Tarbiyah adalah suatu proses internalisasi budaya kepada seseorang atau kelompok masyarakat untuk menjadikan orang atau kelompok tersebut menjadi lebih beradab. Termasuk juga solusi yang bisa menyelesaikan problematika ummat cukup kompleks seperti kebodohan, perpecahan, ghazwul fikri, kehinaan, ketiadaan izzah sebagai umat islam.
Anak merupakan pondasi yang paling
mendasar bagi terbentuknya sebuah bangunan masyarakat. Apabila kita
meletakkannya dalam posisi yang benar, bangunannya secara utuh akan bisa lurus
kendati bangunan itu besar dan mencakar
langit. Anak juga dapat diibaratkan seperti bibit tumbuhnya suatu pohon
generasi yang besar, yang darinya akan tumbuh cabang-cabang dan
ranting-rantingnya. Jika selama ini kita lebih memperhatikan kesehatan fisiknya
saja, namun aspek yang lebih penting dari itu menjadi terlupakan yaitu tarbiyah
ruhiyah. Semestinya kita juga memberikan perhatian lebih pada ruhiyah,
kelurusan cara berpikir dan cara pandangnya. Jika akal dan pikiran dibutuhkan suatu
pendidikan, begitu juga dengan ruh menjadi wajib untuk mendapatkan haknya. Oleh
karena itu tarbiyah ini kita kembali kepada metode pembinaan sesuai dengan
al-Qur’an dan as-Sunnah, ini sebuah nikmat sebesar yang harus kita syukuri pada
Allah.
Iman
merupakan hal asasi dalam kehidupan seorang mukmin, maka dianggap perlu untuk
menanamkan landasan utama yaitu aqidah yang lurus dan benar. Pola pembinaan
aqidah harus dinomorsatukan karena hal ini merupakan asas dari keseluruhan
aktivitas tarbiyah Islamiyah. Sedang tarbiyah merupakan kebutuhan pokok setiap
insan. Tarbiyah imaniyah adalah tarbiyah yang ditujukan untuk meningkatkan
iman, ma'nawiyah (mentalitas), akhlaq (moralitas), dan syakhshiyah
(kepribadian) daripada mutarobiyyin (anak didik).
Iman
kepada Allah dan hari akhir wajib mendapat pupuk yang menyegarkan, disiram
dengan air agar terus menerus tumbuh di lahannya secara bertahap dan tawazun
(seimbang) menuju kesempurnaan. Iman tumbuh subur karena didasari hubungan yang
intens dengan Allah dalam berbagai bentuknya.
Sebagaimana
kisah dari hasil tarbiyah yang terjadi pada anak seseorang di masa salaf
dahulu, Abdullah bin Dinar berkisah tentang perjalanannya bersama Khalifah Umar
bin Khattab. Beliau mengatakan, "Saya bersama Umar bin Khattab r.a. pergi
ke Makkah dan beristirahat di suatu tempat. Lalu kami melihat anak gembala
dengan membawa banyak gembalaannya turun dari gunung dan berjumpa dengan kami.
Umar bin Khattab berkata, "Hai penggembala, juallah seekor kambingmu itu
kepadaku!"
Anak kecil penggembala itu menjawab, "Aku bukan pemilik kambing ini, aku hanya seorang budaknya."
Anak kecil penggembala itu menjawab, "Aku bukan pemilik kambing ini, aku hanya seorang budaknya."
Umar menguji anak itu,
"Katakanlah kepada tuanmu bahwa salah seekor kambingnya dimakan
srigala."Anak itu termenung lalu menatap wajah Umar, dan berkata,
"Maka di manakah Allah?" Mendengar kata-kata yang terlontar dari anak
kecil ini, menangislah Umar.
Kemudian beliau mengajak budak itu
kepada tuannya kemudian memerdekakannya. Beliau berkata pada anak itu,
"Kalimat yang telah engkau ucapkan tadi telah membebeaskanmu di dunia ini,
aku harap kalimat-kalimat tersebut juga akan membebaskanmu kelak di
akhirat." Kejadian di atas menunjukkan salah satu pengaruh dari pengenalan
terhadap Allah. Kejadian serupa itu sudah sangat jarang terjadi saat ini.
Sekarang ini, di masyarakat kita kejujuran dan kebenaran seolah sudah tak ada
harganya. Coba bandingkan dengan sikap Umar yang menghargai anak tersebut
dengan membebaskannya dari perbudakan. Mungkin timbul pertanyaan: bagaimanakah
seorang anak kecil di masa itu bisa menjadi begitu yakin dengan pengawasan
Allah (muroqobatullah) yang berlaku pada setiap manusia?
Keyakinan
lahir dari suatu pendidikan dan latihan yang benar. Di mana kekhalifahan Umar,
masyarakat Islam sudah terbentuk dan masyarakat ini menghasilkan bi'ah
(lingkungan) yang baik bagi anak tersebut, kendati ia berada di gurun. Pengaruh
sistem pendidikan Islam telah merembes ke berbagai tempat sehingga setiap orang
benar-benar mencintai Rabbnya, ikhlas dan beramal karena-Nya meyakini dan
menjalankan syariat Allah.
Tarbiyah imaniyah untuk anak-anak merupakan satu pendidikan
yang meliputi hal-hal berikut:
1. Upaya melaksanakan dan menghayati nilai-nilai ibadah
kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya sesuai dengan bimbingan Rasulullah
SAW.
2. Pembiasaan dalam mengingat Allah (dzikrullah) dengan
membaca ayat-ayat Al-Qur'an atau dengan menyebut-nyebut nama Allah dengan cara
yang tepat di saat-saat tertentu.
3. Membiasakan merasakan adanya bimbingan Allah dalam
melaksanakan kebaikan dan pengawasan Allah dalam setiap aspek kehidupan. Yaitu
dengan menghubungkan kejadian-kejadian sehari-hari yang dialaminya dengan
kekuasaan Allah.
4. Membiasakan menggantungkan diri kepada Allah misalnya
dengan berdo'a dalam berbagai situasi dan kondisi.
5. Meningkatkan akhlak (perilaku) yang baik dengan
mencontohkan tindakan-tindakan baik dan memperbaiki perilakunya pada saat anak
melakukan keburukan.
6. Memberikan motivasi dan rangsangan dengan memuji atau
memberi hadiah ketika anak berbuat baik, memberi manfaat kepada orang lain,
atau menyenangkan orang lain kendati orang tersebut tidak menyadarinya.
7. Membimbing hal-hal lain untuk yang berhubungan dengan
pendekatan diri kepada Allah.
Jadi, memberikan proses tarbiyah
Islamiyah dapat membentuk anak mempunyai pesepsi ajaran islam secara utuh dan
sempurna. Sehingga terlahir generasi yang mempunyai pemahaman terhadap ajaran
islam ini dengan benar. Penanaman nilai-nilai aqidah dan kebagusan budi pekerti
(akhlaq) akan sangat efektif apabila dimulai sejak dini. Dengan keyakinan yang
kokoh serta prilaku yang terpuji, akan memunculkan kondisi jiwa yang mantap.
Pembinaan di masa kecil menjadi salah satu penentu keberhasilan program
pendidikan secara keseluruhan.
Tentu saja,
setelah kondisi jiwa dipersiapkan sejak dini, ummat islam juga harus meneruskan
langkah perbaikan ini di bidang yang lain. “Pencerdasan” pemikiran kaum
muslimin dibutuhkan, agar mereka tidak jumud dalam kreativitas. Agar kaum
muslimin segera mengusai sains dan teknologi.
Writted by : Rosyidah Arifah
Writted by : Rosyidah Arifah
0 komentar:
Posting Komentar