Senin, 21 Maret 2016

Infiltrasi Ideologi Orientalis dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi

Kewajiban dasar seorang muslim sebelum beramal adalah berilmu. Kunci lurusnya aqidah adalah dengan ilmu. Bila ilmu aqidahnya benar, maka ia akan hidup sebagai seorang muslim yang terpuji. Namun bila ilmu tentang aqidahnya salah, maka akan tersesatlah ia. Karena itu, kemunkaran terbesar adalah kemunkaran di bidang aqidah. Kemunkaran ini berawal dari kerusakan-kerusakan ilmu Islam, yag terkait dengan asas-asas Islam. 

Disadari atau tidak, kerusakan ilmu-ilmu dasar Islam ini ternyata telah puluhan tahun merambah perguruan-perguruan tinggi Islam. Tentu kejadian ini bukan kebetulan. Pasti ada skenario dan grand design dibalik itu semua.
Kampus sarang orientalis
Harus diakui, Studi Islam bukanlah jurusan yang diminati banyak mahasiswa. Pelajar-pelajar unggulan lebih diarahkan oleh orang tuanya untuk menimba ‘ilmu dunia’ dan bukan ‘ilmu agama’. Ketidakberdayaan ini banyak menghinggapi para akademisi Muslim. Banyak yang terjebak pada sikap apatis dan menyerah pada keadaan.
Untuk mengangkat martabat kampus, perguruan-perguruan tinggi Islam tersebut akhirnya memekarkan dirinya menjadi universitas. Namun, martabat kampus yang dilihat dari kuantitas, ditambah kurangnya kualitas dan integritas guru-guru Islam menjadi masalah yang tak kunjung usai.
Dan kini masalah semakin pelik lagi, karena dari jurusan-jurusan agama, muncul gagasan pengembangan ilmu-ilmu Islam dengan mengadopsi orientalis (studi gaya Barat). Pemikiran yang justru dekonstruktif terhadap keilmuan Islam itu sendiri.
Serbuan pemikiran orientalis Barat sulit dibendung, karena justru datang dari para dosen sendiri. Padahal jika ilmu ini tidak diluruskan, maka akan semakin banyak generasi bangsa yang tersesat pada pemahaman yang dianggapnya benar.
            Meluruskan kekeliruan itu sendiri memerlukan banyak energi, berupa daya pikir, kemampuan ilmu, dan literatur yang memadai. Tapi, justru disinilah yang menjaadi kendalanya. Semangat ilmiyah yang melemah, tekanan ekonomi yang semakin berat dan minimnya fasilitas pendidikan menyebabkan banyak yang berpikir untuk mengambil jalan pintas ambil dana penelitian dari lembaga pendidikan Barat. Proyek pesanan langsung saja diterima tanpa sleksi dan memikirkan dampaknya terhadap masa depan pendidikan Islam. Sebagian, malah meyakini bahwa tema yang ditugaskan oleh penyokong dana untuk diteliti, seperti pluralisme agama, konsep hermeneutika, metode orientalis dalam studi Islam dan sebagainya merupakan konsep yang sangat agung dan perlu dikembangkan di dalam perguruan tinggi Islam.
Tokoh – tokoh pejuang metode orientalis
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kejadian diatas tidak mungkin bisa terlepas dari adanya para tokoh atau penggagas skenario tersebut. Mereka semua adalah para cendikiawan yang telah terdoktrin pemikiran orientalis, sehingga mereka gigih memperjuangkan ideologinya untuk menghancurkan ummat Islam. Diantaraya yaitu:
1.      Abdul Mukti Ali, Guru besar  IAIN Sunan Kalijaga, guru besar Fakultas Ushuluddin IAIN Yogyakarta (1923-2004).
2.      Nurcholis Majid, Pensyarah Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah (1985-2005)
3.      Prof.Dr Harun Nasution, Penulis buku – buku teks utama di IAIN Indonesia.
4.      Siti Musdah Mulia, S1 (Sarjana) IAIN Alauddin, Makasar (1982). S2 (Master) dan S3 (Phd) UIN Jakarta (1992-1997).
5.      Ulil Abshar Abdalla, Koordinator Jaringan Islam Liberal.
Corak orientalis di kampus Islam
            Berkat kerja keras serta perjuangan dari para tokoh orientalis  tersebut, maka bermunculanlah dari kampus – kampus berlabel Islam pemikiran dan pergerakan yang aneh dan nyeleneh.
Dari IAIN Bandung, muncul teriakan yang menghebohkan, “Selamat bergabung di area bebas tuhan.” Dari UIN Jakarta Syarif Hidayatullah, para dosen mendoktrin mahasiswa/i serta sarjana dengan ideologi pluralisme, dan hermeneutika diadopsi untuk dijadikan sebagai metodologi dalam menafsirkan Al-Qur’an. Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, guru besar di UIN Jakarta menulis bahwa homoseksual dan homoseksualitas adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam Islam. Dalam majalah pekanan GATRA edisi 7 Juni 2006 tertulis, “Seorang dosen IAIN Surabaya di depan para mahasiswanya membuat adegan menginjak-injak lafaz Allah dengan kakinya tanpa merasa berdosa.” Dan masih banyak lagi bentuk penyimpangan – penyimpangan lain dari mereka yang dapat menjerumuskan pelakunya pada kekafiran.
Penutup
Dari pemaparan diatas bisa disimpulkan bahwa, saat ini banyak dari universitas – universitas berlabelkan Islam telah terinfiltrasi pemikiran orientalis. Sehinga lahirlah dari mereka akademisi yang kerap sekali melakukan tindakan – tindakan penyelewengan yang jauh dari norma Islam.
            Menghadapi realita diatas, maka para akademisi Muslim hendaknya bergerak. Tanggalkan keyakinan bahwa apa yang datang dari Barat adalah baik. Lalu, kembangkan sikap kritis, karena inilah yang dikembangkan oleh para ulama terdahulu. Mengkaji dengan cermat, lalu memberikan analisis dan kritik dengan tajam.

Oleh: Jihan Kholilah


2 komentar:

  1. I would be grateful if you continue live22 free credit with the quality of what we are doing now with your blog ... I really enjoyed it
    Good writing...keep posting dear friend

    BalasHapus
  2. Valuable site, 918kiss malaysia where did u come up with the information in this posting? I am pleased I discovered it though, ill be checking back soon to find out what new content pieces u have.

    BalasHapus