BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini keadaan moral generasi muda bangsa
Indonesia berada dititik paling rendah. Semua itu dibuktikan dengan banyaknya
kasus pelecehan seksual yang disebabkan oleh pergaulan bebas. Tidak hanya itu,
bahkan LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan
transgender) sudah akrab
di kalangan para pemuda. Narkotika dan rokok pun menjadi pilihan para pemuda sebagai ajang bersenang-senang. Padahal jika dikaji lebih dalam, pemuda merupakan tonggak suatu peradaban. Berangkat dari minimnya kesadaran generasi muda inilah, penulis berkeinginan untuk memaparkan tentang “Peran Penting Pemuda dalam Peradaban”.
di kalangan para pemuda. Narkotika dan rokok pun menjadi pilihan para pemuda sebagai ajang bersenang-senang. Padahal jika dikaji lebih dalam, pemuda merupakan tonggak suatu peradaban. Berangkat dari minimnya kesadaran generasi muda inilah, penulis berkeinginan untuk memaparkan tentang “Peran Penting Pemuda dalam Peradaban”.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa peran pemuda dalam peradaban
2.
Bagaimana cara mendobrak keterpurukan bangsa?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui peran pemuda dalam peradaban
2.
Untuk mengetahui hal-hal yang bisa mendobrak
keterpurukan bangsa
D. MANFAAT
1.
Sebagai tambahan wawasan bagi diri sendiri
2.
Sebagai sumbangan ilmu bagi perpustakaan
ma’had Aly Hidayaturrahman
3.
Sebagai tambahan wawasan pembaca mengenai
peran pemuda dalam peradaban bangsa
BAB II
PEMBAHASAN
A. URGENSI PEMUDA
Pemuda
Indonesia merupakan aset negara Indonesia, dimana negara kita akan dipegang dan
dikuasai oleh para pemuda Indonesia kelak. Peran yang diberikan oleh para
pemuda sangat berpengaruh terhadap pembangunan bangsa Indonesia. Maka dari itu,
pembelajaran dan pemberitahuan tentang hal-hal yang positif kepada pemuda sejak
dini sangatlah penting guna membangun bangsa Indonesia.[1]
Dari masa ke
masa sosok pemuda selalu menggambarkan karakter agent of change
sekaligus iron stock.[2]
Peran pemuda sebagai agent of change pun telah banyak dicatat
dalam lembaran sejarah.
Ada
beberapa alasan mengapa pemuda memiliki tanggung jawab yang besar dalam tatanan
peradaban, antara lain:
a.
Kemurnian
idealismenya
b.
Keberanian dan
keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan baru
c.
Semangat
pengabdiannya
d.
Spontanitas dan
pengabdiannya
e.
Keinginan untuk
segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
f.
Keteguhan
janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan kepribadiannya yang mandiri
g.
Masih langkanya
pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikkan pendapat, sikap, dan
tindakannya dengan kenyataan yang ada.
Alasan-alasan
tersebut pada dasarnya melekat pada diri pemuda yang jika dikembangkan dan
dibangkitkan kesadarannya, maka pemuda dapat berperan secara alamiah dalam
kepeloporan dan kepemimpinan untuk menggerakkan potensi-potensi dan sumber daya
yang ada dalam masyarakat.[3]
Potensi
yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan peran dan
memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persoalan bangsa,
bahkan menuju pada makin memudarnya jiwa dan semangat bangsa. Berbagai gejala
sosial dengan mudah dapat dilihat, mulai dari rapunya sendi-sendi kehidupan
masyarakat, rendahnya sensitifitas sosial, memudarnya etika, lemahnya
penghargaan nila-nilai kemanusiaan., kedudukan dan jabatan bukan lagi sebagai
amanah, dan masih banyak lagi.[4]
B.
GAMBARAN PEMUDA DALAM SEJARAH
Berkaca pada sejarah Islam, kita akan melihat,
betapa banyak para intelektual muda yang berperan dalam kemenangan agama ini.
Ribuan tahun lalu, Rasulullah mengangkat Usamah bin Zaid, yang saat itu berumur
18 tahun, sebagai komandan perang, memimpin para sahabat yang usianya jauh
diatasnya.
Lalu, pada abad
14, dunia kembali dicengangkan oleh aksi seorang pemuda 21 tahun dengan ide
fantastisnya. Pemimpin yang berhasil menaklukkan Konstantin setelah sekian abad
ummat Islam berusaha untuk menaklukkannya. Beliau adalah Sultan Muhammad
Al-Fatih, yang keberadaannya telah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam
sabdanya: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang
menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah
komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad
4/335].
Pada tahun
1825-1830, sekelompok pemuda dari kalangan ulama’, santri dan bangsawan keraton
berperang melawan kepemerintahan Hindia Belanda di bawah pimpinan Pangeran
Diponegoro. Peperangan ini menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi Belanda,
delapan ribu pasukan bangsa Eropa dan tujuh ribu orang prajurit Indonesia yang
berperang untuk kepentingan bangsa belanda terbunuh dalam peperangan.
Perbendaharaan
Belanda harus mengeluarkan uang sebanyak sekitar 20 juta gulden untuk membiayai
seluruh pengeluaran yang terjadi pada perang Jawa tersebut. Selain itu,
orang-orang Belanda mengalami trauma dan ketakutan akibat perang.[5]
Di masa
penjajahan, para pemuda rela mengorbankan jiwa dan raganya demi mempertahankan
bangsa Indonesia dari genggaman penjajah. Boedi Utomo, Trikora Dharma, Jong
Java dan organisasi pemuda lainnya menjadi saksi atas perjuangan mereka. Hingga
hasilnya, deklarasi proklamasi bisa dikumandangkan pada 17 agustus 1945 oleh
Soekarno dan M. Hatta.
Namun, semua
itu tinggal sejarah. Kegigihan, semangat, seta gagasan pemuda yang dulu
berhasil mendobrak dinding penjajahan, kini tidak bisa ditemui, yang ada
hanyalah keterpurukan moral yang kian hari kian menjamur.
Pengangguran
bertebaran di antero jagad raya, perjudian, pemerkosaan, tawuran, sampai
korupsi bukan lagi hal yang tabu dikalangan masyarakat. Ini semua sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW.
خَيْرُ
النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik
generasi adalah generasiku, kemudian setelahnya (sahabat), kemudian setelahnya
(tabi’in).” (HR. Bukhori dan Muslim)
Bisa
dibayangkan berapa jarak kehidupan kita dengan Rasululah. Telah banyak generasi
yang terlewati, maka sudah jelas jika semakin bertambah generasi kualitas yang
didapat akan semakin menurun.
C.
KRISIS YANG MENIMPA GENERASI MUDA.
Jika kita
sedikit membuka mata, kita akan menyadari bahwa kemerdekaan Indonesia bukan
berarti kemenangan bangsa. Keadaan bangsa Indonesia masih dalam keterpurukan yang mendalam. Namun ironinya, tidak semua
orang menyadari kemerosotan bangsa ini. Para penjajah telah mengkamuflase
bentuk dan gaya mereka, hingga sekarang orang-orang sulit membedakan mana kawan
mana lawan.
Diantara krisis moral yang
diderita generasi muda adalah sebagai berikut:
1.
Kurangnya sensitifitas akan agama. Hal ini bisa
dilihat saat para anak muda lebih memilih untuk berebut untuk berfoto bersama
turis asing ditempat wisata dari pada menindak lanjuti penari-penari bali yang
menistakan agama dengan menari di atas sajadah sambil mengumbar aurat.
2.
Sikap acuh terhadap masalah-masalah sosial
dilingkungannya, sampai-sampai pergaulan bebas menjadi tren tersendiri
bagi mereka. Minuman keras dan narkotika pun menjadi ajang untuk
bersenang-senang.
3.
Kurangnya bersosialisasi dengan masyarakat. Bagi
pemuda zaman sekarang, berkumpul dengan kelompoknya masing-masing jauh lebih
meneyenangkan dari pada harus aktif dalam kegiatan masyarakat.
4.
Maraknya sex bebas dikehidupan pemuda.
5.
Tawuran hingga balapan liar yang kian merugikan
masyarakat.
6.
Konvoi serta coret mencoret seragam pada saat
kelulusan yang begitu liar.
Dan masih banyak lagi.
Maka terlihat jelas betapa
berbanding terbaliknya. Salah satu hal yang membuat para pemuda terpuruk dalam
kemerosotan moral adalah tidak adanya pijakan yang kuat dalam agamanya.
Untuk menangani berbagai kasus moral di negri ini, diperlukan
adanya gerakan besar-besaran yang dilakukan oleh bangsa kita. Kita tidak boleh
hanya mempercayakan masalah penanganan moral ini pada satu lembaga. Dalam
gerakan ini perlu diikutsertakan sebanyak mungkin golongan atau kalangan dalam
masyarakat, baik yang tergabuing dalam partai-partai politik, organisasi massa,
LSM maupun perkumpulan-perkumpulan lainnya.
Dalam gerakan besar-besaran
melawan dekadensi moral ini, penting sekali ikut sertanya secara aktif kalangan
islam, terutama tokoh-tokohnya, karena mereka merupakan penduduk mayoritas di
republik ini. Peran aktif dari lembaga-lembaga Islam seperti majlis ulama’
Indonesia, organisasi masa Islam, dan partai politik Islam sangat diperlukan untuk
memberikan moral force kepada umat Islam yang merupakan bagian terbesar
dari jumlah penduduk.
Alternatif lain yang juga
efektif dalam menahan laju dekadensi moral bangsa kita adalah melalui
pendidikan, baik pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Dalam
pendidikan formal, peserta didik mulai dari tingkat dasar dan menengah hinga
tingkat tinggi harus diberikan pencerahan dengan memberikan bekal kepada mereka
ilmu pengetahuan dan teknologi yang didasari nilai-nilai agama.
Mereka sejak dini dibiasakan
untuk beragama dengan baik dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka diajak untuk menjalankan perintah-perintah agama, berkata jujur dan
tidak bohong, displin, sopan santun, saling mencintai, berbuat baik dengan
sesama, malu berbuat jahat, tidak iri hati, tidak berbuat aniaya, tidak rakus,
tidak menipu, tidak pendendam, tidak mengadu domba, tidak ambisisus dan lain
sebagainya.
Pendidikan formal seperti itu
harus diiringi dengan pendidikan informal dan nonformal yang sejalan. Keluarga
harus memberikan lingkungan yang kondusif yang dapat mendukung dan memotivasi
anak demi terbinanya akhlak mulia.
Begitu juga masyarakat harus
memberikan pelajaran yang baik kepada anak-anak-anak. Sehingga mereka tidak
dibingungkan oleh masyarakatnya sendiri. Kebingungan sering terjadi ketika apa
yang didapatkan oleh anak di masyarakat jauh berbeda dengan apa yang diajarkan
di sekolah. Akibatnya, anak tidak dapat melakukan internalisasi nilai-nilai
yang diperolehnya disekolah. Sebalikny, anak justru putus asa dan bersikap
semaunya. Inilah yang menjadi hambatan terealisasinya nilai-nilai akhlak mulia.
Pendidikan tidak begitu saja
menghasilkan bangsa yang mulia. Butuh waktu dan proses yang panjang, dengan
adanya komitmen yang jelas dan tegas dari pemerintah, maka hal itu akan
terealisasikan dengan baik.
Dengan demikian, melalui
pendidikan inilah kita dapat menyiapkan generasi yang memiliki iman yang kokoh
dan budi pekerti yang luhur serta mampu menjadi pengawal moral dalam membawa
negara dan bangsa kita di masa-masa yang akan datang.[6]
D. PERAN PEMUDA DALAM
PEMBANGUNAN BANGSA
Masa
depan bangsa dan negara menjadi tanggung jawab generasi muda. Jika mereka
berkembang dengan peningkatan kualitas yang semakin membaik, besar harapan
kebaikan dan kebahagiaan kehidupan bangsa dapat diharapkan. Namun jika terjadi
sebaliknya, maka keadaan saling menuding dan menyalahkan tidak dapat dihindari
sedang permasalahan semakin nyata dan semakin parah.[7]
Ada
beberapa hal yang bisa pemuda lakukan untuk membangun peradaban bangsa menjadi
lebih baik. Diantaranya:
1.
Membentengi
Umat
Problem
umat sebenarnya bermuara pada lemahnya pemahaman yang benar dan belum mampu
mengamalkan agamanya dengan baik. Mayoritas umat Islam memang masih awam
terhadap Islam. Padahal, inilah modal awal untuk menghadapi gempuran serangan
pemikiran yang menyasar akidah umat.
2.
Penguatan Kader
Segala
macam program tidak akan berjalan maksimal tanpa dukungan SDM yang mumpuni.
Selain itu, kader yang handal merupakan investasi jangka panjang.
3.
Pemberdayaan
Ekonomi
Faktor
ekonomi kerap menjadi entry point merebaknya pengangguran dan pengemis.
Padahal merebaknya pengangguran dan kemiskinan bisa di tanggulangi dengan memperluas dan membuka lapangan pekerjaan. Salah satunya bisa
diwujudkan dengan memberdayakan sektor informal padat karya, home industry.
Menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Diharapkan dengan demikian para lulusan
sekolah ataupun perguruan tinggi tidak hanya memiliki tujuan sebagai pegawai
saja, namun lebih baik apabila mereka membuat usaha-usaha yang dapat menyerap tenaga
kerja sehingga dengan demikian membantu pemerintah dalam mengatasi jumlah
pengangguran yang kian banyak. Dan bisa kita lihat akhir-akhir ini, sudah
banyak sekali lulusan muda berbakat yang sukses melakukan kegiatan usaha.
Mengadakan bimbingan, penyuluhan dan keterampilan tenaga kerja, menambah
keterampilan, dan meningkatkan pendidikan.[8]
4.
Menggalang Kekuatan Media
Dalam
era perkembangan teknologi saat ini, salah satu bentuk perjuangan yang dapat
dilakukan oleh pemuda adalah melalui sosial media. Sebagai contoh, ketika
kepemimpinan Hosni Mubarak runtuh. Masalah-masalah internal yang ada di Mesir seperti tingginya angka
kemiskinan, pengangguran, dan korupsi yang meningkat secara dramatis dibawah
rezim Mubarak memicu kekecewaan rakyat Mesir. Dan pada akhirnya menjadi
tuntutan rakyat Mesir untuk melakukan revolusi terhadap kediktatoran Mubarok. Awalnya hal ini diserukan pemuda
melalui sosial media seperti facebook, twitter dan blog, hingga akhirnya
kepemerintahan Mubarak berhasil digulingkan.
Fungsi
utama media sosial ialah mengedukasi bangsa dan memberi berita pembangding yang
sesuai fakta. Selain itu, media merupakan alat yang kuat untuk menunjukkan
dukungan.[9]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemuda
merupakan pilar kebangkitan bangsa. Dengan demikian, sungguh banyak kewajiban
seorang pemuda, tanggung jawab, dan semakin berlipat hak-hak umat yang harus
ditunaikan.
Upaya
untuk menciptakan generasi muda yang tangguh dapat dilakukan di dalam keluarga
dengan bimbingan orang tua; di lembaga pendidikan dengan bimbingan dari guru;
dan di lingkungan masyarakat dengan mengadakan organisasi pemuda yang positif
dan adanya pengawasan dari tokoh masyarakat.
B.
SARAN
Dari
pemaparan diatas, maka pemuda dituntut untuk berfikir panjang, banyak bergerak
dan bekerja serta bijak dalam menentukan sikap, dan yang paling utama adalah
maju untuk menjadi penyelamat dan hendaknya mampu menunaikan hak-hak umat
dengan baik. Dan awal dari itu semua adalah kesadaran dari diri pemuda itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ishardino Satries , Wahyu, peran serta pemuda dalam membangun masyakat.
Jurnal Madani Edisi I/ mei 2009
Isa Anshari, Muhammad, Mengkristenkan Jawa, (Karanganyar: Pustaka
Lir Ilir, 2013)
Marzuki, Penanganan Kasus-Kasus moral di Indonesia
Perspektif Islam. Pdf
Irfan Asyari, Agung, Membangun Generasi Muda dan Mahasiswa dalam
Penegakkan Kepemimpinan yang Ideal, program studi S1 Teknin Informatika
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer, Yogyakarta 2011
Majalah An-Najah, edisi 122, januari 2015
http://www.mediapustaka.com/2014/10/peran-pemuda-dan-urgensi-keberadaan.html
[1]
http://reskom.blogspot.co.id/2013/10/peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional.html diakses pada 29 oktober 2013
[2]
http://putrajunio.blogspot.co.id/2014/01/contoh-karya-tulis-ilmiah-tentang-peran.html diakses pada tanggal 15 januari 2014 pada
jam 02:52 AM
[3]
Wahyu Ishardino Satries, peran
serta pemuda dalam membangun masyakat. Jurnal Madani Edisi I/ mei 2009
[4]
http://www.mediapustaka.com/2014/10/peran-pemuda-dan-urgensi-keberadaan.html
[5]
Muhammad Isa Anshari, Mengkristenkan
Jawa, (Karanganyar: Pustaka Lir Ilir, 2013) hlm. 33-34
[7]
Agung Irfan Asyari, Membangun
Generasi Muda dan Mahasiswa dalam Penegakkan Kepemimpinan yang Ideal, program
studi S1 Teknin Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer,
Yogyakarta 2011
0 komentar:
Posting Komentar