Minggu, 21 Agustus 2016

Menanti Saat Berbenah




Hari ini adalah hari Kamis tanggal 10 Maret 2015. Hari ini adalah hari ke-508 sejak Prsesiden ke-7 Republik Indonesia dilantik di gedung DPR/MPR pada tanggal 20 Oktober 2014 silam. Hari ini adalah hari yang dapat menyadarkan kita bahwa telah berlalu 1 tahun 5 bulan Indonesia dipimpin oleh seseorang yang notabene dijuluki ‘petugas partai’.
Ya. Dialah Ir. H. Joko Widodo, pria berkelahiran Surakarta 21 Juni 1961. Orang Solo yang baru genap dua tahun menjabat sebagai Gubernur Jakarta pada tahun 2012 sampai 2014 silam. Kini ia menjadi orang nomor satu di negara yang katanya berpenduduk muslim terbesar di dunia ini.
Mau Dibawa Kemana Indonesia?
Bila kita menilik kembali beberapa peristiwa yang tengah terjadi di dunia perpolitikan Indonesia, kita akan mengetahui betapa banyak kabar simpang siur yang kian mewarnai berlangsungnya pemilihan Capres dan Cawapres kala itu.
Joko Widodo atau lebih akrab disapa Jokowi, mengalahkan lawannya dalam pemungutan suara dengan presentase 53,15%. Sebuah hasil matematis yang katanya telah banyak diwarnai permainan politik di dalamnya. Hal ini terbukti dengan  hasil pemilihan badan eksekutif yang tidak kongruen dengan hasil pemilihan badan yudikatif. Kita tahu, Jokowi yang menjadi presiden, namun para pejabat yang menduduki kursi DPR maupun DPRD justru lebih banyak pendukung Prabowo.
Seiring berlalunya zaman, kasus ini seakan sudah terlupa dan tak lagi dipermasalahkan. Ya, kini hampir tak ada lagi yang memusingkannya mengingat banyaknya polemik yang bermunculan dan juga tak kalah lebih memusingkan lagi.
Di masa pemerintahan Jokowi yang masih berumur jagung, Indonesia telah menapaki berbagai problema yang kian hari kian memperburuk Indonesia. Pada tanggal 14 Juli 2015, di saat umur pemerintahan Jokowi baru delapan bulan, umat muslim dikejutkan dengan aksi brutal para kristen biadab yang telah memporak-porandakan jama’ah Idul Fitri Tolikara dengan membakar masjid dan beberapa rumah penduduk. Memalukan! Itulah kata yang pantas kita tujukan kepada Bapak Presiden dan Wakilnya atas beberapa perilaku menjijikkan yang mereka lakukan dalam menyikapi tragedi tersebut.    
Dengan entengnya seorang wakil presiden justru mempersoalkan pengeras suara yang dari akal sehat pun tak dapat diterima. Bapak presidennya sendiri justru mengundang makan para pelaku dengan hormat di Istana Merdeka. Miris!
Belum genap satu bulan pasca Tolikara, perekonomian Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi membuat rekor terbaru. Harga kurs rupiah terhadap dolar mengalami penurunan yang begitu fantastis hingga mencapai titik terendahnya sejak tahun 1998. 1 dolar Amerika setara dengan 14.046 rupiah Indonesia. Fantastis!
Di awal tahun 2016, Indonesia kembali terguncang. Sebuah bom meledak di kawasan Sarinah jalan MH. Thamrin, Jakarta. Berita pun ramai membicarakannya. Sebuah insiden yang mengandung banyak kejanggalan yang juga menimbulkan banyak penafsiran. Jika kita melihat sisi lain, ternyata Bom Sarinah telah mengalihkan perhatian publik terhadap kasus ‘Papa Minta Saham’ yang melanda Freeport. Sebuah kasus yang kian menambah jumlah permasalahan-permasalahan yang tak kunjung ada jalan keluarnya.
Kita belum selesai. Di balik ini semua masih ada sebuah kerusakan moral yang kian merambahi Indonesia. Sebuah pemaksaan legalitas dari sekelompok orang yang katanya menuntut Hak Asasi Manusia. LGBT, suatu bentuk pemenuhan hasrat manusia abnormal yang hewan saja tak sudi melakukannya. LGBT, sebuah penyakit yang beberapa waktu silam dianggap aib, namun di era Jokowi ini justru berani menampakkan batang hidungnya.
Ketika kita sebagai rakyat Indonesia melihat dan mengamati berbagai problema yang kian memperburuk negeri ini, seyogyanya timbul dalam benak kita sebuah pertanyaan besar. Mau dibawa kemana Indonesia?
Islam, Problem Solver Terbaik
Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur alam semesta tentunya tidak akan membiarkan begitu saja tanpa sebuah buku panduan bersamanya. Allah SWT telah menetapkan prosuder dan warning yang harus ditaati dan dipatuhi oleh kita sebagai makhluk-Nya.
Sebagai rakyat Indonesia yang juga seorang makhluk ciptaan Allah SWT, maka selayaknya kita memecahkan masalah-masalah yang ada dengan beberapa problem solving yang telah Allah SWT gariskan. Kasus Tolikara misalnya, bila kita mengkaji Al-Qur’an dan hadits yang merupakan buku panduan Allah SWT atas alam ini, maka kita dapat menjumpai suatu bentuk problem solving yang selaras dan aplikatif dalam masalah ini. Kasus Tolikara merupakan sebuah tindakan kriminal dan Islam telah mengatur bagaimana para pelaku ditindak semestinya.
Untuk permasalahan mata uang Indonesia yang kian hari kian mengkhawatirkan, Islam telah menawarkan suatu jenis mata uang yang tak akan lekang oleh zaman. Dinar dan dirham. Dua satuan mata uang yang hingga kini tak pernah merugikan si empunya.
Adapun kasus Freeport, sebenarnya ia berawal dari sikap manja para pemimpin negri ini. Mereka tidak percaya dengan kemampuan rakyatnya sendiri. Bagaimana ‘orang-orang tersebut’ akan percaya? Untuk memberikan sarana dan prasarana dalam mengoptimalkan kemampuan orang-orang yang sebenarnya sangat berkompeten saja tidak!
Jika kita melihat bagaimana Islam mengatur masalah ini, maka kita dapat menyimpulkan letak kesalahan utama. Suatu kurikulum pendidikan yang memang sengaja dirancang untuk memandulkan kompetensi rakyat dan membuat rakyat semakin terlihat bodoh.
Sedangkan Islam yang merupakan problem solving terbaik telah mencontohkan bagaimana kurikulum pendidikan seharusnya. Sedari kecil seorang anak telah difasilitasi untuk belajar seusai dengan bidang keahliannya. Karena, ibarat ikan yang hanya bisa berenang tak akan mugkin dipaksa untuk mampu terbang.
Inilah beberapa contoh problem solving yang tersusun rapi dalam satu sistem pemerintahan. Ya, sistem pemerintahan yang telah disusun sendiri oleh Allah SWT.  
Percayakah dengan sistem ini? Biarlah sejarah yang menjawabnya. 1437 tahun lalu sistem ini telah diberlakukan dan mengubah tatanan dunia dalam kurun waktu kurang dari tiga dekade. Itulah masa-masa kejayaan Islam yang tak dapat dipungkiri oleh para sejarawan dunia. Kejayaan Islam yang bukan dijalankan dengan sistem demokrasi, sebuah sistem yang dituhankan pemerintahan Indonesia dan telah menjadikan Indonesia layaknya saat ini.
Benahi Indonesia
Ingin Indonesia menjadi negara merdeka yang mandiri? Ingin Indonesia terbebas dari berbagai bencana alam? Ingin Indoneisa benar-benar menjadi tanah surga? Ingin Indonesia terbebas dari krisis ekonomi dan kerusakan moral?
Berkacalah kepada sejarah, amatilah bagaimana sebuah kota yang tak lebih luas dari kota Jakarta  menjadi sebuah negara yang menjadi sorotan dan pengubah tatanan dunia! Tirulah pemimpinnya, jadikan ia sebagai public figure dalam pembenahan Indonesia! Mari, kita benahi Indonesia dengan cara yang seharusnya!

oleh: Husna Amania

0 komentar:

Posting Komentar