Minggu, 13 Maret 2016

Dilema Pencemaran Bengawan Solo

        
Sungai bengawan solo adalah sungai terpanjang di pulau jawa. Panjang sungai bengawan solo 548,53km. Sungai ini melintasi dua provinsi yaitu jawa tengah dan jawa timur. Dulu sungai ini dijadikan sebagai sumber air bersih bagi masyarakat. Air sungai bengawan solo digunakan untuk minum, mandi, serta meninyirami tanaman. Bukan hanya itu, air sungai dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber irigasi.

Keindahan sungai bengawan solo dapat terbayang apabila kita membaca sebuah penggalan cerita yang tertulis diBBCIndonesia.com "Waktu saya muda, orang-orang di Solo duduk-duduk di pinggir sungai, mandi, bermain-main, atau mancing. Namun sekarang tidak lagi. Banyak ikan mati, karena sungai tercemar, bau," kata Gesang pencipta lagu bengawan solo. Tapi sayang, ini semua hanya cerita masa lalu dari kakek dan nenek kita, karena apa yang kita saksikan sekarang adalah sebuah tolak belakang dari masa lalu.
Kondisi Bengawan Solo
Pencemaran lingkungan adalah suatu dampak dari semakin bertambahnya jumlah penduduk tetapi kesadaran masyarakat dan kepedulian masyarakat yang sangat minim. Sehingga secara sadar atau tidak mereka merusak lingkungan alam mereka sendiri. Bukan hanya itu, terkadang dengan alasan untuk memperoleh suatu manfaat yang lebih sehingga sebagian oknum tega mengotori lingkungan hidupnya demi kepentingan sendiri.
Air sungai yang berwarna coklat kehitam-hitaman, bahkan hitam dan bau menyengat adalah pemandangan yang akan kita jumpai apabila berkunjung ke sungai benganwan solo. Khususnya di daerah Sukoharjo sampai Sragen. Sungai bengawan solo didaerah ini melintasi kawasan pemukiman padat, dan di daerah ini juga kita dapat melihat kanan dan kiri sungai adalah industri  batik, garmen, dan bahan pewarna. Bukan hanya itu bengawan solo juga di jadikan sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga, mulai dari plastik, botol bekas, sampai limbah rumah tangga.
Keadaan diatas adalah bukti bahwa air sungai bengawan solo sudah tidak layak digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Sebagaimana yang tertulis di solopos.com tanggal 22 November 2014 bahwa Agus Sriyanto   mengatakan “Hampir 80% penyumbang pencemaran terbesar berasal dari limbah domestik yang berasal dari limbah rumah tangga dan limbah industri kecil. Sedangkan 20% lainnya disumbang dari pencemaran limbah perusahaan industri berskala besar” kata agus. Sungguh ironis sungai bengawan solo yang sejatinya dapat menjadi sumber air bersih. Namun, dewasa ini bengawan solo menjadi tempat pembuangan limbah industri dan tempat pembuangan sampah.
Penambang Pasir Liar
Permasalahan bengawan solo bukan hanya masalah pencemaran air sungai bengawan solo saja, tetapi ada satu permasalahan yang tidak kalah penting yaitu masalah penambangan pasir liar. Para penambang pasir tersebar didaerah yang manjadi timbunan pasir bengawan solo. Mereka terbagi menjadi dua : penambang pasir dengan cara tradisional dan penambang pasir yang menggunakan mesin.
Para penambang pasir sepertinya kurang menyadari dampak negatif dari perbuatan mereka, karena hal ini akan berdampak besar bagi lingkungan. Pasir merupakan salah satu material yang terbawa arus air sungai. Apabila pasir dari sungai ini terus diambil. Akibatnya dapat kita rasakan sekarang yaitu banyak daerah bantaran sungai yang terus terkikis oleh air. Dan rawan terjadi longsor di daerah bantaran sungai khususnya bantaran sungai yang tidak dibuat tanggul.
Dampak Yang Akan Terjadi
Kondisi bengawan solo akan lebih parah lagi apabila musim hujan tiba, air bengawan solo meluap hingga terjadi banjir. Warna air yang keruh bercampur dengan sampah yang terbawa air dan bau tidak sedap adalah konsekuensi dari apa yang telah dilakukan oleh manusia pada sungai bengawan solo. Banjir akan membawa banyak dampak negatif bagi masyarakat dari penyakit gatal-gatal di kulit, gagal panen akibat padi terendam air, diare, kekurangan persediaan air bersih, hingga kematian. Sungguh, ini kisah sedih dari deretan kisah orang-orang yang tinggal di sekitar bengawan solo.
Saling Menyalahkan 
Apabila terjadi kondisi seperti yang telah disebutkan diatas, maka akan banyak orang saling menyalahkan. Masyarakat menyalahkan perusahaan-perusahaan yang membuang limbah industri di sungai. Dan mereka juga menyalahkan pemerintah yang kurang tegas memberi sangsi kepada perusahaan yang membuang limbah industri di sungai. Sedangkan pemerintah dan pemilik perusahaan menganggap itu akibat perilaku masyarakat yang suka membuang sampah rumah tangga ke sungai.
Kita sulit mengetahui secara pasti siapa yang harus bertanggung jawab atas semua kejadian ini. Karena pada hakikatnya semua merasa bahwa dirinya benar dan berusaha mempertahankan. Permasalahan ini tidak akan ada ujungnya jika semua hanya saling menyalahkan tapi tidak ada yang berusaha menyesaikan. Sebagai masyarakat seharusnya kita lebih bijak dalam mengambil tindakan. Tidak sepantasnya masyarakat membuang sampah rumah tangga di sungai karena akan mengakibatkan menumpukknya sampah di sungai. Perlu ada kerja sama antara masyarakat dan pemerintah untuk membersihkan sungai dan pemerintah sebaiknya menyediakan tempat sampah dan lahan khusus untuk tempat pembuangan akhir sampah yang memadai.
 Perusahaan-perusahaan yang ada seharusnya tidak membuang limbah industri ke sungai karena itu akan menyebabkan sungai menjadi tercemar. Setiap perusahaan seharusnya mempunyai alat untuk mengolah limbah dan tempat pembuangan limbah sendiri dan jangan sampai limbah itu mengotori lingkungan. Pemerintah seharusnya memberi sangsi yang tegas kepada perusahaan yang tetap membuang limbah di sungai.
Hari ini mungkin jarang media yang membicakan masalah pencemaran bengawan solo. Tapi seharusnya kita sadar ada bahaya yang sedang kita hadapi, apabila kita membiarkan pencemaran ini terus berlangsung. Mungkinkah kita akan terus menambah faktor-faktor yang membuat bengawan solo bertambah tercemar?  Kita seharusnya menyadari bahwa bengawan solo adalah sungai yang harus kita jaga, karena lingkungan kita akan sangat mempengaruhi kesehatan kita, dan kelanjutan generasi setelah kita. 

Oleh : Annisa Kurniati

0 komentar:

Posting Komentar