisata
Salah satu upaya untuk menyalurkan kesenangan ialah dengan
berwisata. Pada dasarnya seseorang boleh-boleh saja berwisata selama
kreativitas tersebut tidak melanggar nila-nilai syar’i. adapun yang sering jadi
pembahasan saat ini adalah tempat-tempat wisata serta kreativitasnya yang
senantiasa menjurus kepada kemaksiatan. Banyak tempat wisata terkadang menjadi
area yang tepat untuk pesta narkoba dan miras. Biasanya mereka melakukan hal
tersebut di tempat-tempat penginapan. Mulai dari hotel yang bertarif murah
sampai hotel-hotel mewah, ditawarkan berbagai layanan kepada para pengunjung
bebas melakukan apapun. Mereka yang sering melakukan hubungan seks adalah para
pekerja industri pariwisata, supir, wisatawan lokal, wisatawan asing yang
berbisnis serta tinggal di Bali. Biasanya para pekerja seks tersebut menyamar
sebagai pemandu wisata illegal, pedagang asongan pegawai salon kecantikan, penyewa papan
selancar dan penjual makanan serta minuman.
5.
Perfilman
Acara-acara yang disuguhkan kepada masyarakat kerap tidak pernah
terlepas dari prilaku hedonis. Tidak hanya di layar kaca, kehidupan selebriti
pun sangat kental dengan budaya hedonisme. Kehidupan glamour senantiasa melekat
dalam keseharian para bintang film. Penayangan tindakan kekerasan dan seksual
di media-media masa, televisi, telah menyebabkan masyarakat negeri ini dilanda
gelombang kejahatan. Kondisi ini memprihatinkan dan membahayakan bagi generasi
muda, karena adegan-adegan kekerasan seringkali ditiru. Dengan kata lain, film
dan acara-acara televisi yang ditayangkan adalah jalan yang sangat mulus dalam
upaya penyebaran budaya hedonisme dan kebebasan.
Tak terasa, tapi efeknya tak terduga, paham hedonisme terus
berlangsung dan merasuk ke dalam benak masyarakat terutama pada remaja tanpa ada tindakan pencegahan. Sebagaimana
salah satu contoh kasusnya adalah acara-acara hedonisme yang berkedok mencari
bibit-bibit penyanyi berbakat. Acara ini sangat diminati terutama para
remaja.
Bila dilihat secara jeli ternyata acara tersebut menawarkan gaya hidup
yang tidak jauh dari konsep Hedonisme. Acara ini tentunya membutuhkan biaya
yang banyak untuk memfasilitasi para kontestannya, tapi bila melihat keadaan
bangsa kita yang sedang berantakan ekonominya, dapat disimpulkan ada dua
kondisi yang kontradiksi, disatu sisi lain keadaan perekonomian bangsa sedang
krisis tapi acara menghambur-hamburkan uang semakin marak. Aneh memang, banyak
warga Indonesia yang miskin, tidak punya rumah, gedung sekolah yang hampir
roboh, tunjangan pegawai yang kecil, dan jumlah pegangguran yang membludak,
tapi hal ini tidak membuat para peserta acara yang sebagian besar adalah remaja
tersebut prihatin atau menangis tersedu-sedu, mereka malah sedih dan
mengeluarkan air mata bila rekan seperjuangannya tereleminasi. Nampak jelas
sikap egoisme dan sikap mengejar kesenangan pribadi mereka. Ini adalah bukti
hedonisme yang banyak menjadi impian anak-anak muda di negeri seribu satu
masalah ini.[3]
6.
Individualisme
Orang
yang sudah terkena penyakit hedonisme cenderung tidak memerlukan bantuan orang
lain. Mereka merasa sudah mampu hidup sendiri, tetapi kenyataannya tidak
begitu. Manusia merupakan mahluk sosial.
7.
Matrealistis
Merupakan
bagian dari budaya hedonisme yang merasa tidak puas dengan sesuatu yang sudah
dimilikinya. Dan selalu iri jika melihat orang lain.
8.
Pemalas
Malas
merupakan akibat yang ditimbulkan dari budaya hedonisme, karena mereka selalu
menyia-nyiakan waktu. Manusia menjadi tidak menghargai waktu. Kurangnya
kesadaran dalam mempergunakan waktu, komunitas, dan pergaulan.
9.
Tidak Bertanggung Jawab
Menjadi
individu yang tidak bertanggung jawab terutama kepada dirinya sendiri, seperti
menyia-nyiakan waktu, dan mementingkan kesenangannya saja.
10.
Konsumtif & Boros
Hedonisme
cendurung konsumtif, karena menghabiskan uang untuk membeli barang-barang
yang hanya untuk kesenangan semata tanpa didasari kebutuhan.
Menghambur-hamburkan uang untuk membeli berbagai barang yang tidak penting,
hanya untuk sekedar pamer merk/ barang mahal.
11.
Tidak disiplin
Tidak menghargai
waktu, seperti jika ada janji dengan orang lain cenderung mengabaikannya, dan
lebih mementingkan waktu untuk dirinya sendiri.
12.
Korupsi
Memperkaya
diri sendiri, tetapi menggunakan cara yang melanggar hukum, yaitu memeras baik
fisik maupun materi orang lain yang hanya untuk memenuhi kebutuhnnya sendiri.
13.
Plagiat
Plagiat
disini cenderung meniru gaya-gaya berpakaian, gaya berdandan atau fashion orang
lain. Sehingga tidak kreatif.
14.
Diskriminasi
Sikap
membedakan stratifikasi sosial, dan merasa bahwa dirinya lebih tinggi
atau berbeda kelas serta golongan dari orang lain.
2.4
SOLUSI MENGATASI BUDAYA HEDONISME
Untuk mengantisipasi dampak negative budaya hedonisme bagi remaja
maka perlu untuk melakukan cara atau sousi yaitu:
1.
Pentingnya
kearifan dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam konsumerisme.
2.
Menerapkan
pola hidup sederhana adalah salah satu pilihan alternative untuk membasmi
budaya hedonisme di kalangan remaja. Kegiatan sehari-hari diperlukan untuk
mengatur keuangan remaja agar pendapatan yang biasanya berasal dari orang tua
tidaklah kecil daripada pengeluaran. Pasalnya dengan menerapkan pola hidup yang
sederhana, orientasinya lebih akurat serta tidak terlalu memberatkan
fikiran Pola hidup sederhana juga
memberi pengaruh yang signifikan terhadap pergaulan remaja dengan remaja
lainnya, karena di pandang sangat supple dalam bergaul dan tidak
memandang lawan bergaul dari segi apapun. Itulah alasan pola perilaku sederhana
itu sangat berpengaruh terhadap penghapusan hedonisme dalam kalangan remaja.
3.
Adanya
kedewasaan dalam berfikir sehingga remaja dapat membentengi diri dari pola
hidup hedonisme terutama konsumerisme.
4.
Dalam
memilih barang remaja perlu membuat skala prioritas dalam berbelanja sehingga
dapat membedakan barang yang benar-benar diperlukan dengan barang-barang yang
diinginkan namun tidak diperlukan.
5.
Tidak
memilih gaya hidup hedonisme, karena gaya hidup ini tidak akan pernah
membentengi kepuasan dan kebahagiaan ibarat minum air garam, makin diminum
makin haus. Bagi yang belum terlanjur menjadi pengidola hedonisme maka
segeralah balik kiri, berubah seratus delapan puluh derajat. Bahwa kebahagiaan
hidup ada pada hati yang bening, saatnya bagi kita kembali untuk menyuburkan
akar-akar spiritual kembali ke jalan Ilahi, tumbuhkan jiwa peduli pada sesama –
buang jauh-jauh karakter selfish (mementingkan diri sendiri), dan miliki multi
kekuatan – kuat otak, kuat otot, kuat kemampuan berkomunikasi, kuat beribadah,
kuat mencari rezeki.
6.
Kritis Dalam Bertindak dan Bertingkah Laku
Menjadi remaja
yang kritis dan peka terhadap lingkungan adalah bukan sebuah pilihan, melainkan
sebuah keharusan. Karena dengan kita menjadi remaja yang kritis kita mampu
mengkaji serta mengambil tindakan yang tepat dan efisien dalam menghadapi
masalah-masalah yang menghadapi kita. Dengan begitu paradigma berfikir remaja
akan menjadi sebuah praktek yang nyata dan bukan menjadi sebuah wacana belaka.
Maka dengan begitu pula secara tidak langsung kita dapat memarginalkan
hedonisme didalam kehidupan remaja dan beralih kepada perilaku-perilaku yang
positif serta dapat membantu sesama dengan keikhlasan dan keyakinan yang teguh
akan perubahan.
7.
Kontrol Pengeluaran Bahan Produksi
Pengeluaran
bahan produksi disini maksudnya adalah modal yang berbentuk materil maupun non
materil, bahan materil disini maksudnya seperti uang, sedangkan bahan produksi
yang non materil itu berupa selain dari uang seperti tenaga dan alat
transportasi. Lalu bagaimanakah cara kita mengontrol bahan produksi tersebut
dalam kehidupan kita sehari-hari dalam masyarakat kampus maupun masyarkat di
luar kehidupan kampus? Jawabannya ada pada paradigma berfikir remaja itu
sendiri. Disinilah praktek nyata dari acuan berfikir seorang remaja itu dalam
mengontrol segala yang menjadi perioritas utamanya. Maka secara tidak langsung
sifat hedonisme itu dapat di cegah oleh remaja
itu dengan mengontrol dan memikirkan
secara ilmiah tentang segala resiko yang akan ddiambil kelaknya.
Pada intinya pencegahan hedonisme
dalam remaja itu terletak pada keyakinan (trust) yang teguh serta praktek yang
nyata dari remaja itu sendiri. Itu lah beberapa cara yang mungkin dapat
meminimalisir budaya hedonis itu timbul dalam dunia remaja.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Hedonisme di kalangan remaja telah berkembang pesat mengikuti
perkembangan zaman. Pola pikir yang hanya mementingkan kesenangan saja membuat
para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan yang kadang tidak realistis. Bagi
mereka yang penting senang, senang dan senang. Tak mau bersakit-sekit dulu,
tapi yang mereka inginkan hanya senang-senang selalu, itulah motto yang banyak
dipakai para remaja untuk menikmati hidup ini. Dengan terlalu mendewakan
kesenangan, duniawi, akan membuat seseorang kehilangan arah hidupnya sehingga
dapat menimbulkan kemiskinan karena terlalu menghamburkan materi demi
kesenangan semata. Keberhasilan mencapai tujuan inilah yang kemudian membuatnya
nikmat atau puas.
Remaja merupakan individu
yang mudah berubah akibat adanya moderenisasi. Hal ini dikarenakan remaja
berada pada masa transisi dari kehidupan anak-anak ke masa dewaa yang ditandai
dengan perubahan dan perkembangan yang pesat baik dari segi fisik maupun psikis
(Monks dkk, 1999). Dapat dikatakan bahwa perjalanan masa kanak-kanaknya telah
mengantar ke sebuah pintu usia remaja menjadi sosok individu yang berbeda
berdasarkan perasaan dan cara pandang baru terhadap lingkungannya (Fillah,
2003). Termasuk diantaranya adalah gaya hidup hedonis.
Salah satu tipe gaya hidup yang berkembang pesat terutama dalam
masyarakat perkotaan adalah gaya hidup hedonis. Hirscman dan Halbroak (kasali,
1998) menyatakan bahwa hedonis merupakan kecenderungan konsumen menggunakan
produk untuk berfantasi dan menerima getaran-getaran emosi, memperoleh
kesenangan-kesenangan duniawi sehingga dapat diketahui dari produk-produk yang
mengutamakan pada manfaat hedonis adalah gaya hidup yang merupakan ajakan
banyak orang memasuki budaya konsumtif yang mengarah kepada suatu ekspresi akan
situasi, pengalaman hidup, nilai-nilai sikap dan harapan, tujuannya adalah
untuk mencari kesenangan dan menghindari kesengsaraan dengan cara lebih banyak
mengahbiskan waktu diluar rumah. Aspek-aspek dalam penelitian ini mengacu pada
teori yang dikemukakan oleh Enggel, dalam (Eniatun, 2008) yaitu; minat,
aktivitas, opini.
Gambaran individu yang memiliki gaya hedonis yang tinggi adalah
individu yang aktivitas, minat dan pendapatnya selalu menekankan pada
kesenangan hidup. Hal tersebut diwujudkan dengan bayak menghabiskan waktu
diluar rumah banyak bermain, senang berada dipusat perbelanjaan dan hiburan,
senang mengikuti ternd mode, senang membeli barang-barang yang mahal yang tidak
terlalu mendesak dibutuhkan melainkan hanya guna memenuhi kesenangannya, selalu
berusaha menjadi pusat perhatian, cenderung ikut-ikutan dan peka terhadap
inovasi baru (Suryo dalam Eniatun, 2008).
Kecenderungan remaja terhadap budaya hedonis sangat tinggi, hal ini
dikarenakan pengaruh moderenisasi yang mengarahkan kepada konsumeris dan
mengakibatkan pada patologi social masyarakat. Setiap manusia pasti ingin
merasakan kenikmatan dan kesenangan,
apalagi para remaja. Tapi sayangnya untuk memperoleh kenikmatan dan kesenangan
tersebut banyak remaja yang menghalalkan segala cara. Jika seseorang dapat mencapai keinginannya
dengan segera tanpa usaha atau kesusahan, maka dia mulai kehilangan kemampuan
untuk menguasai kehidupannya sendiri. Akhirnya dia kehilangan kemampuan untuk
berusaha dengan tekun dan memikul penderitaan. Namun apapun akan mereka lakukan, agar apa yang mereka inginkan dapat
mereka peroleh tanpa peduli dengan resikonya. Hedonisme di kalangan remaja
telah berkembang pesat mengikuti perkembangan zaman pola pikir yang hanya
mementingkan kesenangan saja membuat para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan
yang kadang tidak realistis.
B.
SARAN
Setelah mengetahui dampak buruk budaya hedonisme, maka hendaknya
kita menanamkan dan menerapkan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari
serta adanya kedewasaan dalam berpikir sehingga dapat membentengi diri dari
pola hidup hedonisme salah satunya adalah konsumerisme. Untuk membentengi diri
dari hedonisme yang hanya menawarkan kenikmatan sesaat, harus dimulai dari diri
sendiri dan juga dukungan orang lain. Untuk para orang tua hendaknya
meningkatkan kontrol terhadap anak-anak. Tanamkan nilai moral yang nantinya
berguna bagi mereka. Misal tanamkan sikap hidup hemat,arahkan mereka pada
pergaulan yang baik,dan didik mereka untuk mandiri. Sedangkan bagi para remaja,
berpikirlah dulu sebelum bertindak jangan hanya mengejar kesenangan saja. Masa
depan masih panjang,masih banyak hal yang berguna yang dapat mereka lakukan
tanpa harus hura-hura dan foya-foya.
DAFTAR PUSTAKA
http://dickydwijayanto.blog.com/2009/11/17/hedonisme-di-kalangan-remaja/
http://plakarankidoel.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-penyebab-dan-cara-mengatasi.html
http://eraisna85.blogspot.co.id/2014/12/makalah-tentang-paham-duniawi-hedonisme.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme.
https://purplenitadyah.wordpress.com/2012/05/05/hedonisme/
jaminan KEPERCAYAAN
BalasHapusSaya Nyonya Maria Pedro, Apakah Anda perlu pinjaman mendesak untuk melunasi utang Anda atau Anda membutuhkan pinjaman untuk Meningkatkan bisnis Anda? Apakah Anda membutuhkan pinjaman konsolidasi atau Mortgage atau keperluan lainnya? Apakah Anda pernah ditolak oleh bank dan lembaga keuangan lainnya? Mencari lagi karena kita berada di sini untuk membuat semua masalah keuangan Anda sesuatu dari masa lalu !!! kami memberikan pinjaman kepada perusahaan, badan swasta dan individu pada tingkat bunga rendah dan terjangkau dari 2% untuk jangka waktu tetap 1-20 tahun dan masa tenggang enam bulan sebelum dimulainya angsuran bulanan. Anda dapat menghubungi kami melalui e-mail melalui: c
APLIKASI DATA
1) Nama:
2) Negara:
3) Alamat:
4) Jenis Kelamin:
5) Status perkawinan:
6) PEKERJAAN:
7) Nomor Telepon:
8) posisi di tempat kerja:
9) Pendapatan Bulanan:
10) Jumlah Pinjaman:
11) durasi pinjaman:
12) Tujuan pinjaman:
13) Tanggal Lahir:
Terima kasih
iklan ya mbakkk,,,,,,,,,
BalasHapus