Minggu, 08 Mei 2016

Akhlaq Kepada Istri



BAB I
Pendahuluan
Allah Ta’ala  telah memberi kita nikmat pernikahan serta menjadikannya satu di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Allah Ta’ala  telah mengutus seorang Rasul kepada kita yaitu nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai pemberi petunjuk, pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Dia adalah sebaik-baik Rasul, sebaik-baik qudwah bagi umat, sebaik-baik suami bagi para istri-istrinya, dan sebaik-baik ayah bagi anak-anaknya.
Beliau merupakan teladan bagi suami yang sholeh kerena beliau sangat penyayang kepada isrti-istrinya.
Beliau sangat mengetahui tabi’at-tabi’at istrinya, beliau sangat memuliakan istrinya, tidak pernah berkata kasar, tidak bengis, dan tidak orterior. Sosok seprti inilah yang seharusnya di lakukan dan dipelajari oleh para suami agar tercipta kebahagiaan dan ketenangan dalam kehidupan rumah tangga. Agar mengetahui lebih jelas akhlak yang baik kepada seorang istri, maka penulis menjelaskannya dalam makalah ini.

Bab II
Pembahasan

1.      Definisi
1.1.     Akhlak
Kata "akhlak" berasal dari bahasa arab yaitu " Al-Khulq" yang berarti tabiat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan.  Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan.[1] Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Sedangkan menurut para ahli, pengertian akhlak adalah sebagai berikut:
Menurut Ibnu Maskawaih: Menurutnya akhlak ialah "hal li nnafsi daa'iyatun lahaa ila af'aaliha min ghoiri fikrin walaa ruwiyatin" yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Menurut Abu Hamid Al Ghazali : Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu. 
Menurut Ahmad bin Mushthafa : Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan, dimana keutamaan itu ialah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir, marah dan syahwat atau nafsu.
Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani : Akhlak merupakan sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam diri manusia yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa berpikir dan direnungkan.

1.2.     Istri
 Menurut kamus besar Bahasa Indonesia istri adalah wanita (perempuan) yang telah menikah atau yang bersuami, wanita yang telah dinikahi.[2]

2.             Dalil yang menunjukan agar berbuat baik kepada istri
Dalam sebuah hadits disebutkan:
خَيْرُ كُمْ لِاَهْلِهِ وَ اَنَا خَيْرُ كُمْ لِاَهْلِهِ                                                         
“Orang yang tebaik di antara kalian adalah yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik kepada istri dari kalian.”(HR. Tirmidzi dan dishahihkan, ibnu Majah , ibnu Hibban dan dishahihkan oleh al-Albani dalam shahihnya)
Dalam hadits yang lain:
مَا كَانَ الرِّفْقِ فِي شَيْءِ قطُّ اِلَّا زَانَهُ وَ لاَ عُزِلَ عَنْ شَىْءَ اِلَّا شَانَهُ                                          
“Tidaklah seseorang berlaku lemah lembut terkecuali ia telah mempercantik dirinya. Dan bagi siapa yang mencabut diriya dari lemah lembut terkecuali ia telah memberi noda pada dirinya.”(HR. Ahmad)

3.      Akhlak kepada istri
Berikut ini beberapa akhlak yang dianjurkan kepada seorang suami
3.1.   Bertutur kata santun
Berbicara santun sangat dianjurkan pada suami dalam bergaul pada istrinya. Sebab ini adalah kunci untuk mengikat hati istri. Ucapan adalah hal terbesar yang dapat mempengaruhi seorang istri. Perkataan santun, tutur kata ramah, pembicaraan indah, panggilan manis, candaan yang baik dan ungkapan yang lembut semua ini termasuk ucapan yang membuat hati soerang istri berbunga-bunga sehingga istri tersebut akan mengeluarkan keridhaan dan penerimaan dari dasar jiwa kewanitaannya yang peka. Tutur kata baik bukan ilmu sastra maupum metodologi yang dapat dipelajari. Tapi ia adalah pancaran keikhlasan untuk melakukan pergaulan dalam rumah tangga secara ma’ruf, keluar tanpa beban dan dengan tulus dari mulut suami sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang pada istri.[3]

3.2.   Memberi Cinta dan Kasih Sayang
Istri berada dalam kondisi yang sangat membutuhkan suami kala ia meyakini keikhlasan suami dalam mencintai dirinya. Cinta berperan besar dalam menjalani ikatan kuat diantara suami dan istri. Cinta dan kasih sayang mampu menghapus sebab-sebab kegundahan dan kebingungan yang berada di hati wanita. Perwujudan cinta dalam rumah tangga tersebar di seluruh ruangannya. Ia adalah interaksi antara suami dan istri, dengan itu pandangan-pandangan manis dan ketertarikan hangat sangat bertautan di setiap waktu dan kesempatan. Cinta yang tulus mampu menghilangkan segala problem dan kegundahan jiwa yang menghadang. Oleh Karena itu cinta seprti ini mengharuskan suami mengesampingkan perkara-perkara yang sepele dan memejamkan matanya dari melihat kekurangan-kekurangan, selain yang dapat mengundang murka Allah Ta’ala. Bentuk cinta suami pada istri dapat terwujud dalam hal turut menyayangi selera istri, pakaian maupun benda lain yang digemarinya. Juga sungguh-sungguh berusaha mengetahui apa yang lebih disenangi istri terkait urusan pribadiya, baik besar maupun kecil. Mulai dari corak warna hingga ketrampilan serta hobi.[4]

3.3.     Menghormati dan Menghargai
Menghormati istri termasuk  meliputi meghargai pendapat, ucapan, menghormati hak-hak pribadinya, memenuhi berbagai kebutuhannya sesuai kemampuan dan kesanggupan, serta menghormati kedudukanya dalam kelurga yang bisa memberinya kesempatan melaksanakan tugas pendidikan dan rumah tangga dengan baik. Salah besar jika seorang suami mengagap kebutuhan makan dan ranjang istri sudah cukup menjadi bukti bentuk penghormatan terhadap perasaannya.
Adapun bentuk penghormatan dan penghargaan kepada istri antara lain, menghormati keluarga dan kerabat istri, memuliakan mereka dengan harta, menyambung tali silaturrahmi, memberi hadiah dan semacamnya yang sesuai dengan kebiasaan dan masih dalam batas kesanggupan. Sungguh hal ini termasuk faktor terbesar bagi kegembiraan dan kebahagiaan istri serta jalan pintas meraih kasih dan sayangnya.[5]   
                                                                
3.4.    Mengendalikan Emosi dan Hindari Sifat Egois
Peran faktor psikologis sangat besar dalam kehidupan rumah tangga. Seorang suami yang gampang emosi dalam masalah sepele dan banyak marah, atau bahkan sulit mengendalikan diri, berarti ia adaah suami yang sedang meruntuhkan pondasi-pondasi kebahagiaan rumah tangga. Perkawinan adalah salah satu episode dalam kehidpan, sehingga pasti akan dipengaruhi oleh interaksi emosi antara kedua belah pihak, khususnya suami. Terkadang, seorang suami melakukan sesuatu dalam keadaan marah, kemudian setelah itu menyesal. Hendaknya seorang suami belajar untuk memaafkan.[6]

3.5.   Menerima Kekurangan Istri
Kehidupan suami istri adalah kehidupan yang penuh dengan romantika, karena keluarga merupakan pergaulan seumur hidup, sebagaimana kata orang-orang bahwa kedua pasangan bisa melihat kekurangan-kekurangan pasangannya dengan jelas, dan terkadang seorang suami tidak merasa aneh dengan kekurangan tertentu yang terdapat pada  istrinya. Terkadang kekurangan itu terasa berat bagi sang suami, tetapi dalam waktu yang sama sang istri memiliki keistimewaan yang banyak dan tindakan yang terpuji. Suami hendaknya mengetahui bahwasaannya dia tidak akan pernah menemukan seorang istri yang terbebas dari kekurangan. Terkadang sang istri dengan kekurangan tersebut lebih baik daripada wanita-wanita lain, yang menurut suami tidak memiliki berbagai kekurangan. Terkadang seorang istri menyerupai suaminya dalam beberapa perkara dan terkang dia berbeda dalam beberapa perkara maka sang suami harus menerima keadaan seperti ini.[7]

3.6.   Memahami Rasa Cemburu Istri
Kecemburuan seorang wanita adalah sebuah kasih sayang. Oleh karena itu ia sangat cemburu apabila sang suami mencintai selain dirinya. Terkadang ia sangat cemburu terhadap perilaku suaminya yang begitu manis dengan wanita lain meskipun tidak disengaja, sampai-sampai ia juga merasa cemburu apabila suaminya bercerita tentang wanita lain.[8] Oleh karena itu, hendaklah sang suami memperhatikan masalah-masalah ini terhadap istrinya, tentunya dengan beberapa cara di bawah ini, antara lain :
3.6.1. Janganlah bercerita tentang wanitan lain di hadapannya, apalagi sampai memuji-muji wanita tersebut atau menceritakan tentang   kebaikan-kebaikannya.
3.6.2. Memaklumi seorang wanita di saat ia cemburu terhadap wanita lain. Apabila seorang wanita merasa cemburu, perasaan itu akan menguasai sebagian besar dirinya. Terkadang apa yang ia lakukan dan ia katakana tidaklah masuk akal.

3.7.    Berbuat Adil diantara Istri-istrinya
Bagi suami yang menikah lagi dengan wanita lain hendaknya bukan karena cintanya membuat ketidakadilan kepada istri yang petama, atau sebaliknya, handaklah berbuat adil, tidak curang kepada yang satu karena condong kepada yang lainnya. Sebagian terjerumus dalam hal ini karena kebodohan, padahal kebodohan akan menghancurkan, sementara si pelaku beranggapan bahwa ia hanya melakukan hal yang sepele saja. Bagi kita ada contoh dan teladan dari manusia terbaik dan penghulu para Rasul, Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam dalam kejujuran dan keadilan. Beliau berpoligami setelah wafatnya Khodijah, ia adalah istri yang sangat dicintainya. Kemudian Rasullulah berpoligami tetapi ia tetap berbuat adil dengan istri-istri beliau.[9]    
         
BAB III
Kesimpulan
Dari uraian di atas bahwa dianjurkan kepada seorang suami agar berakhlak baik kepada istri, karena setiap wanita memiliki karekter yang berbeda-beda dan hakikatnya wanita ingin dimengerti, maka perlakukanlah ia sesuai dengan tuntunan syari’at.
                                  
Daftar Pustaka
Abdullah, Fatih Adil, “Menjadi Suami Idaman Hati”, cet I, (Solo, Insan Kamil, 2007).
Abu Hasan bin Muhammad al-Faqih, Steikh Nada Abu Ahmad, “ Istri
Shalihah Aku Merindukanmu”, cet I, (Solo, Kiswah, 2011)
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008 M)
islam-terlengkap.html


[1] http://www.seputarpengetahuan.com
[2] Tim penyusun, Kamus besar Baahasa Indonesia, (Jakarta, Pusat Bahasa, 2008), hlm. 446.
[3] Abdul Hasan, Syeikh Nada, Istri Shalihah Aku Merindukanmu, ( Solo, Kiswah, 2011), hlm. 101.
[4] Ibid, hlm. 104.
[5] Ibid, hlm. 111.
[6] Adil Fatih, Abdullah, Menjadi Suami Idaman Hati,(Solo, Insan Kamil, 2007), hlm. 33.
[7] Ibid, hlm. 61.
[8]  Ibid, hlm, 137.
[9]  Ibid, hlm. 105.

Oleh : Siti Maimuna

0 komentar:

Posting Komentar