BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai
makhluk sosial, mungkin tak jarang kita temui sebagai anak remaja yang frustasi
atau depresi karena beragam masalah yang muncul dengan alasan, faktor utama
adalah orang tua. Sebagai remaja, tentunya kita tak asing lagi dengan kata
“Broken Home”
atau keluarga yang tidak harmonis. Kata inilah yang biasanya menyelimuti rasa takut para remaja saat ini, ketika kedua orang tua mereka sedang berbeda pendapat atau berselisih paham.
atau keluarga yang tidak harmonis. Kata inilah yang biasanya menyelimuti rasa takut para remaja saat ini, ketika kedua orang tua mereka sedang berbeda pendapat atau berselisih paham.
Maka
remaja merupakan masa dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan
menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa
peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses
perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja
membutuhkan perhatian dan bantuandari orang yang dicintai dan dekat dengannya
terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah diketahui bahwa fungsi
keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa
kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut.
Menurut
WHO remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual, mengalami
perkembangan psikologis danpola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa,
serta peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relative lebih mandiri.
1.2 Tujuan Penyusunan
Makalah
Didalam
penulisan makalah ini bertujuan supaya orang tua lebih memperhatikan
perkembangan anak dan tidak hanya mementingkan egonya masing-masing seperti
berpisah atau bercerai, karena sikap orang tua itu sangat berpengaruh pada
perkembangan anak terutama remaja. Dan setiap anak akan selalu membutuhkan
dukungan dari kedua orangtuanya dan ingin lengkap mendapaAItkan kasih sayang
dari kedua orangtuanya langsung. Menurut Kartini Kartono, “Sikap dan perilaku
orang tua dalam hubungan dengan anak-anak mempengaruhi setiap pertumbuhan dan
perkembangan”.
1.3 Perumusan
Masalah
Perumusan masalahnya
meliputi:
1. Apa
itu remaja?
2. Apa
itu Broken Home?
3. Dampak
kejiwaan seperti apa akibat Broken Home?
4. Bagaimana
realita remaja yang mengalami Broken Home?
5. Bagaimana
untuk meminimalisir dampak negatif terhadap remaja Broken Home?
6. Apa
saja faktor-faktor penyebab Broken Home?
1.4 Batasan Masalah
Pembahasan masalah pada
Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap Anak Remaja meliputi:
·
Pengertian
Remaja
·
Pengertian
Broken Home
·
Dampak Broken
Home dan Perkembangan Remaja
·
Realita Remaja
yang Mengalami Broken Home
·
Solusi
Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Remaja Broken Home
·
Faktor-faktor
Penyebab Broken Home
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Remaja
Kata remaja berasal dari kata latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to maturity. Definisi dari remaja adalah periode perkembangan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Perkembangan ini meliputi
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga
terjadi pada perubahan dalam hubungannya dengan orang tua dan cita-cita mereka.
Remaja merupakan masa yang labil, dimana mereka sedang mencari jatidiri mereka,
dan merekalah yang menentukan mau ke arah mana mereka esok hari.
Istilah remaja mengandung arti yang cukup luas, menurut
Piaget (dalam Muhammad Ali dan M. Astori, mengatakan bahwa:
Remaja masih suatu usia
dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa dan suatu usia
dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih
tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Masa remaja merupakan masa
transisi yang menginginkan sesuatu yang baru.
Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono, “Remaja adalah
periode peralihan kemasa dewasa” dimana mereka seyogyanya mulai mempersiapkan
diri menuju kehidupan dewasa.
Jadi remaja adalah individu yang berumur 12 sampai 21
tahun dimana seorang mengalami saat kritis sebab akan menginjak masa dewasa,
remaja berada dalam masa peralihan dari anak-anak kemasa dewasa. Peningkatan
emosional remaja yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal
sebagai masa storm dan stress.
2.2 Pengertian
Broken Home
Istilah “Broken
Home” biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang tidak harmonis
dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat sering
terjadi konflik yang menyebabkan pada pertengkaran yang bahkan dapat berujung
pada perceraian. Hal iniakan berdampak besar terhadap suasana rumah yang tidak
lagi kondusif, orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya sehingga
berdampak pada perkembangan anak khususnya anak remaja.
Orang tua adalah panutan dan teladan bagi perkembangan
remaja terutama pada perkembangan psikis dan emosi, orang tua adalah
pembentukan karakter yang terdekat. Jika remaja diharapkan pada kondisi “broken
home” dimana orang tua mereka tidak lagi menjadi panutan bagi dirinya maka akan
berdampak besar pada perkembangan dirinya. Dampak psikis yang dialami oleh
remaja yang mengalami broken home, remaja menjadi lebih pendiam, pemalu, bahkan
despresi berkepanjangan.
Faktor lingkungan tempat remaja bergaul adalah sarana
lain jika orang tua sudah sibuk dengan urusannya sendiri. Jika remaja berada di
lingkungan pergaulan yang negatif, karena keadaannya labil maka tidak menutup
kemungkinan remaja akan tercebur dalam lembah pergaulan yang tidak baik.
2.3 Dampak Broken
Home dan Perkembangan Remaja
2.3.1
Perkembangan
Emosi
Emosi
merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat
dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Perceraian adalah suatu hal yang harus
dihindari, agar emosi anak tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah suatu
penderitaan atau pengalaman tramatis bagi anak.
Adapun
dampak pandangan keluarga broken home terhadap perkembangan emosi remaja:
Perceraian
orang tua membuat tempramen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas
dalam perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi
agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua / orang lain. Mencari jati diri
dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi.
1. Peristiwa
perceraian itu menimbulkan ketidakstabilan emosi.
2. Ketidakberartian
pada diri remaja akan mudah timbul, sehingga dalam menjalani kehidupan remaja
merasa bahwa dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini.
3. Remaja
yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua, emosi marahnya akan mudah
terpancing.
2.3.2
Perkembangan
Sosial Remaja
Tingkah
laku sosial kelompok yang memungkinkan seseorang berpartisipasi secara efektif dalam
kelompok atau masyarakat.
Dampak
keluarga Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja adalah:
1. Perceraian
orang tua menyebabkan ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan dan
kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi takut untuk keluar dan bergaul
dengan teman-teman.
2. Anak
sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak yang dibesarkan dikeluarga
pincang, cenderung sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan, kesulitan itu
datang secara alamiah dari diri anak tersebut.
3. Dampak
bagi remaja putri yang tidak mempunyai ayah berperilaku dengan salah satu cara
yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan minder
kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit.
2.3.3
Perkembangan
Kepribadian
Perceraian ternyata
memberikan dampak kurang baik terhadap perkembangan kepribadian remaja. Remaja
yang orang tuannya bercerai cenderung menunjukan ciri-ciri:
1. Berperilaku
nakal
2. Mengalami
depresi
3. Melakukan
hubungan seksual secara aktif
4. Kecenderungan
pada obat-obat terlarang
Keadaan
keluarga yang tidak harmonis tidak stabil atau berantakan (broken home)
merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian remaja yang tidak sehat.
2.3.4
Dampak
Positif Akibat Broken Home
Dalam
hubungan nikah yang sudah sangat jelek, yang pertengkarannya sudah sangat parah,
kebanyakan anak-anak akan memilih supaya mereka bercerai. Demi kesehatan jiwa
anak-anak akan lebih tentram sewaktu dilepaskan dari suasana seperti itu. Pada
waktu orang tua tidak tinggal bersama-sama dengan mereka rasanya lebih tenang
karena tidak harus menyaksikan pertengkatan. Akhirnya, mereka lebih mantap,
lebih damai hidupnya, dan lebih bisa berhubungan dengan orang tuanya sacara
lebih sehat.
Ada sisi
positif dari anak korban perceraian, misalnya anak cepat dewasa, punya rasa
tanggungjawab yang baik, bisa membantu ibunya. Memang ada anak yang bisa jadi
nakal luar biasa, tapi ada yang kebalikannya justru menjadi anak yang sangat
baik dan bertanggungjawab.
Anak-anak
ini akhirnya didorong kuat untuk mengambil alih peran orang tua yang tidak ada
lagi dalam keluarganya. Secara luar kita melihat sepertinya baik menjadi
dewasa, tapi sebetulnya secara kedewasaan tidak terlalu baik karena dia belum
siap untuk mengambil alih peran orang tuanya itu.
2.4 Realita Remaja
yang Mengalami broken Home
Beberapa penyebab broken home yang paling sering terjadi
adalah kurangnya komunikasi antar keluarga sehingga menyebabkan adanya jarak
dianatara mereka. Jarak tersebut semakin terasa ketika rasa ketidakpercayaan
dan komitmen awal pernikahan mulai terkikis. Seiring berjalannya waktu, hal ini
berkembang menjadi sebuah perselisihan dan ketidakharmonisan yang memuncak.
Penyebab kedua yang sering menyebabkan terjadinya broken
home adalah masalah ekonomi yang berujung pada kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT). Kedua penyebab tersebut paling banyak menghasilkan keluarga-keluarga
broken home yang berakhir pada perceraian atau pertengkaran tanpa akhir.
Sebagai korban, tentunya anak-anak akan merasakan hal-hal
yang tidak mengenakan. Perasaan ini timbul dan berkembang dalam diri si anak
hingga ia beranjak dewasa. Pada fase remaja, dimana jiwa remaja sedang
bergelora, perasaan ini bercampur aduk menjadi satu baik depresi, malu, sedih,
kecewa, kesal, sakit hati, bingung, merasa terbuang, dll.
Cara para remaja menghilangkan kepenatan tersebut baik ke
arah positif atau negatif ternyata bersifat relatif. Hal ini tergantung pada
sikap dan perilaku remaja tersebut. Jika dia bisa mengarahkan ke arah positif,
berarti dia berhasil mengurangi bahkan menghilangkan perasaan tersebut. Bila
sebaliknya, berarti dia gagal. Cara-cara yang dilakukan untuk menghilangkan
kepenatan tersebut pastinya akan melahirkan perubahan sikap dalam diri remaja
yang mengalami broken home. Sebuah perubahan yang akan membawa mereka merasa
lebih baik dari sebelumnya, sementara atau selamanya.
2.5 Solusi
Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Remaja Broken Home
Agar para remaja
yang sedang mencari jati diri tidak semakin terjerumus, tentunya diperlukan
peranan orang tua. Selain itu, dibutuhkan pengawasan ketat dari pihaksekolah
dan itu menjadi kunci keberhasilan pencegahan kenakalan remaja baik sebagai
akibat broken home maupun akibat hal lainnya. Peran orang tua dirumah dan peran
sekolah menjadi kunci keberhasilan pencegahan moral remaja akibat pengaruh
pergaulan bebas. Kasih sayang dan perhatian orang tua adalah langkah pertama.
A.
Berbasis
Pendidikan Formal
Ruang
kedua bagi anak/remaja adalah pendidikan formal. Disini mereka bergelut dengan
waktu, menumpahkan sebagian besar energinya untuk mendalami berbagai ilmu
pengetahuan, bekalnya di kemudian hari ketika terjun di masyarakat. Institusi
pendidikan juga memiliki peran penting melanjutkan estapet orang tua dalam
mendidik dan membimbing anak-anaknya. Karena itulah, pendidikan formal harus
berjalan maksimal.
B.
Berbasis
Masyarakat atau Sosial
Masyarakat
adalah tempat dimana orang-orang dengan berbagai latar belakang membentuk
sebuah sistem. Mereka hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas
yang saling tergantung satu sama lain. Pencerahan berbasis masyarakat ini
diharapkan dapat menggugah, mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk sadar,
peduli, dan aktif terhadap remaja yang mengalami broken home.
2.6 Faktor-faktor
Penyebab Broken Home
Adapun faktor-faktor
yang menyebabkan broken home adalah:
2.6.1
Terjadinya
Perceraian
Faktor
yang menjadi penyebab perceraian adalah pertama adanya disorientasi tujuan
suami istri dalam membangun mahligai rumah tangga; dan faktor kedewasaan yang
mencakup intelektualitas, emosionalitas, kedua, kemampuan mengelola dan
mengatasi berbagai masalah keluarga: ketiga, pengaruh perubahan dan norma yang
berkembang di masyarakat.
2.6.2
Ketidakdewasaan
Sikap Orang Tua
Ketidakdewasaan
sikap orang tua salah satunya dilihat dari sikap egoisme dan egosentrisme.
Egoisme adalah suatu sifat buruk manusia yang mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan
egosentrisme adalah sikap yang menjadikan dirinya pusat perhatian yang
diusahakan oleh seseorang dengan segala cara. Egoisme orang tua akan berdampak
kepada anaknya, yaitu timbul sifat membandel, sulit di suruh dan suka
bertengkar dengan saudaranya.
Adapun
sikap membandel adalah aplikasi dari rasa marah terhadap orang tua yang
egosentrisme. Seharusnya orang tua memberi contoh yang baik seperti suka
bekerjasama, saling membantu, bersahabat dan ramah. Sifat-sifat ini adalah
lawan dari egoisme dan egosentrisme.
2.6.3
Orang
Tua yang Kurang Memiliki Rasa Tanggungjawab
Tidak
bertanggung jawabnya ornag tua salah satunya masalah kesibukan. Kesibukan
adalah satu kata yang telah melekat pada masyarakat modern di kota-kota.
Kesibukannya terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang. Mengapa
demikian? Karena filsafat hidup mereka mengatakan uang adalah harga diri, dan
waktu adalah uang. Jika telah kaya berarti suatu keberhasilan, suatu
kesuksesan. Di samping itu kesuksesan lain adalah jabatan tinggi.
2.6.4
Jauh
dari Allah
Segala
sesuatu perilaku manusia disebabkan karena dia jauh dari Tuhan. Sebab, Tuhan
mengajarkan agar manusia berbuat baik. Jika keluarga jauh dari Tuhan dan
mengutamakan materi dunia semata maka kehancuran dalam keluarga itu akan
terjadi. Karena dari keluarga tersebut akan lahir anak-anak yang tidak taat
kepada Tuhan dan kedua orang tuanya.
2.6.5
Adanya
Masalah Ekonomi
Dalam
suatu keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri
banyak menuntut hal-hal diluar makan dan minum. Padahal dengan penghasilan
suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberikan makan dan rumah petak tempat
berlindung yang sewanya terjangkau. Karena suami tidak sanggup memenuhi
tuntutan istri dan anak-anaknya akan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi,
maka timbullah pertengkaran suami-istri yang sering menjurus ke arah
perceraian.
2.6.6
Kehilangan
Kehangatan Didalam Keluarga Antara Orang Tua dan Anak
Kurang
atau putus komunikasi diantara anggota keluarga menyebabkan hilangnya
kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak. Faktor kesibukan
biasanya sering dianggap penyebab utama dari kurangnya komunikasi. Dimana ayah dan
ibu bekerja dari pagi hingga sore hari, mereka tidak punya waktu untuk makan
siang bersama, shalat berjamaah di rumah dimana ayah menjadi imam, sedang
anggota yang lain menjadi jamaah.
Dan
anak-anak akan mengungkapkan pengalaman perasaan dan pemikiran-pemikiran
tentang kebaikan keluarga termasuk kritik terhadap orang tua mereka. Yang
sering terjadi adalah kedua orang tua pulang hampir malam karena jalanan macet,
badan capek, sampai di rumah mata mengantuk dan tertidur. Tentu orang tidak
mempunyai kesempatan untuk berdiskusi
dengan anak-anaknya.
2.6.7
Adanya
Masalah Pendidikan
Masalah
pendidikan sering menjadi penyebab terjadinya broken home. Jika pendidikan agak
lumayan pada suami istri maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami
oleh mereka. Sebaliknya pada suami istri yang pendidikannya rendah sering tidak
dapat memahami lika-liku keluarga. Karena itu sering salah menyalahkan bila
terjadi persoalan di keluarga. Akibatnya selalu terjadi pertengkaran yang
mungkin akan menimbulkan perceraian. Jika pendidikan agama ada atau lumayan
mungkin sekali kelemahan dibanding pendidikan akan di atasi. Artinya suami
istri akan dapat mengekang nafsu masing-masing sehingga pertengkaran dapat
dihindari.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dampaknya,
banyak orang tua yang merasa dirinya paling berjasa karena telah melahirkan dan
membesarkannya, berbuat tiran, tidak segan-segan menghakimi berbagai persoalan
dan permasalahan yang dihadapu atau dilakukan anak. Bahkan, tidak jarang orang
tua hanya berfungsi reproduksi, setelah itu proses pendidikan dan bimbingan
dikuasakan kepada pembantu rumah tangga. Ini banyak terjadi pada
keluarga-keluarga di kota besar yang sibuk di perbudak pekerjaan sehingga
hak-hak anak atas kasih sayang, pendidikan, dan bimbingan terabaikan. Muncullah
istilah Broken Home, dimana anak
mencari tempat pelarian yang mereka tidak dapatkan dari orang tuanya.
3.2
Saran
Bagi
para orang tua, renungkanlah bunyi frase “Anakmu bukan anakmu”. Anakmu adalah
amanah Allah SWT kepada kedua orang tuanya. Artinya, suatu saat pasti akan
diminta dan kembali kepada-Nya sebagai Sang Pemilik Sejati. Orang tua
berkewajiban mendidik dan membimbingnya. Mereka dilahirkan dalam keadaan
fitrah, dan orang tuanyalah yang akan mengarahkannya menjdai nashrani, yahudi,
majusi atau muslim sejati, yang tentu akan dimintai pertanggungjawabab kelak di
akherat nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa,Singgih D.2004. Psikologi Praktis: Anak Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung
Mulia
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta:
Erlangga
Wirawan, Sarlito. 1989. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Syansu, Yusuf LN. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya
Oleh : Nur Sa'idatun Naimah
0 komentar:
Posting Komentar