Sabtu, 27 Februari 2016

Lumpuhnya Lembaga Pendidikan dalam Pembentukan Karakter



Lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter seorang anak di samping keluarga. Ia menduduki tingkatan yang tinggi di bawah keluarga. Karena di sanalah seorang anak menghabiskan separuh waktunya bersama guru dan teman- temannya. Sehingga lingkungan yang biasa ia tempati itulah yang akan membentuk karakternya.
Namun, di era globalisasi ini tak jarang kita jumpai lembaga pendidikan yang hanya sebatas mentransfer ilmu saja tanpa meperhatikan pemahaman dan perilaku anak didiknya. Tak dapat dipungkiri jika akhirnya banyak anak didiknya yang berperilaku layaknya orang tak berpendidikan karena kurangnya tanggung jawab lembaga- lembaga pendidikan dalam mengawasi dan medampingi mereka. Bahkan perilaku-perilaku keji yang terjadi pada anak didiknya seolah menjadi hal yang sangat biasa. Ini semua disebabkan oleh derasnya arus globalisasi yang masuk dalam dunia pendidikan yang tak lagi bisa dibendung. Di samping itu, sistem pendidikan yang berjalan di negara ini adalah sistem pendidikan yang sekuler- materialistik. Sehingga yang sering kita jumpai saat ini adalah lumpuhnya lembaga- lembaga pendidikan dalam membentuk karakter seorang anak.
Peran yang semula menjadi tonggak perbaikan perilaku anak, kini tak lagi berfungsi seperti dulu. Ia hanya sebatas mengajarkan teori- teori tanpa pengarahan yang jelas. Dan produk yang dihasilkan hanya anak-anak yang mengetahui teori-teori saja tanpa dibungkus dengan implementasi dari nilai- nilai agama yang telah diajarkan.
Globalisasi Dalam Dunia Pendidikan
Derasnya arus globalisasi sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dengan adanya globalisasi tersebut, berbagai lembaga pendidikan berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan SDM yang ada agar dapat bersaing di dunia internasional. Namun, kenyataannya bangsa Indonesia kurang siap untuk mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral. Dan ini akan menimbulkan dampak positif dan negatif dari globalisasi tersebut.
Kemajuan teknologi informasi dari pengaruh globalisasi ini akan mempermudah  proses pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan. Sehingga dengan adanya fasilitas yang cukup memadai ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. Selain dapat memberikan dampak yang positif, fasilitas ini dapat menjadi cambuk bagi penggunanya ketika digunakan tanpa ada pengawasan dari lembaga pendidikan itu. Bahkan ketika sudah ada pengawasanpun tak jarang kita jumpai anak- anak yang nekat menggunakan teknologi tersebut secara sembunyi- sembunyi untuk membuka hal-hal yang  berbau syahwat, kekejaman dan kesadisan. Hal ini terjadi karena kurangnya implementasi nilai agama yang diajarkan di lembaga tersebut. Dan hanya akan melahirkan anak- anak tak bermoral.
Fasilitas internet yang begitu menggiurkan dan tayangan yang tak lepas dari syahwat dan syubhat inilah yang menyebabkan kerusakan moral di kalangan pemuda- pemuda kita. Kenakalan remaja, kejahatan dan kesadisan semakin menjamur di tengah masyarakat kita. Semua itu hanya akan menambah jumlah angka kekerasan di negri ini. Lantas, siapa yang akan disalahkan?
Sistem Pendidikan Sekuler- Materialistik
Tak dapat kita pungkiri bahwa sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini  adalah sistem pendidikan sekuler- materialistik. Sistem pendidikan ini hanya akan melahirkan anak- anak yang berpaham materialistik dan individualistik. Maka tak heran jika kita sering menyaksikan tindakan- tindakan amoral yang semakin mewabah di kalangan masyarakat kita. Ini merupakan pengaruh dari sistem pendidikan yang berbasis sekuler- materialistik, pendidikan yang sangat jauh dari nilai- nilai islam. Ia hanya akan menelurkan pribadi-pribadi yang maju dalam bidang sains dan teknologi, namun mereka mengalami kemunduran dalam hal agama. Dan ini telah terbukti bahwa mereka gagal dalam mencetak pribadi yang berkarakter untuk menjawab tantangan di era globalisasi ini. ( www.dakwatuna.com)
Setelah kita mengetahui sistem pendidikan yang berlaku tersebut tak menghasilkan produk yang baik, sudah sepatutnya pendidikan bangsa ini lebih memperhatikan pendidikan agama di samping pendidikan umum yang ada. Karena salah satu sebab  lumpuhnya lembaga pendidikan dalam pembentukan karakter anak adalah kurangnya perhatian mereka terhadap pendidikan agama. Bahkan pendidikan agama yang diajarkan di sekolahpun menjadi kebutuhan sekunder saja. Tak hanya itu, porsi yang diberikan untuk pelajaran agamapun hanya dua jam dalam seminggu dan kurangnya pendidik yang mumpuni dalam bidang tersebut. Sehingga kita sering menjumpai guru-guru agama di lembaga pendidikan yang ada sudah memasuki usia lanjut. Oleh karena itu, sebaiknya lembaga pendidikan kita lebih memaksimalkan pengajaran agama sebagai upaya untuk memperbaiki moral masyarakat sebelum kemerosotan moral di negri ini semakin merajalela.
Pendidikan Islam Solusi Tepat Perbaiki Akhlak
Islam datang secara sempurna dan lengkap dengan sistem pendidikan yang tak bisa ditandingi oleh sistem- sistem pendidikan yang lain. Ia benar-benar hadir ditengah masyarakat yang penuh dengan kerusakan moral. Islam hadir sebagai solusi yang paling tepat pada waktu yang tepat. Di saat kaum jahiliyyah Arab terkenal dengan kebiadaban dan kerusakan moral  mereka, islam hadir sebagai suatu pencerah yang mampu mengubah sikap amoral mereka menjadi seseorang yang mulia dengan hiasan akhlak dalam dirinya.
Persis dengan realita hari ini, ketika masyarakat disibukkan dengan manisnya hura-hura tanpa memperhatikan akhlak mereka, dan indahnya fatamorgana dunia telah melenakan mereka, islam dianggap sebagai agama klasik dan kuno serta tidak bisa diterapkan pada zaman ini. Mereka lebih memilih sistem pendidikan sekuler-materialistik yang dianggap lebih dapat menyelesaikan problem kemerosotan moral yang ada di tengah masyarakat. Mereka semakin tenggelam dalam kebodohan mereka terhadap agama. Agama tak lagi diindahkan apalagi akhlak tak lagi diperhatikan. Mereka lebih mementingkan asas kebebasan dalam dunia pendidikan dan pergaulan. Akhirnya bangsa ini semakin jauh dari nilai-nilai moral yang akan memperburuk situasi dan kondisi masyarakat saat ini.
Di tengah situasi seperti ini, sepatutnya islam kembali diagungkan. Karena islam hadir dengan sistem pendidikan yang begitu sempurna. Islam memadukan antara tiga komponen yang akan mengantarkan kepada suksesnya pendidikan berkarakter.
 Islam memadukan antara keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai peran yang sangat penting dalam membentuk anak berkarakter. Relasi ketiga komponen tersebut sangat diperlukan dalam pembentukan karakter. Karena seorang anak hidup di tengah tiga komponen tersebut. Pengawasan orangtua terhadap anaknya harus lebih diperhatikan. Keikutsertaan orangtua dalam pendidikan seorang anakpun lebih dimaksimalkan. Karena mereka masih membutuhkan bimbingan. Begitu juga dengan sekolah atau lembaga pendidikan harus memperhatikan sistem pendidikan dan kurikulum yang berjalan. Disamping itu, asas yang menjadi dasar pijakan haruslah sesuai dengan prisip aqidah dan keimanan yang benar. Pendidikan yang berlakupun tidak sebatas mentransfer ilmu saja tanpa memperhatikan pemahaman anak, akan tetapi pengajaran yang disertai dengan implementasi dari materi yang telah diajarkan.
Dengan ini akan melahirkan generasi-generasi yang berwawasan dan berkarakter. Selain itu, image lumpuhnya lembaga pendidikan dalam pembentukan karakter pun mulai memudar dan hilang seiring dengan berubahnya sistem pendidikan yang digunakan. Karena itu akan menjadi harapan masyarakat bahwa angka kemerosotan moral akan mengalami perubahan. Bangsa ini akan semakin maju dan berkembang, kejahatan dan kesadisan tak lagi merajalela di tengah masyarakat.
Kesimpulan
Sungguh betapa pentingnya peran lembaga pendidikan dalam pembentukan karakter anak. Namun, di situlah dibutuhkan kerjasama yang kuat antara keluarga, sekolah dan masyarakat yang akan membentuk manusia-manusia yang sanggup menjawab tuntutan yang ada pada era globalisasi ini.
 Dan yang lebih dibutuhkan dalam pembentukan karakter seorang anak adalah pengawasan dan pendampingan terhadap pembelajaran mereka. Begitu juga dengan kurikulum, SDM, sarana dan prasarana serta sistem pengajaran yang ada juga harus dimotori oleh aqidah dan keimanan yang benar. Berbeda dengan sistem yang didasari asas kebebasan, maka akan melahirkan generasi yang kualitasnya berbanding terbalik dengan sistem yang dimotori asas keimanan yang benar. Mereka berkembang dalam teknologi informasi yang semakin canggih sementara akhlak mereka tak menghiasi ilmu mereka. Alangkah baiknya jika ilmu yang kita miliki dihiasi dengan akhlak yang mulia.  

Writted by : Laila Nurul Mujahidah

0 komentar:

Posting Komentar