Senin, 15 Agustus 2016

Peran Pemuda dalam Peradaban


BAB I
PENDAHULUAN

 

A.       LATAR BELAKANG
Saat ini keadaan moral generasi muda bangsa Indonesia berada dititik paling rendah. Semua itu dibuktikan dengan banyaknya kasus pelecehan seksual yang disebabkan oleh pergaulan bebas. Tidak hanya itu, bahkan LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) sudah akrab
di kalangan para pemuda. Narkotika dan rokok pun menjadi pilihan para pemuda sebagai ajang bersenang-senang. Padahal jika dikaji lebih dalam, pemuda merupakan tonggak suatu peradaban.  Berangkat dari minimnya kesadaran generasi muda inilah, penulis berkeinginan untuk memaparkan tentang “Peran Penting Pemuda dalam Peradaban”.
B.        RUMUSAN MASALAH
1.         Apa peran pemuda dalam peradaban
2.         Bagaimana cara mendobrak keterpurukan bangsa?
C.        TUJUAN
1.         Untuk mengetahui peran pemuda dalam peradaban
2.         Untuk mengetahui hal-hal yang bisa mendobrak keterpurukan bangsa
D.       MANFAAT
1.         Sebagai tambahan wawasan bagi diri sendiri
2.         Sebagai sumbangan ilmu bagi perpustakaan ma’had Aly Hidayaturrahman
3.         Sebagai tambahan wawasan pembaca mengenai peran pemuda dalam peradaban bangsa






BAB II
PEMBAHASAN

A.       URGENSI PEMUDA
Pemuda Indonesia merupakan aset negara Indonesia, dimana negara kita akan dipegang dan dikuasai oleh para pemuda Indonesia kelak.  Peran yang diberikan oleh para pemuda sangat berpengaruh terhadap pembangunan bangsa Indonesia. Maka dari itu, pembelajaran dan pemberitahuan tentang hal-hal yang positif kepada pemuda sejak dini sangatlah penting guna membangun bangsa Indonesia.[1]
Dari masa ke masa sosok pemuda selalu menggambarkan karakter agent of change sekaligus iron stock.[2] Peran pemuda sebagai agent of change pun telah banyak dicatat dalam lembaran sejarah.
Ada beberapa alasan mengapa pemuda memiliki tanggung jawab yang besar dalam tatanan peradaban, antara lain:
a.          Kemurnian idealismenya
b.         Keberanian dan keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan baru
c.          Semangat pengabdiannya
d.         Spontanitas dan pengabdiannya
e.          Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
f.          Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan kepribadiannya yang mandiri
g.         Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikkan pendapat, sikap, dan tindakannya dengan kenyataan yang ada.
Alasan-alasan tersebut pada dasarnya melekat pada diri pemuda yang jika dikembangkan dan dibangkitkan kesadarannya, maka pemuda dapat berperan secara alamiah dalam kepeloporan dan kepemimpinan untuk menggerakkan potensi-potensi dan sumber daya yang ada dalam masyarakat.[3]
Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan peran dan memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persoalan bangsa, bahkan menuju pada makin memudarnya jiwa dan semangat bangsa. Berbagai gejala sosial dengan mudah dapat dilihat, mulai dari rapunya sendi-sendi kehidupan masyarakat, rendahnya sensitifitas sosial, memudarnya etika, lemahnya penghargaan nila-nilai kemanusiaan., kedudukan dan jabatan bukan lagi sebagai amanah, dan masih banyak lagi.[4]
B.        GAMBARAN PEMUDA DALAM SEJARAH
Berkaca pada sejarah Islam, kita akan melihat, betapa banyak para intelektual muda yang berperan dalam kemenangan agama ini. Ribuan tahun lalu, Rasulullah mengangkat Usamah bin Zaid, yang saat itu berumur 18 tahun, sebagai komandan perang, memimpin para sahabat yang usianya jauh diatasnya.
Lalu, pada abad 14, dunia kembali dicengangkan oleh aksi seorang pemuda 21 tahun dengan ide fantastisnya. Pemimpin yang berhasil menaklukkan Konstantin setelah sekian abad ummat Islam berusaha untuk menaklukkannya. Beliau adalah Sultan Muhammad Al-Fatih, yang keberadaannya telah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Pada tahun 1825-1830, sekelompok pemuda dari kalangan ulama’, santri dan bangsawan keraton berperang melawan kepemerintahan Hindia Belanda di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro. Peperangan ini menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi Belanda, delapan ribu pasukan bangsa Eropa dan tujuh ribu orang prajurit Indonesia yang berperang untuk kepentingan bangsa belanda terbunuh dalam peperangan.
Perbendaharaan Belanda harus mengeluarkan uang sebanyak sekitar 20 juta gulden untuk membiayai seluruh pengeluaran yang terjadi pada perang Jawa tersebut. Selain itu, orang-orang Belanda mengalami trauma dan ketakutan akibat perang.[5]
Di masa penjajahan, para pemuda rela mengorbankan jiwa dan raganya demi mempertahankan bangsa Indonesia dari genggaman penjajah. Boedi Utomo, Trikora Dharma, Jong Java dan organisasi pemuda lainnya menjadi saksi atas perjuangan mereka. Hingga hasilnya, deklarasi proklamasi bisa dikumandangkan pada 17 agustus 1945 oleh Soekarno dan M. Hatta.
Namun, semua itu tinggal sejarah. Kegigihan, semangat, seta gagasan pemuda yang dulu berhasil mendobrak dinding penjajahan, kini tidak bisa ditemui, yang ada hanyalah keterpurukan moral yang kian hari kian menjamur.
Pengangguran bertebaran di antero jagad raya, perjudian, pemerkosaan, tawuran, sampai korupsi bukan lagi hal yang tabu dikalangan masyarakat. Ini semua sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.
        خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian setelahnya (sahabat), kemudian setelahnya (tabi’in).” (HR. Bukhori dan Muslim)
        Bisa dibayangkan berapa jarak kehidupan kita dengan Rasululah. Telah banyak generasi yang terlewati, maka sudah jelas jika semakin bertambah generasi kualitas yang didapat akan semakin menurun.
C.        KRISIS YANG MENIMPA GENERASI MUDA.
Jika kita sedikit membuka mata, kita akan menyadari bahwa kemerdekaan Indonesia bukan berarti kemenangan bangsa. Keadaan bangsa Indonesia masih dalam keterpurukan yang mendalam. Namun ironinya, tidak semua orang menyadari kemerosotan bangsa ini. Para penjajah telah mengkamuflase bentuk dan gaya mereka, hingga sekarang orang-orang sulit membedakan mana kawan mana lawan.
Diantara krisis moral yang diderita generasi muda adalah sebagai berikut:
1.         Kurangnya sensitifitas akan agama. Hal ini bisa dilihat saat para anak muda lebih memilih untuk berebut untuk berfoto bersama turis asing ditempat wisata dari pada menindak lanjuti penari-penari bali yang menistakan agama dengan menari di atas sajadah sambil mengumbar aurat.
2.         Sikap acuh terhadap masalah-masalah sosial dilingkungannya, sampai-sampai pergaulan bebas menjadi tren tersendiri bagi mereka. Minuman keras dan narkotika pun menjadi ajang untuk bersenang-senang.
3.         Kurangnya bersosialisasi dengan masyarakat. Bagi pemuda zaman sekarang, berkumpul dengan kelompoknya masing-masing jauh lebih meneyenangkan dari pada harus aktif dalam kegiatan masyarakat.
4.         Maraknya sex bebas dikehidupan pemuda.
5.         Tawuran hingga balapan liar yang kian merugikan masyarakat.
6.         Konvoi serta coret mencoret seragam pada saat kelulusan yang begitu liar.
Dan masih banyak lagi.
Maka terlihat jelas betapa berbanding terbaliknya. Salah satu hal yang membuat para pemuda terpuruk dalam kemerosotan moral adalah tidak adanya pijakan yang kuat dalam agamanya.
        Untuk menangani berbagai kasus moral di negri ini, diperlukan adanya gerakan besar-besaran yang dilakukan oleh bangsa kita. Kita tidak boleh hanya mempercayakan masalah penanganan moral ini pada satu lembaga. Dalam gerakan ini perlu diikutsertakan sebanyak mungkin golongan atau kalangan dalam masyarakat, baik yang tergabuing dalam partai-partai politik, organisasi massa, LSM maupun perkumpulan-perkumpulan lainnya.
Dalam gerakan besar-besaran melawan dekadensi moral ini, penting sekali ikut sertanya secara aktif kalangan islam, terutama tokoh-tokohnya, karena mereka merupakan penduduk mayoritas di republik ini. Peran aktif dari lembaga-lembaga Islam seperti majlis ulama’ Indonesia, organisasi masa Islam, dan partai politik Islam sangat diperlukan untuk memberikan moral force kepada umat Islam yang merupakan bagian terbesar dari jumlah penduduk.
Alternatif lain yang juga efektif dalam menahan laju dekadensi moral bangsa kita adalah melalui pendidikan, baik pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Dalam pendidikan formal, peserta didik mulai dari tingkat dasar dan menengah hinga tingkat tinggi harus diberikan pencerahan dengan memberikan bekal kepada mereka ilmu pengetahuan dan teknologi yang didasari nilai-nilai agama.
Mereka sejak dini dibiasakan untuk beragama dengan baik dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Mereka diajak untuk menjalankan perintah-perintah agama, berkata jujur dan tidak bohong, displin, sopan santun, saling mencintai, berbuat baik dengan sesama, malu berbuat jahat, tidak iri hati, tidak berbuat aniaya, tidak rakus, tidak menipu, tidak pendendam, tidak mengadu domba, tidak ambisisus dan lain sebagainya.
Pendidikan formal seperti itu harus diiringi dengan pendidikan informal dan nonformal yang sejalan. Keluarga harus memberikan lingkungan yang kondusif yang dapat mendukung dan memotivasi anak demi terbinanya akhlak mulia.
Begitu juga masyarakat harus memberikan pelajaran yang baik kepada anak-anak-anak. Sehingga mereka tidak dibingungkan oleh masyarakatnya sendiri. Kebingungan sering terjadi ketika apa yang didapatkan oleh anak di masyarakat jauh berbeda dengan apa yang diajarkan di sekolah. Akibatnya, anak tidak dapat melakukan internalisasi nilai-nilai yang diperolehnya disekolah. Sebalikny, anak justru putus asa dan bersikap semaunya. Inilah yang menjadi hambatan terealisasinya nilai-nilai akhlak mulia.
Pendidikan tidak begitu saja menghasilkan bangsa yang mulia. Butuh waktu dan proses yang panjang, dengan adanya komitmen yang jelas dan tegas dari pemerintah, maka hal itu akan terealisasikan dengan baik.
Dengan demikian, melalui pendidikan inilah kita dapat menyiapkan generasi yang memiliki iman yang kokoh dan budi pekerti yang luhur serta mampu menjadi pengawal moral dalam membawa negara dan bangsa kita di masa-masa yang akan datang.[6]
D.       PERAN PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA
Masa depan bangsa dan negara menjadi tanggung jawab generasi muda. Jika mereka berkembang dengan peningkatan kualitas yang semakin membaik, besar harapan kebaikan dan kebahagiaan kehidupan bangsa dapat diharapkan. Namun jika terjadi sebaliknya, maka keadaan saling menuding dan menyalahkan tidak dapat dihindari sedang permasalahan semakin nyata dan semakin parah.[7]
Ada beberapa hal yang bisa pemuda lakukan untuk membangun peradaban bangsa menjadi lebih baik. Diantaranya:
1.         Membentengi Umat
Problem umat sebenarnya bermuara pada lemahnya pemahaman yang benar dan belum mampu mengamalkan agamanya dengan baik. Mayoritas umat Islam memang masih awam terhadap Islam. Padahal, inilah modal awal untuk menghadapi gempuran serangan pemikiran yang menyasar akidah umat.
2.         Penguatan Kader
Segala macam program tidak akan berjalan maksimal tanpa dukungan SDM yang mumpuni. Selain itu, kader yang handal merupakan investasi jangka panjang.
3.         Pemberdayaan Ekonomi
Faktor ekonomi kerap menjadi entry point merebaknya pengangguran dan pengemis. Padahal merebaknya pengangguran dan kemiskinan bisa di tanggulangi dengan memperluas dan membuka lapangan pekerjaan. Salah satunya bisa diwujudkan dengan memberdayakan sektor informal padat karya, home industry. Menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Diharapkan dengan demikian para lulusan sekolah ataupun perguruan tinggi tidak hanya memiliki tujuan sebagai pegawai saja, namun lebih baik apabila mereka membuat usaha-usaha yang dapat menyerap tenaga kerja sehingga dengan demikian membantu pemerintah dalam mengatasi jumlah pengangguran yang kian banyak. Dan bisa kita lihat akhir-akhir ini, sudah banyak sekali lulusan muda berbakat yang sukses melakukan kegiatan usaha. Mengadakan bimbingan, penyuluhan dan keterampilan tenaga kerja, menambah keterampilan, dan meningkatkan pendidikan.[8]
4.         Menggalang Kekuatan Media
Dalam era perkembangan teknologi saat ini, salah satu bentuk perjuangan yang dapat dilakukan oleh pemuda adalah melalui sosial media. Sebagai contoh, ketika kepemimpinan Hosni Mubarak runtuh. Masalah-masalah internal yang ada di Mesir seperti tingginya angka kemiskinan, pengangguran, dan korupsi yang meningkat secara dramatis dibawah rezim Mubarak memicu kekecewaan rakyat Mesir. Dan pada akhirnya menjadi tuntutan rakyat Mesir untuk melakukan revolusi terhadap kediktatoran Mubarok. Awalnya hal ini diserukan pemuda melalui sosial media seperti facebook, twitter dan blog, hingga akhirnya kepemerintahan Mubarak berhasil digulingkan.
Fungsi utama media sosial ialah mengedukasi bangsa dan memberi berita pembangding yang sesuai fakta. Selain itu, media merupakan alat yang kuat untuk menunjukkan dukungan.[9]







BAB III
PENUTUP

A.       KESIMPULAN
Pemuda merupakan pilar kebangkitan bangsa. Dengan demikian, sungguh banyak kewajiban seorang pemuda, tanggung jawab, dan semakin berlipat hak-hak umat yang harus ditunaikan.
Upaya untuk menciptakan generasi muda yang tangguh dapat dilakukan di dalam keluarga dengan bimbingan orang tua; di lembaga pendidikan dengan bimbingan dari guru; dan di lingkungan masyarakat dengan mengadakan organisasi pemuda yang positif dan adanya pengawasan dari tokoh masyarakat.
B.        SARAN
Dari pemaparan diatas, maka pemuda dituntut untuk berfikir panjang, banyak bergerak dan bekerja serta bijak dalam menentukan sikap, dan yang paling utama adalah maju untuk menjadi penyelamat dan hendaknya mampu menunaikan hak-hak umat dengan baik. Dan awal dari itu semua adalah kesadaran dari diri pemuda itu sendiri.



DAFTAR PUSTAKA
Ishardino Satries , Wahyu, peran serta pemuda dalam membangun masyakat. Jurnal Madani Edisi I/ mei 2009
Isa Anshari, Muhammad, Mengkristenkan Jawa, (Karanganyar: Pustaka Lir Ilir, 2013)
Marzuki, Penanganan Kasus-Kasus moral di Indonesia Perspektif Islam. Pdf
Irfan Asyari, Agung, Membangun Generasi Muda dan Mahasiswa dalam Penegakkan Kepemimpinan yang Ideal, program studi S1 Teknin Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer, Yogyakarta 2011
Majalah An-Najah, edisi 122, januari 2015
http://www.mediapustaka.com/2014/10/peran-pemuda-dan-urgensi-keberadaan.html


[3] Wahyu Ishardino Satries, peran serta pemuda dalam membangun masyakat. Jurnal Madani Edisi I/ mei 2009
[4] http://www.mediapustaka.com/2014/10/peran-pemuda-dan-urgensi-keberadaan.html
[5] Muhammad Isa Anshari, Mengkristenkan Jawa, (Karanganyar: Pustaka Lir Ilir, 2013) hlm. 33-34
[6]Marzuki, Penanganan Kasus-Kasus moral di Indonesia Perspektif Islam.
[7] Agung Irfan Asyari, Membangun Generasi Muda dan Mahasiswa dalam Penegakkan Kepemimpinan yang Ideal, program studi S1 Teknin Informatika Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer, Yogyakarta 2011
[9] Majalah An-Najah, edisi 122, januari 2015, hlm. 5

Oleh : Istiqomah elHaura

0 komentar:

Posting Komentar