BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Islam adalah
agama yang sempurna, agama yang mengatur seluruh perkara dari yang terkecil
sampai yang paling besar dengan rinci dan detail. Syari’at islam yang terdiri
dari perintah dan larangan dari sang Kholiq ternyata mengandung hikmah dan
manfaat yang besar bagi manusia. Baik hikmah secara syar’i untuk kebaikan
ruhani manusia itu sendiri maupun hikmah secara medis untuk kesehatan
jasmaninya.
Akan tetapi tidak
semua hikmah yang terkandung dalam perintah
dan larangan tersebut mampu
diketahui manusia, hanya sedikit saja yang mampu diungkap dan diketahui
olehnya. Sebagai salah satu contohnya adalah wudhu, ia merupakan salah satu sarana untuk
mensucikan dan membersihkan diri dari najis dan kotoran. Dengan wudhu juga akan menggugurkan dosa-dosa pelakunya hingga
dosa tersebut keluar dari bawah kuku-kukunya.
Disamping keutamaan tersebut, ternyata whudu memilki pengaruh yang besar
bagi kesehatan tubuh manusia. Anggota wudhu adalah bagian tubuh yang sering
terkena debu, secara umum membasuh bagian tubuh yang terkena debu sangatlah
penting untuk kesehatan kulit dari
berbagai kuman dan mikroba yang menempel.
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan secara singkat
tentang manfaat serta hikmah wudhu dalam pandangan syar’i dan medis.
1.2 . Rumusan Masalah
1. Apa hikmah whudu
secara syar’i?
2. Apa hikmah wudhu secara medis bagi kesehatan?
1.3.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui
hikmah wudhu secara syar’i
2.
Untuk mengetahui
hikmah wudhu secara medis bagi kesehatan
1.4.
Manfaat Penulisan
a.
Bagi penulis
Guna menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan sebagai ajang latihan peulisan
karya ilmiah dengan tepat dan benar, serta memberikan kontribusi ilmu
pendidikan dan khazanah penulisan islam.
b.
Bagi masyarakat
Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi
perkembangan ilmu pengetahuan baik dikalangan akademis maupun masyarakat pada
umumnya.
b.
Bagi Ma’had ‘Ali
Hidayaturrahman
Sebagai sumbangan pemikiran mengenai masalah terkait.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Wudhu
Dalam kamus Mu’jam al-Wasith disebutkan bahwa kata wudhu
berasal dari kata bahasa arab wadhu’a yaudhu’u yang artinya keindahan, kecantikan dan kebersihan. (Madkur: 1972,
1082) Sedangkan menurut syar’i wudhu adalah
membasuh dan mengusap bagian-bagian tubuh tertentu atau mengalirkan air
ke anggota tubuh yang empat : kepala, wajah, dua tangan dan dua kaki disertai
dengan niat.
2.2. Hikmah Wudhu Secara Syar’i
Allah menetapkan perintah dan larangan bagi hambanya tentu mengandung selaksa manfaat dan hikmah di dalamnya. Dan tujuan adanya syari’at tersebut adalah bukan untuk membebani manusia melainkan untuk kebaikan manusia itu sendiri. Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk memperhatikan kebersihan dan kerapian baik kebersihan badan, tempat tinggal, lingkungan, pakaian sampai “kebersihan”
hati pun tidak ketinggalan untuk diperhatikan. Dalam islam kebersihan menjadi hal yang sangat penting dan termasuk sebagian dari iman, sebagaimana sabda Rasulullah:
الطهور شطر
الايمان......(رواه مسلم)
“kebersihan
(kesucian) itu separoh bagian dari iman………”(HR. Muslim, bab: fadlul wudhu’, no: 223)
Mengenai hadist ini Al-Ghazali
menafsirkan bahwa yang dimaksud “kesucian” di atas adalah kesucian hati dari
penyakit hati seperti dengki, iri, dendam dan lainnya. Sebab, keimanan yang
utuh tidak akan terwujud kecuali dengannya. Sebagianulama’ yang lain mengatakan
“barangsiapa membersihkan hatinya, berwudhu, mandi, dan menunaikan shalat,
berarti dia menunaikan shalat dengan dua kesucian sekaligus. Barangsiapa
menunaikan shalat dengan sekedar menyucikan anggota badan, berarti dia
menunaikan shalat dengan salah satu dari dua kesucian; dan Allah tidak mau
melihat kecuali pada kesucian hati”. Ini berdasakan sabda nabi Muhammad yang
artinya: “sesungguhnya Allah tidak meihat pada badan dan paras kalian, akan
tetapi Dia melihat pada hati kalian”
(HR. Muslim, bab: tahrimu dhulmil muslim wa khodhlihi
wah tiqarihi wa damihi wa ‘irdhihi wa malihi, no: 2564) (An-Nawawi: 2005,
256 ). Adapun hikmah wudhu menurut syar’i sebagai berikut:
1.
Menggugurkan dosa-dosa
Manusia adalah makhluk yang sering berbuat salah dan
dosa. Baik sadar atau tidak dosa itu
dilakukannya. Untuk menebus kafarat dosa tersebut manusia harus bertaubat
dengan taubatan nasuha (semurni-murni taubat) agar Allah berkenan
mengampuni dosa-dosanya. akan tetapi dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya, Allah memberikan
alternatif lain yang lebih mudah dan praktis yaitu dengan berwudhu. Dengan
berwudhu secara sempurna sesuai yang
Diajarkan Rasulullah -insyaAllah- dapat
menggugurkan dosa-dasa yang ada pada diri manusia. sebagaimana sabda
Rasulullah :
من توضأ فأحسن الوضوء, خرجت خطاياه من جسده حتى تخرج من تحت
أظافره
“Barangsiapa
yang berwudhu dengan baik dan benar, maka semua dosa-dosa akan keluar dari
badannya, hingga keluar melalui bawah kukunya”, (HR. Muslim, bab: khurujul khathaya ma’a ma’il wudhu,
no: 33)
Menurut Mukhtar
Salim dalam bukunya “sehat jiwa raga dengan shalat” ( 2009: 63) Rasulullah
menjelaskan hadist di atas dengan sabdanya yang lain, yang artinya: dari Abu
Hurairah bahwasannya Rasulullah bersabda: “apabila seseorang berwudhu dan
berkumur-kumur, maka dosa-dosanya akan keluar dari mulutnya, ketika ia
melakukan istinsyak (memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya
kembali), dosa-dosanya akan keluar dari hidungnya, ketika dia membasuh
wajahnya, dosa-dosanya akan keluar dari wajahnya melului bulu-bulu kedua
matanya, ketika dia membasuh kedua tangannya, dosa-dosanya akan keluar dari
kedua tangannya melalui bawah kukunya, ketika dia mengusap kepalanya, dosa-dosa
akan keluar dari kepalanya melalui kedua telinganya. Dan ketika dia membasuh
kedua kakinya, maka dosa-dosa akan keluar dari kedua kakinya melalui bawah kuku
kedua kakinya” (An-Nasa’i, bab: mashul udzunaini, no: 103) dan (Imam
Malik, bab: jami’ul wudhu’, no: 62) . Juga hadist dari Rasulullah yang
berbunyi:
عن زيد بن خالد الجهني أن النبي قال: "من توضأ فأحسن وضوءه ثم صلى ركعتين
لا يسهو فيهما غفر له ما تقدم من ذنيه ")أخرجه أبو داود)
“Barangsiapa
yang wudhu lalu membaguskan wudhunya kemuDian shalat dua rakaat dan tidak lalai
dalam shalatnya maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (dikeluarkan oleh
Abu Daud, bab: karahatul waswasah wa hadistin nafsi fish-shalat, no: 900)
2.
Menjadi pembeda di hari kiamat
Anggota wudhu yang sering dibasuh air wudhu akan
memberikan pengaruhnya pada hari kiamat kelak. Yaitu ia akan tampak bercahaya
dan hal itu menjadi pembeda umat Nabi Muhammad dengan umat Nabi-nabi yang lain.
sebagaimana sebuah hadist dari Rasulullah:
عن ُنعيم المجمر قال: رقيت مع أبي هريرة
على ظهر سطح المسجد, فتوضأ, قال: إني سمعت رسول الله يقول: (إن أمتي يدعون يوم القيامة غرا محجلين
من اثار الوضوء, فمن استطاع منكم أن يطيل غرته فليفعل)
“ Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari kiamat nanti pada
keadaan bercahaya, karena bekas wudhu, maka barangsiapa Diantara kalian yang
mampu untuk memperpanjang cahayanya,
hendaknya melakukannya (dengan banyak wudhu)”(HR. Bukhari, bab: fadhlul
wudhu’ wal ghurrul muhajjalun min atsaril wudhu’, no: 136) dan ( Muslim,
bab: istihbab ithalatil ghurrah wat tahjil fil wudhu’, no: 246)
begitu istimewa kita sebagai umat islam umat Nabi
Muhammad yang bisa mendapatkan anugrah dan kenikmatan tersebut yang tidak
didapat oleh umat-umat Nabi lainnya.
3.
Penyebab masuk Surga
Amalan-amalan shaleh
yang dapat mengantarkan manusia ke Surga sangatlah banyak. Diantaranya
ada amalan-amalan besar seperti:
jihad, mengurus anak yatim, berbakti pada orang tua dan lain-lain.
Adapula amalan-amalan ringan yang bisa
dilakukan kapan pun dan dimanapun seperti: dzikir, bershalawat , bersedekah,
tebar salam dan masih banyak lagi. Amalan ringan lain yang pahala dan
manfaatnya tak kalah besar adalah wudhu.
Wudhu dapat megantarkan pelakunya ke Surga Allah yang
indah, dan tentunya tidak mutlak hanya dengan amalan itu saja tetapi harus
dibarengi amal-samal shaleh yang lain. Sebagaimana kisah seorang sahabat Bilal
bin Rabah, pernah Rasulullah bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpi tersebut
beliau mendengar suara terompah Bilal di Surga.
عن أبي هريرة قال: قال النبي صلى الله
عليه و سلم لبلال عند صلاة الفجر: (حدثني بأرجى عمل عملته عندك منفعة في الإسلام,
فإني قد سمعت الليلة خشفة نعليك بين يدي في الجنة) فقال: ما عملت عملا قي الإسلام
أرجى (عندي منفعة من) أني لم أتطهر طهورا تاما في ساعة من ليل أو نهار إلا صليت
لربي ما كتب لي أن أصلي. (أخرجه
البخاري و مسلم)
Maka esok harinya beiau bertanya
kepada Bilal: “wahai Bilal, ceritakanlah kepadaku amalan yang engkau kerjakan
dalam islam yang paling engkau harapkan diterima oleh Allah. Karena aku
mendengar suara terompahmu di Surga. Bilal menjawab: “ tidak ada satupun amalan
yang paling aku harapkan, kecuali setiap selesai berwudhu baik di malam atau di
siang hari, aku melakukan shalat” (HR. Bukhari, bab: fadhlut tuhur bil laili
wan nahar wa fadhlush salat ba’dal wudhu’ billaili wan nahar, no: 1149) dan
(Muslim, bab: min fadhail Bilal, no: 2458)
4.
Dicintai Allah
Allah sang Maha pengasih dan penyayang memberikan
cinta-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Untuk mendapatkan cinta-Nya, kita
sebagai hamba harus melaksanakan semua perintah-perintah-Nya dan menjahui
segala larangan-Nya. Salah satu sarana agar kita dicintai oleh Rabb kita adalah
dengan menjaga kesucian dan kebersihan, baik kebersihan badan, pakaian,
lingkungan maupun kesucian hati dari berbagai penyakit yang bersemayam
didalamnya. Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk selalu memperhatikan
kebersihan dan kesucian, hal ini termaktub dalam kitab-Nya yang suci:
إن
الله يحب التوابين و يحب المتطهرين
“Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri”
(Qs. Al-Baqarah: 222).
Dikeluarkan oleh Waqi’ dan ‘Abid bin
Hamid dan Ibnu Abi Hatim dari ‘Atho’ tentang ayat
(إن الله يحب التوابين و يحب المتطهرين) beliau menafsirkan“Innallaha yuhibbut tawwabin” yaitu
Allah mencinai orang yang taubat dari dosa-dosanya, sedangkan “wa yuhibbu
mutathohhirin”yaitu orang yang mesucikan dirinya dengan air (wudhu). Ada
pendapat lain mengenai ayat ini, dikeluarkan oleh Waqi’ dan Ibu Abi Syaibah dan
‘Abid bin Hamid dan Ibnu Abi Hatim dari Abi ‘Aliyah: sesungguhnya beliau
melihat seorang laki-laki berwudhu, maka ketika selesai Dia berdo’a: “Allahummaj’alni
minat tawwabina waj’alni minal mutathohhirin” beliau berkata: sesungguhnya
bersuci dengan air itu sudah bagus, tapi yang dimaksud “almutathohhirun” adalah
orang-orang yang suci dari dosa. (As-Suyuthi: 2004, 466-467). Selain bersuci
dan membersihkan diri dari karat dosa dan kotoran debu termasuk sesuatu yang
sangat Dianjurkan, ternyata amalan ini dapat mengundang perhatian dan cinta
Allah kepada kita, sesuai firman Allah diatas.
2.3. Hikmah medis dibalik wudhu
1.
Membasuh kedua tangan
Tangan merupakan salah satu anggota badan yang sering
bersinggungan dengan benda-benda lain.
Tidak diragkan lagi bahwa benda-benda terbuka (yang tidak tertutup) yang ada
disekeliling kita banyak mengandung bakteri dan kuman yang sangat berbahaya
bagi tubuh ketika ia masuk kedalamnya. Kegiatan membasuh atau mencuci tangan
sebelum berkumur-kumur sangat efektif untuk membersihkan dan menghilngkan
bakteri dan kuman dari permukaan telapak tangan.
Disebutkan juga bahwa membasuh kedua telapak tangan
dengan air bersih dapat menghilangkan kuman dan bakteri hingga 90% dan hal ini
dapat membantu kita terhindar dari penyakit, terutama penyakit kulit. (Abu
Ammar: 2015, 78 dalam Yusuf al-Hajj: t.t, ). Mukhtar Salim dalam bukunya “sehat jiwa raga dengan shalat”
(2009: 77) menyebutkan para peneliti kesehatan, bahwa sebagian besar kuman dan
bakteri yang membahayakan masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara menembus
melalui kulit, khususnya kuman yang mengandung parasit cacing, dan kuman
lainnya yang masuk ke alat pencernaan melului mulut ketika seseorang makan
dengan menggunakan tangan tanpa membersihkan tangannya terlebih dahulu,
sehingga kuman berbahaya dalam jumlah yang besar dapat masuk dan berpindah ke
alat pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan manusia terkena tipus, disentri,
penyakit usus yang akut, hepatitis dan beberapa penyakit yang berhubungan
dengan pencernaan lain.
2.
Berkumur-kumur
Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk
berkumur-kumur sebanyak tiga kali ketika berwudhu, beliau menyebutkan dalam
sabdanya : dari Amru bin Yahya
meriwayatkan, “Rasulullah melakukan kumur-kumur dan istinsyak sebanyak tiga
kali”. (HR. Muslim, bab: fi wudhuin Nabi, no: 235). Sebenarnya
kumur-kumur termasuk dari sunah wudhu dan boleh dilakukan sebanyak satu atau
dua atau tiga kali (karena ini termasuk masalah fiqih yang masih ada pedebatan
diantara ulama’), akan tetapi ketika kita melihat manfaat dari kumur-kumur itu
sangat besar bagi kesehatan mulut, maka alangkah baiknya jika kita lakukan
berulang hingga tiga kali.
Diantara manfaatnya adalah menghilangkan dan membersihkan
sisa-sisa makanan yang tertinggal di gigi, mencegah adanya peradangan di mulut
dan tenggorokan, mencegah gigi berlubang, mencegah bau mulut dan menjadikan
otot-otot wajah menjadi kuat dan wajah tetap segar berseri. Jika berkumur-kumur
dibarengi dengan bersiwak (gosok gigi) maka hal ini sangat baik dan efektif
untk menjaga kebersihan mulut dan menjadikan bau mulut segar, apalagi jika dilakukan setiap hari lima kali
sebelum shalat.
Mukhtar Salim dalam bukunya “sehat jiwa raga dengan
shalat” (2009: 68) menyebutkan pensyariatan kumur-kumur dan istinsyak dalam
wudhu dalam berbagai hadist Nabi ini
terdapat hikmah yang luar biasa. Jika sisa-sisa makanan –khususnya makanan yang
mengandung zat tepung dan zat gula- berkumpul, menumpuk, kemudian membusuk di
sela-sela gigi, maka akan mengakibatkan suburnya bakteri dan menimbulkan
infeksi pada gusi, tenggorokan bernanah, gigi rapuh, membusuk, dan macam-macam
penyakit mulut lainnya yang dapat berpindah ke alat pencenaan sehingga akan
mengalami masalah serta menimbulkan berbagai macam penyakit yang berbeda-beda
dan bau yang tidak sedap.
Dan Rasulullah juga menganjurkan umatnya untuk selalu
memperhatikan kebersihan mulut, salah satu caranya yaitu dengan bersiwak atau
gosok gigi. Sebagaimana sabda beliau:
السواك مطهرة للفم مرضاة للرب
“siwak dapat membersihkan mulut dan
mendatangkan ridha Allah” (HR. An-Nasa’i, bab: at-targhib fis siwak, no:
5).
لولا أن أشق على أمتي أو على الناس
لأمرتهم بالسواك مع كل صلاة
“kalaulah
aku tidak memberatkan kepada umatku –atau kepada manusia- pasti aku perintahkan
mereka untuk bersiwak pada setiap kali hendak shalat” (dikeluarkan oleh
Bukhari, bab: bersiwak pada hari jum’at, no: 142)
3.
Memasukan air ke hidung dan mengeluarkannya.
Hidung merupakan alat utama pernafasan. Jika hidung bermasalah atau ada sumbatan,
pasti pernafasan akan terganggu dan tidak sempurna. Seperti pilek,
polip dan penyakit lain yang menyerang hidung.
Udara yang kita hirup belum tentu terbebas dari bakteri
dan kuman. Jika kita hidup di daerah yang berpolusi dan berdebu seperti di
gurun pasir atau di tangah kota maka kemungkinan besar udara yang kita hirup
banyak mengandung bakteri dan kuman, baik lewat hidung ketika kita bernafas
atau menembus permukaan kulit yang terbuka. Bakteri yang ada di udara sangatlah
banyak dan tak terhingga, sedangkan kita bernafas setiap detik dan setiap saat,
jadi berapa banyakkah kuman yang kita hirup setiap saatnya???
Islam datang
memberikan solusi yang tepat dan cepat. Wudhu, merupakan sebuah kegiatan
mudah yang salah satu tujuannya untuk
membersihkan diri dari berbagai kotoran dan kuman yang menempel di permukaan
kulit, di dalam praktik wudhu ada kegiatan yang namanya istinsyak
(memasukkan air ke hidung) dan istintsar (mengeluarkan air dari hidung).
Dengan melakukan kegiatan ini secara rutin dan kontinyu –insyaAllah- dapat
mencegah hidung dari bersarangnya bakteri dan tumbuhnya kuman yang berbahaya
bagi tubuh kita.
Mukhtar Salim dalam bukunya “sehat jiwa raga dengan
shalat” (2009: 71) menyebutkan tim peneliti dari Fakultas Kedokteran
Universitas Alexandria bekerja sama dengan peneliti kesehatan dan perobatan di
Akademik penelitian Ilmiah dan teknologi, mengadakan sebuah penelitian intensif
untuk mempelajari dan mengungkap rahasia hubungan antara wudhu dan
kesehatan. Dari hasil penelitian
tersebut, mereka menemukan fakta bahwa mayoritas bagian dalam hidung orang yang
tidak pernah berwudhu mengalami kepucatan warna, berminyak, dan debu serta
kotoran akan mengendap di dalam hidung sehingga menimbulkan kerusakan pada bulu
hidung. Di samping itu, lubang hidung akan terasa lengket, berwarna hitam
pekat, bulu-bulu hidung akan saling menempel, berdebu, dan akan mudah rontok.
Adapun seorang muslim yang selalu menjaga wudhunya, bagian permukaan hidung
akan bersih , terhindar dari debu serta kotoran yang menempel, terlihat lebih
bersih, dan bulu-bulu hidung akan terhindar dari kerusakan.
Hasil dari penelitian ilmiah ini menemukan kelebihan lain
dari wudhu, yaitu rahasia di balik pensyariatan istinsyak yang Diajarkan
oleh Rasulullah kepada umat Islam. Istinsyak adalah cara yang paling
bagus untuk membersihkan bagian dalam hidung. Hal itu karena karena setelah
beberapa jam dari waktu kita membersihkan hidung, kotoran dan kuman akan
kembali lagi mengisi rongga hidung kita sehingga kita harus terus-menerus
mengulangi pembersihan hidung. Dan ternyata waktu yang tepat untuk membersihkan hidung kita kembali
tersebut sangat cocok dengan pengaturan
waktu pelaksanaan shalat lima waktu.
4.
Membasuh wajah
Membasuh wajah termasuk rukun wudhu.
Sebagaiman yang Rasulullah kerjakan, dalam sebuah hadist beliau bersabda:
عن حمران ابن أبان رضي الله عنه أن عثمان دعا بوضوء فذكر
صفة وضوء النبي صلى الله عليه و سلم فقال حمران: ثم غسل وحهه ثلاث مرات
“Humran
bin Aban meriwayatkan bahwa Ustman bin Affan meminta air untuk berwudhu,
kemudian Utsman bin Affan mempraktikkan tata cara wudhu yang dilakukan oleh
Rasulullah. Humran berkata, Utsman bin Affan membasuh wajahnya sebanyak tga
kali......” (HR. Bukhari, bab: al-wudhu’ stalastan-stalastan, no: 159)
membasuh wajah sebanyak tiga kali dalam setiap wudhu dan sehari dilakukan lima
kali, akan membuat wajah lebih segar dan bersih dari berbagai bakteri serta
kuman yang menempel.
Mukhtar Salim dalam bukunya “sehat jiwa raga dengan shalat”
(2009: 73) menyebutkan bahwa dengan demikian, umat islam senantiasa
dapat menjaga kebersihan kedua matanya, sehingga terhindar dari penyakit mata,
trakhoma, mata merah, dan berbagai macam penyakit mata lainnya. Membasuh wajah
secara rutin setiap hari dengan menggunakan air dingin dapat menmbah
pengaktifan stimulasi sel pada kulit wajah, sehingga kulit wajah lebih halus,
kuat, elastis dan tidak lembek. Selain dapat menambah energi dan daya semangat
hidup tinggi, wajah terlihat bersinar, dan dapat melawan serta menghilangkan
kerutan-kerutan pada kulit wajah.
5.
Membasuh kedua tangan sampai siku
Sebagaimana yang telah dijelaskan
diatas, bahwa tangan adalah salah satu anggota tubuh yang sering bersinggungan
dengan benda lain yang mengandung bakteri dan kuman. Mukhtar Salim dalam
bukunya “sehat jiwa raga dengan shalat” (2009: 76) menyebutkan hal ini bisa
dilihat dari kebiasaan manusia yang tidak akan mampu melakukan pekerjaan
sehari-hari tanpa melibatkan kedua tangan, khususnya ketika kita harus mengangkat
suatu barang atau alat-alat tertentu. Dengan mengangkat atau memegang sesuatu,
kedua kedua tangan kita sangat rentan terkontaminasi oleh bermacam-macam
bakteri. Terkhusus jika kita sedang istinja’ (bersuci) setelah buang
air, bisa dipastikan di sini berbagai macam kuman serta bakteri berkumpul di
bawah kuku dan di antara jari jemari kedua tangan.
Dengan membasuh tangan sampai siku ketika wudhu –apalagi
lima kali dalam satu hari- dapat menghilangkan berbagi bakteri dan kuman yang
berbahaya bagi tubuh yang jika masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit. selain dapat menghilangkan debu dan mikroba, membasuh kedua
tangan sampai siku-siku dapat menghilangkan keringat dari dari permukaan kulit.
Materi-materi berminyak yang dikeluarkan oleh kelenjar kulit juga dapat
dibersihkan melalui kegiatan ini. Biasanya kedua tangan merupakan habitat yang
sangat cocok untuk hidup dan berkembangnya bakteri. (Abu Ammar: 2015, 79 dalam
Yusuf Al-Hajj: t.t,)
6.
Mengusap sebagian kepala
Membasuh sebagian kepala atau rambut dapat membuat otak
lebih jernih dalam berpikir, mempertajam ingatan, mencegah kerontokan rambut
serta bisa terhindar dari penyakit pikun. Hal ini bisa terjadi karena pada area
tersebut terdapat titik-titik yang berhubungan dengan otak dan syaraf manusia.
(http://www.vivamuslim.com/2016/03/ternyata-inilah-tujuh-manfaat-wudhu.html,diakses pada hari Kamis, 02 Juni 2016, jam:14.50)
7.
Membasuh kedua kaki
sampai mata kaki
Membasuh kaki sampai mata kaki serta menyela-nyela
jari-jemarinya, mampu menghilangkan berbagai kuman dan kotoran yang menempel di
kaki dan sela-sela jari serta dapat terhindar dari berbagai penyakit yang
menyerang kaki. Apalagi jika dilakukan secara rutin setiap hari lima kali
setiap wudhu. Kaki sangat rentan terkena debu dan kotoran saat berjalan baik
memakai alas kaki ataupun tidak.
Mukhtar Salim dalam bukunya “sehat jiwa raga dengan
shalat” (2009: 83) menyebutkan kaki adalah anggota tubuh yang paling dominan
menyangga berat tubuh manusia dan yang paling berpengaruh ketika seseoarang
berjalan atau pun berdiri di atas tanah yang berbeda-beda. Di zaman modern
seperti sekarang ini, kebanyakan manusia memakai sepatu di kedua kakinya dalam
jangka waktu yang relatif lama. Hal ini menyebabkan terlipatnya kulit yang
berada di antara jari-jari kaki sehingga tidak mendapat udara yang cukup. Di
samping itu, seringnya kaki berada dalam sepatu menyebabkan banyaknya kotoran
bercampur keringat akibat pemakaian bermacam-macam kaos kaki. Kotoran yang
bercampur keringat akan menyebabkan berkembangnya berbagai macam kuman yang
membahayakan –terutama pada saat cuaca panas- sehingga manusia akan mudah
terkena infeksi kulit dan bermacam-macam penyakit kulit lainnya seperti tenia[1] dan menyebabkan bau kaki yang tidak sedap.
Rasulullah telah memberikan contoh yang sempurna kepada
umatnya dalam bersuci dan membersihkan diri dari kotoran, salah satunya adalah
dengan wudhu. Kegiatan wudhu yang paling terakhir adalah membasuh kaki hingga
mata kaki, kegiatan ini ternyata dapat mencega dan menghilangkan berbagai kuman
dan kotoran yang menempel di kaki. Sebagaimana sabda beliau:
كان النبي صلى الله عليه و سلم إذا توضأ
دلك بين أصابع رجليه بخنصره
“Ketika berwudhu, Rasulullah menggosok sela-sela di antara
jari-jemari kedua kakinya dengan menggunakan jari kelingking”,(HR. Abu Daud,
bab: ghaslur rijlain, no: 148) dan (At-Tirmidzi, bab: maa ja’a fi
takhlili ashabi’, no: 40). Ternyata semua hikmah yang terkandung dalam
praktik wudhu ini telah diketahui oleh Rasulullah jauh sebelum dunia mengenalkan
teknologi canggihnya seperti saat ini.
Wallahu a’lam bish-shawaab.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Setelah kita ketehui
bersama bahwa dibalik pensyariatan wudhu terdapat banyak manfaat bagi kesehatan
jasmani dan rohani, dengan catatan jika dikerjakan sesuai dengan tuntunan
Rasulullah, maka dari penjelasan diatas bisa dimbil kesimpulan:
1.
Allah Subhanahu wa
Ta’ala selalu menginginkan kebaikan kepada hamba Nya dengan semua perintah
dan larangan yang telah Dia tetapkan.
2.
Rasulullah telah mengetahui hikmah dibalik adanya
syari’at wudhu jauh sebelum dunia mengenalkan teknologinya yang super canggih.
3.
Wudhu adalah amalah
ringan, mudah dan murah yang menyimpan banyak hikmah dan manfaat bagi pelakunya.
4.
Bahwa dengan berwudhu jiwa manusia akan selalu tenang dan
damai dan hal itu terlihat dari rona wajahnya yang tampak bercahaya dan
berseri, serta jasmaninya sehat karena
merasakan berbagai manfaat dari melakukan wudhu.
5.
Dengan membiasakan
berwudhu maka, manusia akan selalu menjadi pribadi yang bersih jiwanya dan sehat jasmaninya.
6.
Wudhu adalah sarana
untuk bersuci sekaligus obat pencegah dari berbagai penyakit kulit yang
disebabkan oleh kuman dan bakteri.
3.2.
Saran
Setelah kita ketahui bersama bahwa di balik praktik wudhu
ada selaksa manfaat bagi kesehatan jasmani dan rohani maka, alangkah baiknya
jika kita tidak hanya melakukan wudhu ketika akan shalat saja, tetapi ketika
sedang berhadast (dalam keadaan najis), setelah buang air, sebelum tidur,
setelah mandi dan saat-saat lain ketika
kita berhadast, agar kita selalu dalam keadaan suci dan selalu berada dalam ridha-Nya.
Ketika kita
mentaati Allah dan Rasul-Nya dengan benar dan tepat, maka kita akan merasakan
hikmah serta manfaat yang luar biasa darinya, maka hendaknya kita senantiasa
menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya agar kita selalu
mendapatkan kebaikan dan ridha dari-
Nya.
DAFTAR PUSTAKA
‘Asqalani, Al-Hafidz
Ahmad bin Ali bin Hajar Al-, Fathul Bari Bi Syarhi Shahihil Bukhari, (Kairo:
Darul Hadist, 2004)
Abadi, Imam Syamsyul Haq Al-‘Adzim Abadi, Aaunul Ma’bud Syarh Sunan Abu Daud, (Kairo: Darul Hadist, 2001)
Baghawi, Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud Al-, Syarhus Sunnah, cet: 2, (Beirut Lebanon: Darul Kutub Al-ilmiah, 2003)
Baqi, Muhammad Fu’ad
Abdul, Kumpulan Hadist Pilihan Shahih Bukhari Muslim, cet: 1, (solo: Insan
Kamil, 2011)
Mabarkafuri, Muhammad ‘Abdurrahman bin
‘Abdirrahim Al-, Tuhfatul Ahwadzi Bi Syarhi Jami’it Tirmidzi, cet: 1, (Kairo:
Darul Hadist, 2010)
Majalah Hujjah edisi
4 vol 1 2016
Malik, Imam, Al-Muwaththo’, cet: 1,(Beirut Lebanon: Darul fikr, 2011)
Nawawi, An- , Syarhul Arb’in An-Nawawiyah, cet: 1, (Kairo:
Darul Mustaqbal, 2005)
Nawawi, An-, Shahih Muslim
bi Syarhin Nawawi, cet: 4, (Kairo: Darul Hadist, 2001)
Salim, Mukhtar, sehat
jiwa raga dengan shalat, cet: 1, (Klaten: wafa press, 2009)
Suyuthi, Jalalud Din ‘Abdir Rahman bin Abi Bakr As-, Adduurul Mantsur Fit Tafsiril Ma’tsur, cet: 2, (Birut Lebanon: Darul Kutub Al-Ilmiah, 2004
Suyuthi, Jalalud Din, as-, Sunanun Nasa’i, cet: 1, (Beirut Lebanon: Darul fikr , 2012)
http://www.vivamuslim.com/2016/03/ternyata-inilah-tujuh-manfaat-wudhu.html,diakses pada hari Kamis, 02 Juni 2016, jam:14.50)
https://id.wikipedia.org/wiki/Tinea, diakses pada hari
Kamis, 02 Juni 2016, jam: 14.55)
[1]
Tinea adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu suatu
golongan jamur kulit yang terdiri atas tiga jenis, Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.Kelainan pada kulit ini juga dinamakan ringworn
yang berupa bercak-bercak bulat, berbatas tegas, terdiri atas eritem, di tengah
bersisik dan pada tepi dengan papula kecil, kadang-kadang disertai vesikel
kecil yang tertutup keropeng.
By : Zulfa Sa'diyah
0 komentar:
Posting Komentar