Sabtu, 27 Februari 2016

Pentingnya Tarbiyah Untuk Anak




Tarbiyah adalah suatu proses internalisasi budaya kepada seseorang atau kelompok masyarakat untuk menjadikan orang atau kelompok tersebut menjadi lebih beradab. Termasuk juga solusi yang bisa menyelesaikan problematika ummat cukup kompleks seperti kebodohan, perpecahan, ghazwul fikri, kehinaan, ketiadaan izzah sebagai umat islam.

Anak merupakan pondasi yang paling mendasar bagi terbentuknya sebuah bangunan masyarakat. Apabila kita meletakkannya dalam posisi yang benar, bangunannya secara utuh akan bisa lurus kendati  bangunan itu besar dan mencakar langit. Anak juga dapat diibaratkan seperti bibit tumbuhnya suatu pohon generasi yang besar, yang darinya akan tumbuh cabang-cabang dan ranting-rantingnya. Jika selama ini kita lebih memperhatikan kesehatan fisiknya saja, namun aspek yang lebih penting dari itu menjadi terlupakan yaitu tarbiyah ruhiyah. Semestinya kita juga memberikan perhatian lebih pada ruhiyah, kelurusan cara berpikir dan cara pandangnya.  Jika akal dan pikiran dibutuhkan suatu pendidikan, begitu juga dengan ruh menjadi wajib untuk mendapatkan haknya. Oleh karena itu tarbiyah ini kita kembali kepada metode pembinaan sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, ini sebuah nikmat sebesar yang harus kita syukuri pada Allah.
Iman merupakan hal asasi dalam kehidupan seorang mukmin, maka dianggap perlu untuk menanamkan landasan utama yaitu aqidah yang lurus dan benar. Pola pembinaan aqidah harus dinomorsatukan karena hal ini merupakan asas dari keseluruhan aktivitas tarbiyah Islamiyah. Sedang tarbiyah merupakan kebutuhan pokok setiap insan. Tarbiyah imaniyah adalah tarbiyah yang ditujukan untuk meningkatkan iman, ma'nawiyah (mentalitas), akhlaq (moralitas), dan syakhshiyah (kepribadian) daripada mutarobiyyin (anak didik).
Iman kepada Allah dan hari akhir wajib mendapat pupuk yang menyegarkan, disiram dengan air agar terus menerus tumbuh di lahannya secara bertahap dan tawazun (seimbang) menuju kesempurnaan. Iman tumbuh subur karena didasari hubungan yang intens dengan Allah dalam berbagai bentuknya.
Sebagaimana kisah dari hasil tarbiyah yang terjadi pada anak seseorang di masa salaf dahulu, Abdullah bin Dinar berkisah tentang perjalanannya bersama Khalifah Umar bin Khattab. Beliau mengatakan, "Saya bersama Umar bin Khattab r.a. pergi ke Makkah dan beristirahat di suatu tempat. Lalu kami melihat anak gembala dengan membawa banyak gembalaannya turun dari gunung dan berjumpa dengan kami. Umar bin Khattab berkata, "Hai penggembala, juallah seekor kambingmu itu kepadaku!"
Anak kecil penggembala itu menjawab, "Aku bukan pemilik kambing ini, aku hanya seorang budaknya."
Umar menguji anak itu, "Katakanlah kepada tuanmu bahwa salah seekor kambingnya dimakan srigala."Anak itu termenung lalu menatap wajah Umar, dan berkata, "Maka di manakah Allah?" Mendengar kata-kata yang terlontar dari anak kecil ini, menangislah Umar.
Kemudian beliau mengajak budak itu kepada tuannya kemudian memerdekakannya. Beliau berkata pada anak itu, "Kalimat yang telah engkau ucapkan tadi telah membebeaskanmu di dunia ini, aku harap kalimat-kalimat tersebut juga akan membebaskanmu kelak di akhirat." Kejadian di atas menunjukkan salah satu pengaruh dari pengenalan terhadap Allah. Kejadian serupa itu sudah sangat jarang terjadi saat ini. Sekarang ini, di masyarakat kita kejujuran dan kebenaran seolah sudah tak ada harganya. Coba bandingkan dengan sikap Umar yang menghargai anak tersebut dengan membebaskannya dari perbudakan. Mungkin timbul pertanyaan: bagaimanakah seorang anak kecil di masa itu bisa menjadi begitu yakin dengan pengawasan Allah (muroqobatullah) yang berlaku pada setiap manusia?
Keyakinan lahir dari suatu pendidikan dan latihan yang benar. Di mana kekhalifahan Umar, masyarakat Islam sudah terbentuk dan masyarakat ini menghasilkan bi'ah (lingkungan) yang baik bagi anak tersebut, kendati ia berada di gurun. Pengaruh sistem pendidikan Islam telah merembes ke berbagai tempat sehingga setiap orang benar-benar mencintai Rabbnya, ikhlas dan beramal karena-Nya meyakini dan menjalankan syariat Allah.

Tarbiyah imaniyah untuk anak-anak merupakan satu pendidikan yang meliputi hal-hal berikut:
1. Upaya melaksanakan dan menghayati nilai-nilai ibadah kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya sesuai dengan bimbingan Rasulullah SAW.
2. Pembiasaan dalam mengingat Allah (dzikrullah) dengan membaca ayat-ayat Al-Qur'an atau dengan menyebut-nyebut nama Allah dengan cara yang tepat di saat-saat tertentu.
3. Membiasakan merasakan adanya bimbingan Allah dalam melaksanakan kebaikan dan pengawasan Allah dalam setiap aspek kehidupan. Yaitu dengan menghubungkan kejadian-kejadian sehari-hari yang dialaminya dengan kekuasaan Allah.
4. Membiasakan menggantungkan diri kepada Allah misalnya dengan berdo'a dalam berbagai situasi dan kondisi.
5. Meningkatkan akhlak (perilaku) yang baik dengan mencontohkan tindakan-tindakan baik dan memperbaiki perilakunya pada saat anak melakukan keburukan.
6. Memberikan motivasi dan rangsangan dengan memuji atau memberi hadiah ketika anak berbuat baik, memberi manfaat kepada orang lain, atau menyenangkan orang lain kendati orang tersebut tidak menyadarinya.
7. Membimbing hal-hal lain untuk yang berhubungan dengan pendekatan diri kepada Allah.
 
Jadi, memberikan proses tarbiyah Islamiyah dapat membentuk anak mempunyai pesepsi ajaran islam secara utuh dan sempurna. Sehingga terlahir generasi yang mempunyai pemahaman terhadap ajaran islam ini dengan benar. Penanaman nilai-nilai aqidah dan kebagusan budi pekerti (akhlaq) akan sangat efektif apabila dimulai sejak dini. Dengan keyakinan yang kokoh serta prilaku yang terpuji, akan memunculkan kondisi jiwa yang mantap. Pembinaan di masa kecil menjadi salah satu penentu keberhasilan program pendidikan secara keseluruhan.
Tentu saja, setelah kondisi jiwa dipersiapkan sejak dini, ummat islam juga harus meneruskan langkah perbaikan ini di bidang yang lain. “Pencerdasan” pemikiran kaum muslimin dibutuhkan, agar mereka tidak jumud dalam kreativitas. Agar kaum muslimin segera mengusai sains dan teknologi.

Writted by : Rosyidah Arifah

0 komentar:

Posting Komentar