BAB I
Pendahuluan
Allah Ta’ala telah memberi kita nikmat pernikahan serta
menjadikannya satu di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Allah Ta’ala telah mengutus seorang Rasul kepada kita yaitu
nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai pemberi petunjuk,
pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Dia adalah sebaik-baik Rasul,
sebaik-baik qudwah bagi umat, sebaik-baik suami bagi para istri-istrinya, dan
sebaik-baik ayah bagi anak-anaknya.
Beliau merupakan teladan bagi suami yang sholeh kerena
beliau sangat penyayang kepada isrti-istrinya.
Beliau sangat mengetahui
tabi’at-tabi’at istrinya, beliau sangat memuliakan istrinya, tidak pernah
berkata kasar, tidak bengis, dan tidak orterior. Sosok seprti inilah
yang seharusnya di lakukan dan dipelajari oleh para suami agar tercipta kebahagiaan
dan ketenangan dalam kehidupan rumah tangga. Agar mengetahui lebih jelas akhlak
yang baik kepada seorang istri, maka penulis menjelaskannya dalam makalah ini.
Bab II
Pembahasan
1. Definisi
1.1. Akhlak
Kata "akhlak" berasal dari bahasa arab yaitu " Al-Khulq"
yang berarti tabiat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut
istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia
yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu
pemikiran dan paksaan.[1]
Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau
kelakuan. Sedangkan menurut para ahli, pengertian akhlak adalah
sebagai berikut:
Menurut Ibnu
Maskawaih: Menurutnya akhlak ialah "hal li nnafsi daa'iyatun lahaa ila
af'aaliha min ghoiri fikrin walaa ruwiyatin" yaitu sifat yang tertanam
dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Menurut Abu
Hamid Al Ghazali : Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang
darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah
tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu.
Menurut Ahmad
bin Mushthafa : Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat diketahui
jenis-jenis keutamaan, dimana keutamaan itu ialah terwujudnya keseimbangan
antara tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir, marah dan syahwat atau nafsu.
Menurut
Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani : Akhlak merupakan sesuatu yang
sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam diri manusia yang darinyalah
terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa berpikir dan
direnungkan.
1.2. Istri
Menurut kamus
besar Bahasa Indonesia istri adalah wanita (perempuan) yang telah menikah atau
yang bersuami, wanita yang telah dinikahi.[2]
2.
Dalil
yang menunjukan agar berbuat baik kepada istri
Dalam
sebuah hadits disebutkan:
خَيْرُ
كُمْ لِاَهْلِهِ وَ اَنَا خَيْرُ كُمْ لِاَهْلِهِ
“Orang yang tebaik di antara kalian
adalah yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik
kepada istri dari kalian.”(HR. Tirmidzi
dan dishahihkan, ibnu Majah , ibnu Hibban dan dishahihkan oleh al-Albani dalam
shahihnya)
Dalam hadits yang lain:
مَا كَانَ الرِّفْقِ فِي شَيْءِ قطُّ اِلَّا زَانَهُ
وَ لاَ عُزِلَ عَنْ شَىْءَ اِلَّا شَانَهُ
“Tidaklah seseorang berlaku lemah
lembut terkecuali ia telah mempercantik dirinya. Dan bagi siapa yang mencabut
diriya dari lemah lembut terkecuali ia telah memberi noda pada dirinya.”(HR. Ahmad)
3. Akhlak kepada istri
Berikut ini beberapa akhlak yang dianjurkan
kepada seorang suami
3.1. Bertutur kata santun
Berbicara santun sangat dianjurkan pada suami dalam
bergaul pada istrinya. Sebab ini adalah kunci untuk mengikat hati istri. Ucapan
adalah hal terbesar yang dapat mempengaruhi seorang istri. Perkataan santun,
tutur kata ramah, pembicaraan indah, panggilan manis, candaan yang baik dan
ungkapan yang lembut semua ini termasuk ucapan yang membuat hati soerang istri
berbunga-bunga sehingga istri tersebut akan mengeluarkan keridhaan dan penerimaan
dari dasar jiwa kewanitaannya yang peka. Tutur kata baik bukan ilmu sastra
maupum metodologi yang dapat dipelajari. Tapi ia adalah pancaran
keikhlasan untuk melakukan pergaulan dalam rumah tangga secara ma’ruf, keluar
tanpa beban dan dengan tulus dari mulut suami sebagai ungkapan cinta dan kasih
sayang pada istri.[3]
3.2. Memberi Cinta dan Kasih Sayang
Istri berada dalam kondisi yang sangat membutuhkan suami
kala ia meyakini keikhlasan suami dalam mencintai dirinya. Cinta berperan besar
dalam menjalani ikatan kuat diantara suami dan istri. Cinta dan kasih sayang
mampu menghapus sebab-sebab kegundahan dan kebingungan yang berada di hati
wanita. Perwujudan cinta dalam rumah tangga tersebar di seluruh ruangannya. Ia
adalah interaksi antara suami dan istri, dengan itu pandangan-pandangan manis
dan ketertarikan hangat sangat bertautan di setiap waktu dan kesempatan. Cinta
yang tulus mampu menghilangkan segala problem dan kegundahan jiwa yang
menghadang. Oleh Karena itu cinta seprti ini mengharuskan suami mengesampingkan
perkara-perkara yang sepele dan memejamkan matanya dari melihat
kekurangan-kekurangan, selain yang dapat mengundang murka Allah Ta’ala.
Bentuk cinta suami pada istri dapat terwujud dalam hal turut menyayangi selera
istri, pakaian maupun benda lain yang digemarinya. Juga sungguh-sungguh berusaha
mengetahui apa yang lebih disenangi istri terkait urusan pribadiya, baik besar
maupun kecil. Mulai dari corak warna hingga ketrampilan serta hobi.[4]
3.3. Menghormati dan Menghargai
Menghormati istri termasuk meliputi meghargai pendapat, ucapan,
menghormati hak-hak pribadinya, memenuhi berbagai kebutuhannya sesuai kemampuan
dan kesanggupan, serta menghormati kedudukanya dalam kelurga yang bisa
memberinya kesempatan melaksanakan tugas pendidikan dan rumah tangga dengan
baik. Salah besar jika seorang suami mengagap kebutuhan makan dan ranjang istri
sudah cukup menjadi bukti bentuk penghormatan terhadap perasaannya.
Adapun bentuk penghormatan dan penghargaan kepada istri
antara lain, menghormati keluarga dan kerabat istri, memuliakan mereka dengan
harta, menyambung tali silaturrahmi, memberi hadiah dan semacamnya yang sesuai
dengan kebiasaan dan masih dalam batas kesanggupan. Sungguh hal ini termasuk
faktor terbesar bagi kegembiraan dan kebahagiaan istri serta jalan pintas meraih
kasih dan sayangnya.[5]
3.4. Mengendalikan
Emosi dan Hindari Sifat Egois
Peran faktor psikologis sangat besar dalam kehidupan
rumah tangga. Seorang suami yang gampang emosi dalam masalah sepele dan banyak
marah, atau bahkan sulit mengendalikan diri, berarti ia adaah suami yang sedang
meruntuhkan pondasi-pondasi kebahagiaan rumah tangga. Perkawinan adalah salah
satu episode dalam kehidpan, sehingga pasti akan dipengaruhi oleh interaksi
emosi antara kedua belah pihak, khususnya suami. Terkadang, seorang suami
melakukan sesuatu dalam keadaan marah, kemudian setelah itu menyesal. Hendaknya
seorang suami belajar untuk memaafkan.[6]
3.5. Menerima Kekurangan Istri
Kehidupan suami istri adalah kehidupan yang penuh dengan
romantika, karena keluarga merupakan pergaulan seumur hidup, sebagaimana kata
orang-orang bahwa kedua pasangan bisa melihat kekurangan-kekurangan pasangannya
dengan jelas, dan terkadang seorang suami tidak merasa aneh dengan kekurangan
tertentu yang terdapat pada istrinya.
Terkadang kekurangan itu terasa berat bagi sang suami, tetapi dalam waktu yang
sama sang istri memiliki keistimewaan yang banyak dan tindakan yang terpuji.
Suami hendaknya mengetahui bahwasaannya dia tidak akan pernah menemukan seorang
istri yang terbebas dari kekurangan. Terkadang sang istri dengan kekurangan tersebut
lebih baik daripada wanita-wanita lain, yang menurut suami tidak memiliki
berbagai kekurangan. Terkadang seorang istri menyerupai suaminya dalam beberapa
perkara dan terkang dia berbeda dalam beberapa perkara maka sang suami harus
menerima keadaan seperti ini.[7]
3.6. Memahami Rasa Cemburu Istri
Kecemburuan seorang wanita adalah sebuah kasih sayang.
Oleh karena itu ia sangat cemburu apabila sang suami mencintai selain dirinya.
Terkadang ia sangat cemburu terhadap perilaku suaminya yang begitu manis dengan
wanita lain meskipun tidak disengaja, sampai-sampai ia juga merasa cemburu
apabila suaminya bercerita tentang wanita lain.[8]
Oleh karena itu, hendaklah sang suami memperhatikan masalah-masalah ini
terhadap istrinya, tentunya dengan beberapa cara di bawah ini, antara lain :
3.6.1. Janganlah bercerita tentang wanitan lain di hadapannya, apalagi
sampai memuji-muji wanita tersebut atau menceritakan tentang kebaikan-kebaikannya.
3.6.2. Memaklumi seorang wanita di saat ia cemburu terhadap
wanita lain. Apabila seorang wanita merasa cemburu, perasaan itu akan menguasai
sebagian besar dirinya. Terkadang apa yang ia lakukan dan ia katakana tidaklah
masuk akal.
3.7. Berbuat Adil
diantara Istri-istrinya
Bagi suami yang menikah lagi dengan wanita lain hendaknya
bukan karena cintanya membuat ketidakadilan kepada istri yang petama, atau
sebaliknya, handaklah berbuat adil, tidak curang kepada yang satu karena condong
kepada yang lainnya. Sebagian terjerumus dalam hal ini karena kebodohan,
padahal kebodohan akan menghancurkan, sementara si pelaku beranggapan bahwa ia
hanya melakukan hal yang sepele saja. Bagi kita ada contoh dan teladan dari
manusia terbaik dan penghulu para Rasul, Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam
dalam kejujuran dan keadilan. Beliau berpoligami setelah wafatnya Khodijah, ia
adalah istri yang sangat dicintainya. Kemudian Rasullulah berpoligami tetapi ia
tetap berbuat adil dengan istri-istri beliau.[9]
BAB III
Kesimpulan
Dari uraian di atas bahwa dianjurkan
kepada seorang suami agar berakhlak baik kepada istri, karena setiap wanita
memiliki karekter yang berbeda-beda dan hakikatnya wanita ingin dimengerti,
maka perlakukanlah ia sesuai dengan tuntunan syari’at.
Daftar
Pustaka
Abdullah,
Fatih Adil, “Menjadi Suami Idaman Hati”, cet I, (Solo, Insan Kamil,
2007).
Abu
Hasan bin Muhammad al-Faqih, Steikh Nada Abu Ahmad, “ Istri
Shalihah Aku Merindukanmu”, cet I, (Solo, Kiswah, 2011)
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008
M)
islam-terlengkap.html
[1]
http://www.seputarpengetahuan.com
[2] Tim penyusun,
Kamus besar Baahasa Indonesia, (Jakarta, Pusat Bahasa, 2008), hlm. 446.
[3] Abdul Hasan,
Syeikh Nada, Istri Shalihah Aku Merindukanmu, ( Solo, Kiswah, 2011),
hlm. 101.
[4] Ibid, hlm.
104.
[5] Ibid, hlm.
111.
[6] Adil Fatih,
Abdullah, Menjadi Suami Idaman Hati,(Solo, Insan Kamil, 2007), hlm. 33.
[7] Ibid, hlm. 61.
[8] Ibid, hlm, 137.
0 komentar:
Posting Komentar