Sabtu, 05 Maret 2016

Khusyu' dalam Sholat


A.    Pendahuluan
Tidak diragukan lagi shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab Allah Ta’ala. Dalam pelaksanaanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita agar meniru cara shalat beliau baik dalam gerakan,bacaan dan hal-hal yang berkaitan denganya.
Oleh karenanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengategorikan shalat sebagai salah satu pondasi dalam Islam sedangkan, ruh dari shalat adalah kekhusyukan.
Bila shalat dilakukan tanpa kekhusyukan, maka seakan-akan shalat tersebut tak bernyawa, terasa hampa, dan tak berbobot. Bagaimanakah kita bisa khuyu’ dalam shalat? Lewat makalah sederhana ini saya akan mengulas beberapa permasalahan mengenai khusyu’ dalam shalat.

B.     Definisi Khusyu’
            Syaikh as-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa khusyu’ adalah ketundukan hati dan ketenangannya, perasaan tentram karena Allah Ta’ala. Hati yang diliputi dengan perasaan membutuhkan Allah Ta’ala karena, ia menyadari akan kelemahan dan kebutuhannya yang sangat besar kepada Allah Ta’ala yang disertai dengan keimanan kepada-Nya dan keyakinan akan berjumpa dengan-Nya.[1]
            Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, “Khusyu’ mengandung dua makna; pertama rendah hati dan penghinaan diri, dan yang kedua adalah ketenangan dan ketentraman. Hal itulah yang melahirkan kelembutan hati dan meniadakan kerasnya hati tersebut. Oleh karena itu kekhusyu’an hati mencakup ketundukan hati untuk beribadah kepada Allah Ta’ala dan juga ketenangannya”[2]
Allah Ta’ala berfirman :
اَلَمْ يَاْنِ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّهِ وَمَانَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلاَيَكُوْنُوْا كَاالَّذِيْنَ اُتُواالْكِتابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُفَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَكَثِيْرٌمِّنْهُمْ فَاسِقُوْنَ
“Belumkah tiba saatnya bagi orang-orang yang beriman untuk secara khusyu’ mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka) dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka  menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasiq.”(QS. Al-hadid : 16).
Ketika menafsirkan ayat ini Qatadah rahimahulah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ’anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Hal pertama kali yang diangkat dari umat ini adalah kekhusyu’an, sehingga kamu tidak akan melihat orang yang khusyu’ di dalam umat ini.”[3]

C.    Keutamaan Khusyu’
Allah Ta’ala menjanjikan orang yang khusyu’ dalam shalat mereka akan dikaruniai kemenangan, yaitu keselamatan dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman:
قَدْاَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ(1)اَلَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَوتِهِمْ خَاشِعُوْنَ(2)
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al-Mu’minun:1-2)
  
Setelah Allah Ta’ala memuji mereka karena shalat dan kekhusyu’an yang mereka lakukan, Allah Ta’ala juga menyebutkan sejumlah sifat yang dimiliki oleh mereka. Kemudian Allah mengakhirinya dengan kata shalat juga.
Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِيْنَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهٍمْ يُحَافِظُوْنَ
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS. Al-Mu’minun:9)
Lalu Allah Ta’ala menjanjikan mereka surga Firdaus. Alllah Ta’ala berfirman:
اَلَّذِيْنَ يَرِثُوْنَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيْهَاخَالِدُوْن
“Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Mu’minun:1-11)
Telah diriwayatkan dari Utsman Bin Affan Radhiyallahu ‘anhu dari nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,beliau bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلاَةٌمَكْتُوْبَةٌفَيُحْسِنُ وُضُوْءَهَاوَخُشُوْعَهَاوَرُكُوْعَهَاإِلاَّكَانَتْ كَفَّارَةًلِمَا قَبْلَهَامِنْ الذُّنُوْبِ مَالَمْ يُؤْتِ كَبِيْرَةًوَذَالِكَالْدَّهْرَكُلُّهُ
“Tidaklah tiba waktu shalat fardhu kepada seseorang,lalu dia menyempurnakan wudhunya, khusyu’nya, ruku’nya, melainkan shalat itu menjadi penebus dosa-dosanya yang telah lampau, selama ia tidak mengerjakan dosa besar, dan yang demikian itu berlaku seterusnya.”(HR.Bukhari dan Muslim)[4]

D.    Hukum Khusyu’ dalam Sholat
 Imam Al-Qurthubi  Rahimahullah berkata,”Para ulama berbeda pendapat tentang hukum khusyu’ dalam shalat, apakah termasuk fardhu shalat, ataukah termasuk keutamaan dan kesempurnaannya? Dari dua pendapat ini yang benar ialah yang pertama. Adapun khusyu’ itu tempatnya di dalam hati.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah ketika menjelaskan firman Allah Ta’ala:
وَاسْتَعِيْنُوْا بِاالصَّبْرِوَالصَّلاَةِوَاِنَّهَالَكَبِيْرَةٌاِلاّعَلَى الْخَاشِعِيْنَ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (QS.Al-Baqarah:45).
Beliau berkata, “Ayat ini mengandung celaan terhadap orang-orang yang tidak khusyu’ ketika shalat. Sementara, celaan tidak terjadi kecuali karena ditinggalkannya perkara yang wajib atau dilakukannya perkara yang haram.” Apabila orang-orang yang tidak khusyu’ dalam shalat mendapat celaan, maka hal tersebut menunjukkan wajibnya khusyu’ dalam shalat.
Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah juga berkata dalam Majmu’ Al-Fatawa (22/554), “Dalil yang menunjukkan wajibnya khusyu’ dalam shalat, firman Allah Ta’ala:
قَدْاَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ(١)الَّذِيْنَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُوْن(٢)
Dalam ayat tersebut Allah Ta’ala memberitahukan bahwa, merekalah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus. Artinya selain orang yang khusyu’, tidak ada yang pantas mewarisi surga Firdaus. Seandainya khusyu’ dalam shalat itu hanya sunnah, tentu surga Firdaus juga akan diwariskan kepada orang yang tidak khusyu’. Oleh karena itu, semua karakteristik yang disebutkan dalam (QS. Al-Mu’minun:1-11) menunjukkan sesuatu yang wajib.
Khusyu’ adalah rahasia shalat, intinya, berliannya, dan buahnya. Tidak diragukan lagi bahwa khusyu’ itu hukumnya wajib. Barangsiapa yang meninggalkan dan melalaikannya maka ia berdosa, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abi Qatadah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ad-Darimi, dan Al-Hakim serta beliau menshahihkannya dengan sanad yang jayyid bahwa Nabi  shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أسْوَاُالنَّاسِ سَرِقَةً الَّذِيْ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ قَاَلُوْا:يَارَسُوْلَ اللّهِ وكَيْفَ يَسرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟قَالَ لَايُتِمُّ رُكُوْعَهَاوَلاَيَسْجُوْدَهَاوَلاَخُشُوْعَهَا
Pencuri yang paling buruk adalah orang yang melakukan pencurian di dalam shalatnya”. Para shahabat bertanya, “ Ya Rasulullah, bagaimana seseorang bisa mencuri dari shalatnya?” Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam liau menjawab, “Karena dia tidak menyempurnakan ruku’, sujud, dan kekhusyu’annya.”
Khusyu’ adalah amalan hati. Sedangkan amalan hati adalah pondasi bagi amalan anggota badan. Di dalam Ash-Shahihain dari hadits Nu’man menyebutkan:
أَلاَوَإِنَ فِيْ الْجَسَدِمُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُكُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَالْجَسَدُكُلُّهُ أَلاوَهِيَ الْقَلْبُ  
“Sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah, apabila ia baik, niscaya baik pula semua anggota tubuhnya, dan apabila ia rusak, niscaya rusak pula anggota tubuhnya. Ketahuilah bahwa ia adalah qalbu.”(HR. Bukhari & Muslim)

E.     Meraih  Khusyu’ Dalam Shalat
1.      Hadirnya akal atau pikiran, karena akal termasuk anggota badan yang terpenting, oleh sebab itu, Allah melarang seseorang mendekati shalat dalam keadaan mabuk. Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,...” (QS. An-Nisa’:43)                                     
2.      Memperhatikan apa yang ia baca di dalam shalatnya, serta dengan siapa ia berdo’a jangan sampai ia berada di suatu lembah, sementara hatinya berada di lembah yang lain. Maka orang seperti ini do’anya jauh sekali untuk dikabulkan. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Berdo’alah kepada Allah dan yakinlah akan dikabulkan, ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan do’a dari hati yang lalai.
3.      Mengingat mati ketika shalat, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya “Ingatlah mati di dalam shalatmu. Sesungguhnya jika seseorang itu mengingatnya, hal itu lebih dapat mendorongnya untuk membaguskan shalatnya. Dan shalatlah seperti shalatnya orang yang mengira ia tidak akan pernah shalat lagi kecuali shalat yang dilakukannya itu. Dan janganlah melakukan perbuatan yang mengakibatkan penyesalan.”(Hadits hasan riwayat Ad-Dailami)
4.      Mempersiapkan tempat shalat yang nyaman,  Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَبْرِدُوْابِالظُّهْر
“Tunggulah keadaan menjadi dingin untuk melaksanakan shalat dzuhur.”[5]
5.      Lakukan shalat dengan tenang dan tidak tergesa-gesa.

F.     Penutup
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mencurahkan kenikmatan-Nya, sehingga tulisan sederhana ini bisa rampung. Dari apa yang telah saya paparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa khusyu dalam shalat merupakan hal yang wajib dikerjakan,  dan jika kita mengerjakan shalat dengan khusyu’ maka kita mengerjakan salah satu syarat agar kita memasuki Jannatul Firdaus, jika kita tidak mengerjakannya dengan khusyu’ maka kita berdosa.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim PT Syamil Cipta Media 2005
Ath-Thalibi, Abu Hudzaifah. Ya Allah, kenapa shalatku tak Khusyuk. Cet. Ke-2. Solo: Kiswah Media. 2009.
Fahd, bin Dr. Salman. Hakadza Shalal Anbiya’. Cet. Ke-1. Inas media. Februari 2008.
Abu Ahmad, Syaikh Nada. Kaifa Tushalli wa Takhsya’. Cet. Ke-1. Klaten: Al-Fajr.2009
Abu Ahmad, Syaikh Nada. Kaifa Tushalli wa Takhsya’. Cet. Ke-1. Klaten: Inas media. Desember 2007.
Syadzi, Abu Khalid. Awwalu Marratin Ushalli Wa Kaana li Shalaati Ta’amun Akhar. Cet. Ke-1. Daarul Riyadh. 2006.

[1] Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. 37
[2] Kitab al-Iman hlm 26. islamspirit.com
[3] Khalid Abu Syadzi, Awwalu Marratin Ushalli Wa kaana li Shalaati ta’amun aakhar, terj, Arif Rahman Hakim (Solo: Insan Kamil 2007), hlm. 16
[4] Ibnu Qudamah, Minhajul Qasidin, cet ke-14 hlm. 26
[5] Shahih Al-Jami’

By : Aufaa Nidaa' 

0 komentar:

Posting Komentar