BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Peranan orang tua memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pendidikan
anak. Tugas orang tua tidak hanya sebatas membesarkan anak akan tetapi
mengasuhnya dengan memberikan pendidikan dan bimbingan yang layak. Namun,
perubahan zaman menjadikan tata hubungan keluarga dalam posisi asuh anak
mengalami pergeseran. Segala macam urusan tentang anak
diserahkan kepada ibu. Banyak dari ayah yang
menganggap peran mereka tak lebih dari sekedar memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Banyak dari para
ayah juga yang tak
lagi peduli akan nasib, akhlaq dan pendidikan anaknya
karena menganggap ibunya lah yang bertugas untuk mendidik mereka. Sehingga banyak pemuda dan pemudi zaman sekarang yang lebih memilih mendatangi bar-bar untuk
pelarian mereka
Jika kita melihat fakta yang ada,
maka peran ayah dalam mendidik
anak-anaknya sangatlah minim. Mayoritas sang ayah akan menyalahkan ibu jika
terjadi kenakalan anak mereka.
Berangkat dari permasalahan inilah, penulis yang bergenre wanita ingin
mengangkat permasalahan ini dalam makalah.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengaruh pendidikan ayah bagi
anak?
2.
Apa dampak bagi anak akibat kurang
kasih sayang ayah?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan
ayah bagi anak.
2.
Untuk mengetahui dampak bagi anak
akibat kurang kasih sayang ayah.
D.
Manfaat
Penulisan
1.
Secara Teoritis
a.
Penulisan ini bermanfaat memberikan
kontribusi ilmu pendidikan dan khazanah penulisan Islam.
b.
Sumbangan karya ilmiyah bagi
perkembangan ilmu pengetahuan baik
dikalangan akademis maupun masyarakat luas pada umumnya.
2.
Secara Teoritis
a.
Penulisan ini bermanfaat memberikan
kontribusi ilmu pendidikan dan khazanah penulisan Islam.
b.
Sumbangan karya ilmiyah bagi
perkembangan ilmu pengetahuan baik
dikalangan akademis maupun masyarakat luas pada umumnya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peran
Penting Seorang Ayah
Al-Qur’an, kitab sepanjang zaman
banyak bertutur kepada kita tentang peran penting para ayah dalam membesarkan
dan mendidik anak. Bahkan 7 kali lipat dibanding peran seorang ibu.
Surat yang begitu gamblang
menuturkan kedudukan ayah dalam pendidikan anak adalah surat Luqman. Nama surat
ini diambil dari nama seorang shalih, Luqman al-Hakim, hamba Allah yang
berkulit hitam yang begitu taqwa. Dalam surat itu Allah merekam nasihat Luqman
kepada putranya mulai masalah akidah, berbakti pada orang tua, amar maruf nahi
mungkar, kesabaran, ibadah dan adab-adab mulia. Semuanya tercantum dari ayat 13
hingga 19.
Dari fakta sejarah yang
tercantum dalam Al-Qur’an dapat kita ketahui bahwa peran seorang
ayah dalam pendidikan anak sangatlah penting.
Peran ayah yang urgen yaitu mendidik agama anak-anak
mereka, yaitu dengan cara mengenalkan sang Kholiq atau dengan kata lain
mengenalkan tauhid. Disamping mengenalkan tauhid, ayah juga diberikan tugas mendidik,
membimbing akhlak anaknya.
B.
Pengaruh
Pendidikan Ayah Bagi Anak
a.
Komunikasi
yang membangun
Menjalin
komunikasi yang dimaksud di sini adalah komunikasi yang intensif di mana ada
proses saling percaya satu sama lain. Di sinilah peran ayah sebagai pelatih
emosi akan sangat dibutuhkan. Lewat komunikasi Anda mengetahui apa yang
dirasakan sang anak, bagaimana pendapatnya tentang suatu persoalan, apa yang
membuatkan senang, apa yang membuatnya khawatir sehingga Anda sebagai ayah
dapat memberikan masukan yang membangun agar sang anak dapat mengelola
emosi-emosi yang dirasakannya dan belajar mengambil tindakan yang diperlukan.
Mungkin
ketika anak sedang ketakutan karena ada jagoan di sekolah yang sering memalak.
Ayah bisa menggali perasaan anak dan apa
yang dia lakukan untuk menghadapi situasi tersebut. Kehadiran Ayah akan
membantu sang anak memahami persoalannya secara lebih luas dan dia bisa belajar
mengatasinya sendiri. Pelajaran ini nantinya akan sangat berharga ketika sang
anak mulai beranjak dewasa. Jika di masa kecil dia sudah belajar menangani
hal-hal kecil yang dapat dia kelola, maka ketika dewasa dia akan mampu
menangani persoalan-persoalan yang lebih berat dan membutuhkan kematangan
emosional.
b.
Bermain
bersama anak
Adakalanya
anak mengajak bermain, maka ikutilah permainannya dengan sepenuh hati. Ada
banyak bahasa tak tersurat yang tersampaikan ketika seorang ayah ikut menemani
anaknya bermain dan berperan sebagai teman sekaligus pelindung bagi sang anak.
Terkadang kesibukan ayah membuat kegiatan bermain ini dialihkan kepada istri
atau malah orang lain seperti baby sitter dan pembantu.
Ada
permainan yang berbeda yang dirasakan anak ketika bermain dengan ayahnya
dibandingkan dengan ibu. Lewat ayah anak akan mengenal permainan yang
melibatkan kontak fisik atau aktivitas luar ruangan yang lebih menguras energi.
Permainan ini sangat membantu anak untuk melatih keberanian dan kemandirian
selama sang ayah tidak memaksakan dan terlalu mengatur dalam
permainan-permainan tersebut. Berilah kesempatan sang anak untuk bereksplorasi
dan membuat keputusan dalam permainannya sambil sesekali Anda terlibat dan
memberi penjelasan untuk membantunya membuat keputusan.
c.
Mendidik
dengan bermain dan Tanya jawab
Adakalanya
anak mengajak bermain, maka ikutilah permainannya dengan sepenuh hati. Ada
banyak bahasa tak tersurat yang tersampaikan ketika seorang ayah ikut menemani
anaknya bermain dan berperan sebagai teman sekaligus pelindung bagi sang anak.
Terkadang kesibukan ayah membuat kegiatan bermain ini dialihkan kepada istri
atau malah orang lain seperti baby sitter dan pembantu.
Ada permainan yang berbeda yang
dirasakan anak ketika bermain dengan ayahnya dibandingkan dengan ibu. Lewat
ayah anak akan mengenal permainan yang melibatkan kontak fisik atau aktivitas
luar ruangan yang lebih menguras energi. Permainan ini sangat membantu anak
untuk melatih keberanian dan kemandirian selama sang ayah tidak memaksakan dan
terlalu mengatur dalam permainan-permainan tersebut. Berilah kesempatan sang
anak untuk bereksplorasi dan membuat keputusan dalam permainannya sambil
sesekali Anda terlibat dan memberi penjelasan untuk membantunya membuat
keputusan.
C.
Manfaat
Pendidikan Ayah
1.
Manfaat
pendidikan ayah menurut para ahli
a.
Dr. Kyle Pruett
Dr. Kyle Pruett berpendapat bahwa
adanya dampak positif pada anak yang mendapatkan bimbingan langsung dari
ayahnya dalam proses belajar. Dampak positif tersebut mencakup perkembangan
fisik, emosi, kognitif dan kebiasaan atau sikap anak. Kenyamanan dari figur
seorang ibu memang yang paling dicari anak, namun interaksi yang intensif
dengan ayah dibutuhkan pula oleh si kecil.
Oxford University telah melakukan
sebuah penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa ada kaitan antara
keberhasilan akademisnya di sekolah dengan kedekatan anak terhadap ayah.
b.
Dr. David Popenoe
Dr. David Popenoe, seorang sosiolog
dan Co-Director di The National Marriage Project Rutgers, The University of New
Jersey, memperkuat pernyataan tentang IQ yang dimiliki anak yang banyak
berinteraksi dengan ayahnya lebih tinggi dibanding anak yang kurang berinteraksi
dengan sang ayah.
Bahkan lebih dari itu, kemampuan
berbahasa dan kognitif yang dimiliki mereka juga lebih baik. Ada penemuan dalam
penelitian lain bahwa anak yang terdidik dengan baik oleh ayahnya memiliki
masalah di sekolah yang lebih sedikit dan ketika ia beranjak dewasa jauh dari
masalah narkoba.
2.
Manfaat
pendidikan ayah bagi anak perempuan
a.
Pengaruh Kedekatan Ayah terhadap
harga diri
Manfaat
Kedekatan Ayah dengan Anak Perempuan mempunyai dampak besar pada pembentukan
harga diri putrinya. Ayah yang mendidik putrinya dengan senantiasa
menyemangatinya, akan tumbuh pada diri anak kepercayaan diri yang kuat, mental
yang kokoh serta tidak mudah menyerah.
Kedekatan Ayah dengan Anak Perempuan sensitif pada perasaannya, akan
mendengarkan ceritanya, serta turut terlibat didalam hobinya dapat membentuk
keyakinan diri sang buah hati.
b.
Pengaruh Kedekatan Ayah pada jalinan
asmara
Bagi anak
perempuan yang mempunyai sudut pandang positif perihal ayahnya, pada umumnya
ingin sekali melacak dan mencari pria yang memiliki sifat layaknya ayahnya
untuk dijadikannya rekan hidup. Karenanya, amat mutlak dan sangat penting bagi
seorang ayah untuk menyayangi putrinya serta menghormati ibunya agar putrinya
tahu bahwa sang ayah menghormati wanita serta kelak putrinya mendapat pria yang
menghormati dirinya.
D.
Dampak
Kurang Kasih Sayang Ayah
1.
Dampak
secara umum
a.
Pendidikan anak jadi tak punya visi
“Pendidikan itu bukan semata-mata
mekanisasi, namun sebuah visi. Ibu tidak bisa mendesain visi,” kata Adriano,
“Ibu itu eksekutor, pihak yang terlibat dalam keseharian mendidik anak.”
Sehebat apa pun seorang ibu menjadi eksekutor dalam mendidik anak, ia akan
kesulitan untuk merancang visi pendidikan anak. Bukan karena tidak punya
kemampuan, namun karena situasinya kerap tidak memungkinkan.
Adriano mengambil analogi konsultan
perusahaan. “Mengapa perusahaan selalu
pakai konsultan? Apakah dalam perusahaan tidak ada orang-orang hebat? Pasti ada
orang hebat, tapi mereka memang mengharapkan masukan dari orang yang tidak
terlalu sibuk dalam rutinitas pekerjaan. Pihak ini bisa jernih melihat
permasalahan,” paparnya.
Oleh karena itu, ketika ayah tak
hadir memberi visi, pendidikan anak hanya menjadi mekanisasi dan rutinitas
saja. Tidak ada misi, visi, ataupun strategi. Memberikan misi, visi, dan strategi
inilah tugas sang ayah. Ayahlah yang berkewajiban memutuskan orientasi mau
dibawa kemana, mau jadi apa, dan apa target mendidik anak.
b.
Ibu tak punya tempat curhat
Jika ayah
lepas tangan dari kewajiban mendidik anak, beban berat itu menjadi sepenuhnya ditanggung
ibu. Lalu ketika ibu suntuk dengan berbagai permasalahan anak, dia bisa mengadu
pada siapa?
“Kita
sama-sama tahu mendidik anak itu melelahkan, bikin suntuk. Coba tanya pada
istri, apa tidak lelah mendidik anak?” kata Adriano menjelaskan masalah kedua
yang muncul saat ayah tidak mendidik anak.
Seorang
ibu butuh teman pendamping dalam mendidik anak. Apalagi saat ibu suntuk dan
masalah anak semakin banyak. Ayah dibutuhkan untuk membantu mencari solusi.
Salah satu
anak Adriano yang lain hobi makan sambil baca buku. Seringkali piring pecah.
Istrinya bilang bilang, “Sudahlah daripada piring pecah terus, lain kali kita
beli piring melamin.” Adriano menimpali bilang, “Jangan, nanti dia tidak
terlatih untuk tidak memecahkan piring. Tolong belikan piring kaca dan tulis
nama setiap anak di belakang piring. Kalau pecah lagi, ga usah dimarahi.
Konsekuensinya tidak bisa makan pakai piring lagi.”
Ternyata
setelah dikasih nama piringnya pecah lagi. Adriano tidak marah. Ia menerapkan
consequential learning di rumahnya. Anak belajar dari konsekuensi tindakan,
bukan dari hukuman. Konsekuensi memecahkan piring adalah anaknya tidak bisa
lagi makan pakai piring.
Rupanya
sang anak tidak kehilangan akal. Di dekat rumah ada pohon pisang. Daunnya ia
ambil dan jadikan piring. Istri Adriano bilang, “Rupanya strateginya gagal Bang. Ia masih bisa punya piring dari daun.” “Tenang, piringnya ceper. Mulai hari
ini makanan harus berkuah,” jawab Adriano.
Sebagai
orang tua terkadang kita memang harus adu cerdik dengan anak supaya tujuan
pendidikan bisa tercapai :). Praktis anak tak bisa makan kuah tanpa piring.
Akhirnya dia tabung uang jajannya untuk dibelikan piring. Sejak saat itu tidak
pernah memecahkan piring lagi.
Istri
butuh suami untuk hal-hal seperti ini. Jangan berharap banyak istri akan
mengeluarkan ide-ide semacam itu. Istri sudah jenuh dengan rutinitas. Di
sinilah kehadiran figur ayah dibutuhkan. Sebagai teman curhat yang ikut turun
memberi solusi.
c.
Anak tak punya individualitas
“Penelitian
Badan Narkotika Nasional menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dekat dengan
ayah 7 kali lipat lebih mudah mengonsumsi narkoba daripada anak-anak yang dekat
dengan ayahnya,” tutur Adriano. Bukan hanya narkotika, anak-anak yang tumbuh
tanpa ayah cenderung punya masalah kenakalan yang berat, seperti tawuran sampai
hamil di luar nikah.
Mengapa
anak yang tumbuh tanpa didikan ayah ini lebih banyak menghadapi masalah?
Penyebabnya anak tidak punya individualitas. “Anak yang tidak punya
individualitas tidak punya ego. Dia tidak punya keberanian untuk berbeda. Dia
tidak punya keberanian untuk menunjukkan, ‘Ini saya. saya memang beda dengan
kamu.’ Ayah yang bisa mengajarkan individualitas,” jelas Adriano.
Seorang
ibu punya kecenderungan membangun sosiabilitas anak. Ibu akan mendidik anak
agar mudah diterima masyarakat. Anak yang santun, ramah, anggun, tidak pernah berantem, dan kompak adalah hasil
didikan ibu. Namun jika ayah tidak ikut mendidik, anak mudah terbawa arus
pergaulan yang buruk.
“Ketika
ayah absen dari pendidikan anak, lahirlah anak-anak seperti sekarang. Anak-anak
yang kompromistis. Teman-temannya merokok, dia ikut merokok. Temannya
mengganja, dia ikut. Teman ikut geng, dia ikut. Teman seks bebas, dia ikut
juga. Anak ini tidak berani bilang, ‘No, sorry! Teman sih teman. Tapi bukan
berarti saya harus selalu nurutin kamu,’” lanjut Adriano.
Karena
itulah, saat seorang anak terjebak dalam pergaulan negatif, yang salah pastilah
ayahnya. “Mengapa ayah tak mengajarkan individualitas? Mengapa ayah tidak
mengajarkan untuk berkata tidak?” kata Adriano retoris.
d.
Anak terlambat dewasa
“Dulu Bung
Karno pernah sebut, ‘Beri aku 10 pemuda, akan aku guncang dunia.’ Bukan seperti
sekarang ini,’Berikan aku satu saja remaja, pusing aku dibuatnya,’” kata
Adriano.
Dalam
membesarkan anak, salah satu tugas orang tua adalah menjadikan mereka akil
baligh. Akil adalah dewasa secara pemikiran. Parameter akil diantaranya
mandiri, mampu membuat keputusan sendiri, mampu mengambil tanggung jawab, dan
mampu mencari nafkah sendiri.
Sedangkan
parameter baligh adalah sehat jasmani. Sehat ini ditunjukkan dengan mampu
bereproduksi, dengan tanda mimpi basah pada laki-laki dan menstruasi pada
perempuan.
Menjadikan
anak baligh adalah tugas seorang ibu, sedangkan menjadikan akil adalah tugas
ayah. Dulu, anak mencapai fase akil berbarengan dengan fase baligh, yakni usia
12-15 tahun. Namun kini anak baligh lebih cepat namun akilnya sangat lambat.
Untuk menjadikan anak akil, dibutuhkan ketegaan untuk menjadikan anak dewasa
secara akil.
Seorang
ibu tak akan tega membuat anak dewasa secara pemikiran dan perilaku. Sulit bagi ibu untuk tega melihat anaknya yang baru
12 tahun harus mencari uang sendiri, atau misalkan harus mencuci baju sendiri.
Ayahlah yang bisa mengesampingkan emosinya dan melihat anaknya kesusahan.
Dengan kesulitan inilah anak akan tumbuh dewasa.
Ketika
ayah tidak turun tangan dalam proses pendidikan anak, lahirlah remaja. Generasi
yang tidak bisa disebut anak-anak, tapi belum pantas dipanggil dewasa.
2.
Dampak
bagi para remaja
a.
Anak-anak yang jauh dari ayahnya
berpeluang 4,3 kali lebih besar untuk merokok dibanding anak-anak yang tumbuh
bersama ayahnya.
b.
Anak yang tumbuh tanpa ayah
berpeluang 2 kali lebih besar untuk drop outdari sekolah, berpeluang 2 kali
lebih besar untuk masuk penjara, dan berpeluang 4 kali lebih besar untuk butuh
konsultasi emosional.
c.
Remaja wanita berusia 15-19 tahun
yang dibesarkan di rumah tanpa ayah jauh lebih berisiko melakukan hubungan
seksual di luar nikah dibandingkan remaja yang tinggal bersama ayah dan ibunya.
d.
Hasil Survey menyatakan bahwa remaja
yang mempunyai hubungan yang buruk dengan ayah mereka, 68% kemungkinannya untuk
menjadi pecandu minuman keras dan obat bius.
e.
Tersesat oleh figuritas
Remaja
yang tidak mengenal sosok ayahnya karena sering tidak ada di rumah, akan
mempelajari peran ayah dari orang lain. Kalo ibu bisa memberikan pemahaman yang
baik tentang sosok ayah mereka, itu bagus. Tapi, kalau tidak, mereka akan
menciptakan sosok ayah bayangan yang bisa saja negatif. Mereka yang tidak
mengenal sosok ayah akan mencari figur ayah yang bisa ditiru di luar. Nah, ini
yang bahaya karena bisa saja figur itu mereka temukan pada orang-orang yang
punya maksud tidak baik dan malah menjerumuskan remaja menjadi pemberontak,
melawan hukum, atau perbuatan negatif lainnya.
f.
Tidak bisa membangun pertemanan
Kondisi
masyarakat sekarang penuh dengan kekerasan dan berbagai macam konflik dan
emosi. Ketidakhadiran ayah di rumah, membuat remaja bingung dan tidak mengerti
harus melakukan apa pada situasi tersebut. Ditambah lagi, kehilangan sosok ayah
yang seharusnya bisa membangun suasana dinamis di rumah, membuat seorang remaja
menjadi cenderung pendiam dan kurang bisa bersosialisasi. Akibatnya, mereka
akan gamang, sulit berkomunikasi dengan orang lain, dan akan sulit pula
membangun hubungan di luar rumah.
g.
Pribadi yang mudah takut atau trauma
Tidak
adanya sosok ayah di rumah, bisa menimbulkan berbagai persepsi pada remaja.
Bisa saja mereka merasa dirinya tidak berarti, terabaikan, atau merasa
bersalah. Perasaan ini bisa terbawa sampai dewasa. Mereka yang nggak bisa move
on dari pikiran itu dan takut merasakan pengabaian, akan takut juga untuk
menjalin hubungan, menunjukkan perasaan, atau terlalu bergantung pada orang
demi menghindari penolakan.
h.
Memperburuk psikologis
Remaja
yang diremehkan dan secara emosi tidak diakui oleh ayah, karena
ketidakhadirannya, bisa menderita berbagai macam penyakit psikologis seperti
depresi kronis, harga diri menciut, dan tidak mampu mengambil keputusan. Mereka
cenderung akan mencari pengakuan akan diri mereka, tapi, terlalu takut mengalami
penolakan sehingga tidak berani membela diri. Remaja akan terombang-ambing di
antara dua kondisi ekstrem, "perilaku penyendiri" atau "ingin
mendapatkan kedekatan instan". Penuh rasa curiga atau pengkhianatan, dan
mengidolakan atau menguasai orang lain.
i.
Remaja laki-laki menjadi gemulai,
yang perempuan terseret pergaulan bebas
Ayah yang
tidak hadir dalam keluarga, bisa membuat waktu remaja terutama laki-laki habis
dengan ibu nya. Hal itu memang baik, tapi, kalau menjadi kebiasaan, dalam
pikiran seorang remaja laki-laki akan tertanam karakter lemah lembut seorang
perempuan tanpa diimbangi pemikiran tentang harus kokoh dan kuatnya seorang
laki-laki. Mereka kehilangan waktu untuk belajar pada ayahnya soal jati diri
seorang laki-laki. Ini bahayanya yang bisa mendorong banyaknya generasi
laki-laki tapi, gemulai.
Bagi
remaja perempuan, akan lebih berbahaya. Karena kehilangan sosok ayah di rumah,
membuat dia kehilangan sosok pelindung. Seorang remaja perempuan yang pasti
haus akan kasih sayang, akan mencari sosok itu pada orang lain. Nah, remaja
perempuan yang terjerumus pada hubungan yang salah seperti pacaran, akan
mencari pelampiasan kasih sayang yang salah, misalnya rela melakukan apa saja
untuk pacarnya termasuk terjerumus pada pergaulan bebas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah kita kaji tugas dan peran
ayah, maka kita dapati bahwa disamping tugas utama seorang ayah berupa mencari
nafkah, ia memiliki peran yang tak kalah penting bahkan jauh lebih penting dari
semua hal yaitu peran ayah dalam pendidikan anak.
Hal ini dikarenakan bahwa dalam
Islam, seorang anak akan ikut nasab ayahnya. Nasab berarti pertanggungjawaban
akan di minta dari seorang ayah.
B.
Saran
Maka, setelah kita pahami bersama akan peran ayah yang
sesungguhnya sebaiknya bagi para ayah untuk ikut andil dalam pendidikan
anak-anaknya, sebab ayah memiliki peran fital dalam membentuk kesholihan
anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh : Nurul Fadhilatul Diyanah
0 komentar:
Posting Komentar