Sabtu, 27 Februari 2016

Indonesia Belum Merdeka



Secara konstitusi, Indonesia dinyatakan merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945, yang dideklarasikan oleh Soekarno-Hatta. Hal inilah yang diyakini oleh mayoritas manusia, baik dalam maupun luar negeri tentang hari kemerdekaan Indonesia.
Mulai TK hingga Perguruan Tinggi, dari yang lulusan SD sampai yang bergelar profesor sepakat menjawab dengan tanggal tersebut. Dari masyakarat desa hingga masyarakat kota pun akan setuju dengan hal itu. Faktanya, apa benar Indonesia sudah benar-benar merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945?
Inilah Indonesia
Inilah Indonesia, yang katanya merdeka 70 tahun yang lalu. Tapi ternyata, fakta berbicara sebaliknya. Sistem pemerintahan negeri ini masih hasil adopsi dari negeri antah berantah di seberang benua sana. Kehidupan penuh aturan yang dilanggar dan pembatasan yang selektif. Penuh pengkhianatan dan pendustaan keadilan. Undang-undang dibuat berdasarkan pesanan.
Orang yang terbukti salah dilindungi dan dipelihara. Yang benar menjadi sasaran, diburu, difitnah, dan dipenjara tanpa keadilan. Maka pantas, jika rakyatnya mengalami krisis moral, krisis ideologi, krisis pendidikan, hingga krisis ekonomi yang tak ada habis-habisnya. Kiblat pemerintahannya saja sama tidak jelasnya atau bahkan lebih parah dari negeri kita.
Inilah Indonesia, yang katanya merdeka 70 tahun yang lalu. Tapi ternyata, fakta berbicara sebaliknya. Ideologi saja tak jelas. Campur-baur antara kapitalis, sekuleris, sosialis,  demokratis, dan lain-lain. Padahal negri ini berpenduduk mayoritas muslim terbesar pertama sedunia. Kalaupun mau diterapkan, hanya sedikit sekali penerapan hukum Islam, yakni hanya untuk urusan perkawinan saja.
Inilah Indonesia, yang katanya merdeka 70 tahun lalu. Kebudayaan-kebudayaannya hanya bisa membebek asing, politiknya berlaku hukum rimba; siapa kuat dia menang, pertahanan keamanannya masih tergantung pada kebijakan Amerika dan sekutunya, hingga penegakan hukumnyapun sangat  pilih kasih.
Inilah Indonesia, yang katanya merdeka 70 tahun yang lalu. Negeri yang kaya raya. Tambang timah, batu bara, minyak bumi, gas bumi, bahkan gunung emas pun negeri ini punya. Tapi sayangnya kekayaan itu sebagian besar dikuasai bangsa lain. Negara hanya mendapat komisi sekian persen, itupun masih dikorupsi dimana-mana. Pantas saja jika perekonomian rakyatnya membuat miris siapa saja yang mendengarnya. Itu karena, mereka sudah merasa cukup menjadi babu, kuli dan jongos ditanah kelahirannya.
Inilah Indonesia, yang katanya merdeka 70 tahun yang lalu. Negeri tropis yang sangat subur tanahnya. Hutan dan sawah mudah sekali kita jumpai disana. Tapi ternyata, fakta berbicara sebaliknya. Lumbung padi di negeri kaya raya ini nyatanya tak dapat mencukupi kebutuhan perut para rakyatnya. Akhirnya impor pun menjadi solusi yang semakin membuat sengsara negara.
Sepertinya memang harus diulangi lagi pertanyaannya, benarkah bangsa ini telah merdeka?
Penjajahan yang Masih Berlanjut
            Mengutip kalimat tokoh Jendral Anggabaya dalam novel ‘Incorporate’ karya Zaynur Ridwan, “Teks yang dibacakan presiden Soekarno sepenuhnya artificial, penjajahan hanya mengubah bentuk fisiknya saja. Para penjajah kini berkamuflase, dan kalian di generasi yang lebih muda bahkan tidak bisa melihat mereka.”
Apa yang dikatakan Jendral Anggabaya tersebut memanglah sangat tepat. Para penjajah negri ini telah mengkamuflase  bentuk dan gaya mereka. Namun sayangnya, bangsa Indonesia tidak menyadari hal itu.
Jelas saja jika Jendral Anggabaya menyebut teks proklamasi hanyalah buatan belaka. Karena sejatinya penjajahan di negri ini memang belum berakhir. Masih dan terus berlanjut hingga detik ini. Justru teks proklamasi yang dibaca Soekarno 70 tahun yang lalu menjadi gerbang awal penjajahan yang sesungguhnya.
Rakyat Indonesia yang sebelumnya selalu waspada dan siaga terhadap orang luar, kini merasa aman, terbebas dari penjajah yang sewaktu-waktu bias membantanya. Akibatnya, mereka menganggap semua yang dapat menembus Indonesia adalah kawan, bukan lagi orang asing yang perlu diwaspadai.
Peluang inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh penjajah untuk menggerogoti Indonesia, pelan tapi pasti. Lambat, tapi terorganisasi. Bukan dengan senjata, tapi dengan ideologi. Inilah kelemahan rakyat Indonesia, mudah terbius oleh wajah-wajah meyakinkan yang menyimpan segudang misi licik penjajahan yang mengelabuhi.
Maka sejak saat itu, musuh semakin bebas keluar masuk Indonesia, karena tidak lagi terancam oleh perlawanan rakyat sipil. Bahkan mereka bisa sesuka hati menawarkan ideologi-ideologi baru mereka untuk diberlakukan di Indonesia. Hal ini tentu saja bukan tanpa tujuan semata, karena visi dan misi penuh kelicikan mereka melambai-lambai untuk segera direalisasikan.
Raih kemerdekaan
            Melihat dari fakta, maka kita, sebagai rakyat Indonesia harusnya sadar, bahwa Indonesia, belum merdeka. Kita butuh, dan harus merebut kemerdekaan bangsa ini.
            Maka, bebaskan mental kita dari seorang yang terjajah. Buang pemikiran rusak dan penghambaan kepada hawa nafsu, berganti menjadi penghambaan pada Allah saja. Karena Ia-lah satu-satunya yang bisa membebaskan Indonesia dari penjajahan ini.
Jika keyakinan akan Allah telah menancap, jangan diam saja. Yakinkan orang lain agar kembali kepada Allah, karena kemerdekaan tak akan terwujud tanpa campur tangan-Nya.
Jangan takut susah dan menderita dalam perjuangan ini. Karena kemerdekaan hakiki meski susah, jauh lebih baik daripada hidup nyaman tapi terjajah!
Penutup
            Sungguh, Indonesia belum merdeka. Maka, mari bersama-sama raih kemerdekaan itu. Bebaskan Indonesia dari belenggu-belenggu penjajahan, dan songsong kemerdekaan yang sebenarnya!

Writted by : Himmatur Rasyiida

0 komentar:

Posting Komentar