Minggu, 12 Juni 2016

Pengaruh Pendidikan Ayah Bagi Anak



BAB I
PENDAHULUAN

  

A.       Latar Belakang
Peranan orang tua memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pendidikan anak. Tugas orang tua tidak hanya sebatas membesarkan anak akan tetapi mengasuhnya dengan memberikan pendidikan dan bimbingan yang layak. Namun, perubahan zaman menjadikan tata hubungan keluarga dalam posisi asuh anak mengalami pergeseran. Segala macam urusan tentang anak diserahkan kepada ibu. Banyak dari ayah yang menganggap peran mereka tak lebih dari sekedar memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Banyak dari para ayah juga yang tak lagi peduli akan nasib, akhlaq dan pendidikan anaknya karena menganggap ibunya lah yang bertugas untuk mendidik mereka. Sehingga banyak pemuda dan pemudi zaman sekarang  yang lebih memilih mendatangi bar-bar untuk pelarian mereka
Jika kita melihat  fakta yang ada, maka  peran ayah dalam mendidik anak-anaknya sangatlah minim. Mayoritas sang ayah akan menyalahkan ibu jika terjadi kenakalan anak mereka.
Berangkat dari permasalahan inilah, penulis yang bergenre wanita ingin mengangkat permasalahan ini dalam makalah.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengaruh pendidikan ayah bagi anak?
2.      Apa dampak bagi anak akibat kurang kasih sayang ayah?

C.       Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengaruh pendidikan ayah bagi anak.
2.      Untuk mengetahui dampak bagi anak akibat kurang kasih sayang ayah.

D.       Manfaat Penulisan
1.      Secara Teoritis
a.    Penulisan ini bermanfaat memberikan kontribusi ilmu pendidikan dan khazanah penulisan Islam.
b.    Sumbangan karya ilmiyah bagi perkembangan ilmu pengetahuan  baik dikalangan akademis maupun masyarakat luas pada umumnya.
2.      Secara Teoritis
a.       Penulisan ini bermanfaat memberikan kontribusi ilmu pendidikan dan khazanah penulisan Islam.
b.      Sumbangan karya ilmiyah bagi perkembangan ilmu pengetahuan  baik dikalangan akademis maupun masyarakat luas pada umumnya



BAB II
PEMBAHASAN


A.      Peran Penting Seorang Ayah
Al-Qur’an, kitab sepanjang zaman banyak bertutur kepada kita tentang peran penting para ayah dalam membesarkan dan mendidik anak. Bahkan 7 kali lipat dibanding peran seorang ibu.
Surat yang begitu gamblang menuturkan kedudukan ayah dalam pendidikan anak adalah surat Luqman. Nama surat ini diambil dari nama seorang shalih, Luqman al-Hakim, hamba Allah yang berkulit hitam yang begitu taqwa. Dalam surat itu Allah merekam nasihat Luqman kepada putranya mulai masalah akidah, berbakti pada orang tua, amar maruf nahi mungkar, kesabaran, ibadah dan adab-adab mulia. Semuanya tercantum dari ayat 13 hingga 19.
Dari fakta sejarah yang tercantum  dalam  Al-Qur’an dapat kita ketahui bahwa peran seorang ayah dalam pendidikan anak sangatlah penting.
Peran ayah yang urgen yaitu mendidik agama anak-anak mereka, yaitu dengan cara mengenalkan sang Kholiq atau dengan kata lain mengenalkan tauhid. Disamping mengenalkan tauhid, ayah juga diberikan tugas mendidik, membimbing akhlak anaknya.
B.       Pengaruh Pendidikan Ayah Bagi Anak
a.      Komunikasi yang membangun
Menjalin komunikasi yang dimaksud di sini adalah komunikasi yang intensif di mana ada proses saling percaya satu sama lain. Di sinilah peran ayah sebagai pelatih emosi akan sangat dibutuhkan. Lewat komunikasi Anda mengetahui apa yang dirasakan sang anak, bagaimana pendapatnya tentang suatu persoalan, apa yang membuatkan senang, apa yang membuatnya khawatir sehingga Anda sebagai ayah dapat memberikan masukan yang membangun agar sang anak dapat mengelola emosi-emosi yang dirasakannya dan belajar mengambil tindakan yang diperlukan.
Mungkin ketika anak sedang ketakutan karena ada jagoan di sekolah yang sering memalak. Ayah bisa menggali perasaan anak  dan apa yang dia lakukan untuk menghadapi situasi tersebut. Kehadiran Ayah akan membantu sang anak memahami persoalannya secara lebih luas dan dia bisa belajar mengatasinya sendiri. Pelajaran ini nantinya akan sangat berharga ketika sang anak mulai beranjak dewasa. Jika di masa kecil dia sudah belajar menangani hal-hal kecil yang dapat dia kelola, maka ketika dewasa dia akan mampu menangani persoalan-persoalan yang lebih berat dan membutuhkan kematangan emosional.
b.      Bermain bersama anak
Adakalanya anak mengajak bermain, maka ikutilah permainannya dengan sepenuh hati. Ada banyak bahasa tak tersurat yang tersampaikan ketika seorang ayah ikut menemani anaknya bermain dan berperan sebagai teman sekaligus pelindung bagi sang anak. Terkadang kesibukan ayah membuat kegiatan bermain ini dialihkan kepada istri atau malah orang lain seperti baby sitter dan pembantu.
Ada permainan yang berbeda yang dirasakan anak ketika bermain dengan ayahnya dibandingkan dengan ibu. Lewat ayah anak akan mengenal permainan yang melibatkan kontak fisik atau aktivitas luar ruangan yang lebih menguras energi. Permainan ini sangat membantu anak untuk melatih keberanian dan kemandirian selama sang ayah tidak memaksakan dan terlalu mengatur dalam permainan-permainan tersebut. Berilah kesempatan sang anak untuk bereksplorasi dan membuat keputusan dalam permainannya sambil sesekali Anda terlibat dan memberi penjelasan untuk membantunya membuat keputusan.
c.       Mendidik dengan bermain dan Tanya jawab
Adakalanya anak mengajak bermain, maka ikutilah permainannya dengan sepenuh hati. Ada banyak bahasa tak tersurat yang tersampaikan ketika seorang ayah ikut menemani anaknya bermain dan berperan sebagai teman sekaligus pelindung bagi sang anak. Terkadang kesibukan ayah membuat kegiatan bermain ini dialihkan kepada istri atau malah orang lain seperti baby sitter dan pembantu.
Ada permainan yang berbeda yang dirasakan anak ketika bermain dengan ayahnya dibandingkan dengan ibu. Lewat ayah anak akan mengenal permainan yang melibatkan kontak fisik atau aktivitas luar ruangan yang lebih menguras energi. Permainan ini sangat membantu anak untuk melatih keberanian dan kemandirian selama sang ayah tidak memaksakan dan terlalu mengatur dalam permainan-permainan tersebut. Berilah kesempatan sang anak untuk bereksplorasi dan membuat keputusan dalam permainannya sambil sesekali Anda terlibat dan memberi penjelasan untuk membantunya membuat keputusan.

C.      Manfaat Pendidikan Ayah
1.      Manfaat pendidikan ayah menurut para ahli
a.       Dr. Kyle Pruett
Dr. Kyle Pruett berpendapat bahwa adanya dampak positif pada anak yang mendapatkan bimbingan langsung dari ayahnya dalam proses belajar. Dampak positif tersebut mencakup perkembangan fisik, emosi, kognitif dan kebiasaan atau sikap anak. Kenyamanan dari figur seorang ibu memang yang paling dicari anak, namun interaksi yang intensif dengan ayah dibutuhkan pula oleh si kecil.
Oxford University telah melakukan sebuah penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa ada kaitan antara keberhasilan akademisnya di sekolah dengan kedekatan anak terhadap ayah.
b.      Dr. David Popenoe
Dr. David Popenoe, seorang sosiolog dan Co-Director di The National Marriage Project Rutgers, The University of New Jersey, memperkuat pernyataan tentang IQ yang dimiliki anak yang banyak berinteraksi dengan ayahnya lebih tinggi dibanding anak yang kurang berinteraksi dengan sang ayah.
Bahkan lebih dari itu, kemampuan berbahasa dan kognitif yang dimiliki mereka juga lebih baik. Ada penemuan dalam penelitian lain bahwa anak yang terdidik dengan baik oleh ayahnya memiliki masalah di sekolah yang lebih sedikit dan ketika ia beranjak dewasa jauh dari masalah narkoba.
2.      Manfaat pendidikan ayah bagi anak perempuan
a.       Pengaruh Kedekatan Ayah terhadap harga diri
Manfaat Kedekatan Ayah dengan Anak Perempuan mempunyai dampak besar pada pembentukan harga diri putrinya. Ayah yang mendidik putrinya dengan senantiasa menyemangatinya, akan tumbuh pada diri anak kepercayaan diri yang kuat, mental yang kokoh serta tidak mudah menyerah.  Kedekatan Ayah dengan Anak Perempuan sensitif pada perasaannya, akan mendengarkan ceritanya, serta turut terlibat didalam hobinya dapat membentuk keyakinan diri sang buah hati.
b.      Pengaruh Kedekatan Ayah pada jalinan asmara
Bagi anak perempuan yang mempunyai sudut pandang positif perihal ayahnya, pada umumnya ingin sekali melacak dan mencari pria yang memiliki sifat layaknya ayahnya untuk dijadikannya rekan hidup. Karenanya, amat mutlak dan sangat penting bagi seorang ayah untuk menyayangi putrinya serta menghormati ibunya agar putrinya tahu bahwa sang ayah menghormati wanita serta kelak putrinya mendapat pria yang menghormati dirinya.

D.      Dampak Kurang Kasih Sayang Ayah
1.      Dampak secara umum
a.       Pendidikan anak jadi tak punya visi
“Pendidikan itu bukan semata-mata mekanisasi, namun sebuah visi. Ibu tidak bisa mendesain visi,” kata Adriano, “Ibu itu eksekutor, pihak yang terlibat dalam keseharian mendidik anak.” Sehebat apa pun seorang ibu menjadi eksekutor dalam mendidik anak, ia akan kesulitan untuk merancang visi pendidikan anak. Bukan karena tidak punya kemampuan, namun karena situasinya kerap tidak memungkinkan.
Adriano mengambil analogi konsultan perusahaan.  “Mengapa perusahaan selalu pakai konsultan? Apakah dalam perusahaan tidak ada orang-orang hebat? Pasti ada orang hebat, tapi mereka memang mengharapkan masukan dari orang yang tidak terlalu sibuk dalam rutinitas pekerjaan. Pihak ini bisa jernih melihat permasalahan,” paparnya.
Oleh karena itu, ketika ayah tak hadir memberi visi, pendidikan anak hanya menjadi mekanisasi dan rutinitas saja. Tidak ada misi, visi, ataupun strategi. Memberikan misi, visi, dan strategi inilah tugas sang ayah. Ayahlah yang berkewajiban memutuskan orientasi mau dibawa kemana, mau jadi apa, dan apa target mendidik anak.
b.      Ibu tak punya tempat curhat
Jika ayah lepas tangan dari kewajiban mendidik anak, beban berat itu menjadi sepenuhnya ditanggung ibu. Lalu ketika ibu suntuk dengan berbagai permasalahan anak, dia bisa mengadu pada siapa?
“Kita sama-sama tahu mendidik anak itu melelahkan, bikin suntuk. Coba tanya pada istri, apa tidak lelah mendidik anak?” kata Adriano menjelaskan masalah kedua yang muncul saat ayah tidak mendidik anak.
Seorang ibu butuh teman pendamping dalam mendidik anak. Apalagi saat ibu suntuk dan masalah anak semakin banyak. Ayah dibutuhkan untuk membantu mencari solusi.
Salah satu anak Adriano yang lain hobi makan sambil baca buku. Seringkali piring pecah. Istrinya bilang bilang, “Sudahlah daripada piring pecah terus, lain kali kita beli piring melamin.” Adriano menimpali bilang, “Jangan, nanti dia tidak terlatih untuk tidak memecahkan piring. Tolong belikan piring kaca dan tulis nama setiap anak di belakang piring. Kalau pecah lagi, ga usah dimarahi. Konsekuensinya tidak bisa makan pakai piring lagi.”
Ternyata setelah dikasih nama piringnya pecah lagi. Adriano tidak marah. Ia menerapkan consequential learning di rumahnya. Anak belajar dari konsekuensi tindakan, bukan dari hukuman. Konsekuensi memecahkan piring adalah anaknya tidak bisa lagi makan pakai piring.
Rupanya sang anak tidak kehilangan akal. Di dekat rumah ada pohon pisang. Daunnya ia ambil dan jadikan piring. Istri Adriano bilang, “Rupanya strateginya gagal  Bang. Ia masih bisa punya piring dari  daun.” “Tenang, piringnya ceper. Mulai hari ini makanan harus berkuah,” jawab Adriano.
Sebagai orang tua terkadang kita memang harus adu cerdik dengan anak supaya tujuan pendidikan bisa tercapai :). Praktis anak tak bisa makan kuah tanpa piring. Akhirnya dia tabung uang jajannya untuk dibelikan piring. Sejak saat itu tidak pernah memecahkan piring lagi.
Istri butuh suami untuk hal-hal seperti ini. Jangan berharap banyak istri akan mengeluarkan ide-ide semacam itu. Istri sudah jenuh dengan rutinitas. Di sinilah kehadiran figur ayah dibutuhkan. Sebagai teman curhat yang ikut turun memberi solusi.
c.       Anak tak punya individualitas
“Penelitian Badan Narkotika Nasional menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dekat dengan ayah 7 kali lipat lebih mudah mengonsumsi narkoba daripada anak-anak yang dekat dengan ayahnya,” tutur Adriano. Bukan hanya narkotika, anak-anak yang tumbuh tanpa ayah cenderung punya masalah kenakalan yang berat, seperti tawuran sampai hamil di luar nikah.
Mengapa anak yang tumbuh tanpa didikan ayah ini lebih banyak menghadapi masalah? Penyebabnya anak tidak punya individualitas. “Anak yang tidak punya individualitas tidak punya ego. Dia tidak punya keberanian untuk berbeda. Dia tidak punya keberanian untuk menunjukkan, ‘Ini saya. saya memang beda dengan kamu.’ Ayah yang bisa mengajarkan individualitas,” jelas Adriano.
Seorang ibu punya kecenderungan membangun sosiabilitas anak. Ibu akan mendidik anak agar mudah diterima masyarakat. Anak yang santun, ramah, anggun, tidak  pernah berantem, dan kompak adalah hasil didikan ibu. Namun jika ayah tidak ikut mendidik, anak mudah terbawa arus pergaulan yang buruk.
“Ketika ayah absen dari pendidikan anak, lahirlah anak-anak seperti sekarang. Anak-anak yang kompromistis. Teman-temannya merokok, dia ikut merokok. Temannya mengganja, dia ikut. Teman ikut geng, dia ikut. Teman seks bebas, dia ikut juga. Anak ini tidak berani bilang, ‘No, sorry! Teman sih teman. Tapi bukan berarti saya harus selalu nurutin kamu,’” lanjut Adriano.
Karena itulah, saat seorang anak terjebak dalam pergaulan negatif, yang salah pastilah ayahnya. “Mengapa ayah tak mengajarkan individualitas? Mengapa ayah tidak mengajarkan untuk berkata tidak?” kata Adriano retoris.
d.      Anak terlambat dewasa
“Dulu Bung Karno pernah sebut, ‘Beri aku 10 pemuda, akan aku guncang dunia.’ Bukan seperti sekarang ini,’Berikan aku satu saja remaja, pusing aku dibuatnya,’” kata Adriano.
Dalam membesarkan anak, salah satu tugas orang tua adalah menjadikan mereka akil baligh. Akil adalah dewasa secara pemikiran. Parameter akil diantaranya mandiri, mampu membuat keputusan sendiri, mampu mengambil tanggung jawab, dan mampu mencari nafkah sendiri.
Sedangkan parameter baligh adalah sehat jasmani. Sehat ini ditunjukkan dengan mampu bereproduksi, dengan tanda mimpi basah pada laki-laki dan menstruasi pada perempuan.
Menjadikan anak baligh adalah tugas seorang ibu, sedangkan menjadikan akil adalah tugas ayah. Dulu, anak mencapai fase akil berbarengan dengan fase baligh, yakni usia 12-15 tahun. Namun kini anak baligh lebih cepat namun akilnya sangat lambat. Untuk menjadikan anak akil, dibutuhkan ketegaan untuk menjadikan anak dewasa secara akil.
Seorang ibu tak akan tega membuat anak dewasa secara pemikiran dan perilaku. Sulit  bagi ibu untuk tega melihat anaknya yang baru 12 tahun harus mencari uang sendiri, atau misalkan harus mencuci baju sendiri. Ayahlah yang bisa mengesampingkan emosinya dan melihat anaknya kesusahan. Dengan kesulitan inilah anak akan tumbuh dewasa.
Ketika ayah tidak turun tangan dalam proses pendidikan anak, lahirlah remaja. Generasi yang tidak bisa disebut anak-anak, tapi belum pantas dipanggil dewasa.
2.      Dampak bagi para remaja
a.       Anak-anak yang jauh dari ayahnya berpeluang 4,3 kali lebih besar untuk merokok dibanding anak-anak yang tumbuh bersama ayahnya.
b.      Anak yang tumbuh tanpa ayah berpeluang 2 kali lebih besar untuk drop outdari sekolah, berpeluang 2 kali lebih besar untuk masuk penjara, dan berpeluang 4 kali lebih besar untuk butuh konsultasi emosional.
c.       Remaja wanita berusia 15-19 tahun yang dibesarkan di rumah tanpa ayah jauh lebih berisiko melakukan hubungan seksual di luar nikah dibandingkan remaja yang tinggal bersama ayah dan ibunya.
d.      Hasil Survey menyatakan bahwa remaja yang mempunyai hubungan yang buruk dengan ayah mereka, 68% kemungkinannya untuk menjadi pecandu minuman keras dan obat bius.
e.       Tersesat oleh figuritas
Remaja yang tidak mengenal sosok ayahnya karena sering tidak ada di rumah, akan mempelajari peran ayah dari orang lain. Kalo ibu bisa memberikan pemahaman yang baik tentang sosok ayah mereka, itu bagus. Tapi, kalau tidak, mereka akan menciptakan sosok ayah bayangan yang bisa saja negatif. Mereka yang tidak mengenal sosok ayah akan mencari figur ayah yang bisa ditiru di luar. Nah, ini yang bahaya karena bisa saja figur itu mereka temukan pada orang-orang yang punya maksud tidak baik dan malah menjerumuskan remaja menjadi pemberontak, melawan hukum, atau perbuatan negatif lainnya.
f.       Tidak bisa membangun pertemanan
Kondisi masyarakat sekarang penuh dengan kekerasan dan berbagai macam konflik dan emosi. Ketidakhadiran ayah di rumah, membuat remaja bingung dan tidak mengerti harus melakukan apa pada situasi tersebut. Ditambah lagi, kehilangan sosok ayah yang seharusnya bisa membangun suasana dinamis di rumah, membuat seorang remaja menjadi cenderung pendiam dan kurang bisa bersosialisasi. Akibatnya, mereka akan gamang, sulit berkomunikasi dengan orang lain, dan akan sulit pula membangun hubungan di luar rumah.
g.      Pribadi yang mudah takut atau trauma
Tidak adanya sosok ayah di rumah, bisa menimbulkan berbagai persepsi pada remaja. Bisa saja mereka merasa dirinya tidak berarti, terabaikan, atau merasa bersalah. Perasaan ini bisa terbawa sampai dewasa. Mereka yang nggak bisa move on dari pikiran itu dan takut merasakan pengabaian, akan takut juga untuk menjalin hubungan, menunjukkan perasaan, atau terlalu bergantung pada orang demi menghindari penolakan.
h.      Memperburuk psikologis
Remaja yang diremehkan dan secara emosi tidak diakui oleh ayah, karena ketidakhadirannya, bisa menderita berbagai macam penyakit psikologis seperti depresi kronis, harga diri menciut, dan tidak mampu mengambil keputusan. Mereka cenderung akan mencari pengakuan akan diri mereka, tapi, terlalu takut mengalami penolakan sehingga tidak berani membela diri. Remaja akan terombang-ambing di antara dua kondisi ekstrem, "perilaku penyendiri" atau "ingin mendapatkan kedekatan instan". Penuh rasa curiga atau pengkhianatan, dan mengidolakan atau menguasai orang lain.
i.        Remaja laki-laki menjadi gemulai, yang perempuan terseret pergaulan bebas
Ayah yang tidak hadir dalam keluarga, bisa membuat waktu remaja terutama laki-laki habis dengan ibu nya. Hal itu memang baik, tapi, kalau menjadi kebiasaan, dalam pikiran seorang remaja laki-laki akan tertanam karakter lemah lembut seorang perempuan tanpa diimbangi pemikiran tentang harus kokoh dan kuatnya seorang laki-laki. Mereka kehilangan waktu untuk belajar pada ayahnya soal jati diri seorang laki-laki. Ini bahayanya yang bisa mendorong banyaknya generasi laki-laki tapi, gemulai.
Bagi remaja perempuan, akan lebih berbahaya. Karena kehilangan sosok ayah di rumah, membuat dia kehilangan sosok pelindung. Seorang remaja perempuan yang pasti haus akan kasih sayang, akan mencari sosok itu pada orang lain. Nah, remaja perempuan yang terjerumus pada hubungan yang salah seperti pacaran, akan mencari pelampiasan kasih sayang yang salah, misalnya rela melakukan apa saja untuk pacarnya termasuk terjerumus pada pergaulan bebas.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Setelah kita kaji tugas dan peran ayah, maka kita dapati bahwa disamping tugas utama seorang ayah berupa mencari nafkah, ia memiliki peran yang tak kalah penting bahkan jauh lebih penting dari semua hal yaitu peran ayah dalam pendidikan anak.
Hal ini dikarenakan bahwa dalam Islam, seorang anak akan ikut nasab ayahnya. Nasab berarti pertanggungjawaban akan di minta dari seorang ayah.
B.       Saran
Maka, setelah kita pahami bersama akan peran ayah yang sesungguhnya sebaiknya bagi para ayah untuk ikut andil dalam pendidikan anak-anaknya, sebab ayah memiliki peran fital dalam membentuk kesholihan anaknya.


DAFTAR PUSTAKA

https://wirofm.wordpress.com/dampak-psikologis-anak-yang-     dibesarkan-tanpa-figur-ayah/

Oleh : Nurul Fadhilatul Diyanah

0 komentar:

Posting Komentar