Lembaga
pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter
seorang anak di samping keluarga. Ia menduduki tingkatan yang tinggi di bawah
keluarga. Karena di sanalah seorang anak menghabiskan separuh waktunya bersama
guru dan teman- temannya. Sehingga lingkungan yang biasa ia tempati itulah yang
akan membentuk karakternya.
Namun, di era
globalisasi ini tak jarang kita jumpai lembaga pendidikan yang hanya sebatas
mentransfer ilmu saja tanpa meperhatikan pemahaman dan perilaku anak didiknya. Tak
dapat dipungkiri jika akhirnya banyak anak didiknya yang berperilaku layaknya
orang tak berpendidikan karena kurangnya tanggung jawab lembaga- lembaga
pendidikan dalam mengawasi dan medampingi mereka. Bahkan perilaku-perilaku keji
yang terjadi pada anak didiknya seolah menjadi hal yang sangat biasa. Ini semua
disebabkan oleh derasnya arus globalisasi yang masuk dalam dunia pendidikan
yang tak lagi bisa dibendung. Di samping itu, sistem pendidikan yang berjalan
di negara ini adalah sistem pendidikan yang sekuler- materialistik. Sehingga
yang sering kita jumpai saat ini adalah lumpuhnya lembaga- lembaga pendidikan
dalam membentuk karakter seorang anak.
Peran yang
semula menjadi tonggak perbaikan perilaku anak, kini tak lagi berfungsi seperti
dulu. Ia hanya sebatas mengajarkan teori- teori tanpa pengarahan yang jelas. Dan
produk yang dihasilkan hanya anak-anak yang mengetahui teori-teori saja tanpa
dibungkus dengan implementasi dari nilai- nilai agama yang telah diajarkan.
Globalisasi
Dalam Dunia Pendidikan
Derasnya arus
globalisasi sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dengan adanya
globalisasi tersebut, berbagai lembaga pendidikan berusaha untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dan SDM yang ada agar dapat bersaing di dunia
internasional. Namun, kenyataannya bangsa Indonesia kurang siap untuk mencetak
SDM yang berkualitas dan bermoral. Dan ini akan menimbulkan dampak positif dan
negatif dari globalisasi tersebut.
Kemajuan
teknologi informasi dari pengaruh globalisasi ini akan mempermudah proses pembelajaran di berbagai lembaga
pendidikan. Sehingga dengan adanya fasilitas yang cukup memadai ini diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. Selain dapat memberikan dampak
yang positif, fasilitas ini dapat menjadi cambuk bagi penggunanya ketika
digunakan tanpa ada pengawasan dari lembaga pendidikan itu. Bahkan ketika sudah
ada pengawasanpun tak jarang kita jumpai anak- anak yang nekat
menggunakan teknologi tersebut secara sembunyi- sembunyi untuk membuka hal-hal
yang berbau syahwat, kekejaman dan
kesadisan. Hal ini terjadi karena kurangnya implementasi nilai agama yang
diajarkan di lembaga tersebut. Dan hanya akan melahirkan anak- anak tak
bermoral.
Fasilitas
internet yang begitu menggiurkan dan tayangan yang tak lepas dari syahwat dan
syubhat inilah yang menyebabkan kerusakan moral di kalangan pemuda- pemuda
kita. Kenakalan remaja, kejahatan dan kesadisan semakin menjamur di tengah
masyarakat kita. Semua itu hanya akan menambah jumlah angka kekerasan di negri
ini. Lantas, siapa yang akan disalahkan?
Sistem
Pendidikan Sekuler- Materialistik
Tak dapat kita
pungkiri bahwa sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan sekuler-
materialistik. Sistem pendidikan ini hanya akan melahirkan anak- anak yang berpaham
materialistik dan individualistik. Maka tak heran jika kita sering menyaksikan tindakan-
tindakan amoral yang semakin mewabah di kalangan masyarakat kita. Ini merupakan
pengaruh dari sistem pendidikan yang berbasis sekuler- materialistik,
pendidikan yang sangat jauh dari nilai- nilai islam. Ia hanya akan menelurkan
pribadi-pribadi yang maju dalam bidang sains dan teknologi, namun mereka
mengalami kemunduran dalam hal agama. Dan ini telah terbukti bahwa mereka gagal
dalam mencetak pribadi yang berkarakter untuk menjawab tantangan di era
globalisasi ini. ( www.dakwatuna.com)
Setelah kita
mengetahui sistem pendidikan yang berlaku tersebut tak menghasilkan produk yang
baik, sudah sepatutnya pendidikan bangsa ini lebih memperhatikan pendidikan
agama di samping pendidikan umum yang ada. Karena salah satu sebab lumpuhnya lembaga pendidikan dalam pembentukan
karakter anak adalah kurangnya perhatian mereka terhadap pendidikan agama.
Bahkan pendidikan agama yang diajarkan di sekolahpun menjadi kebutuhan sekunder
saja. Tak hanya itu, porsi yang diberikan untuk pelajaran agamapun hanya dua
jam dalam seminggu dan kurangnya pendidik yang mumpuni dalam bidang tersebut.
Sehingga kita sering menjumpai guru-guru agama di lembaga pendidikan yang ada
sudah memasuki usia lanjut. Oleh karena itu, sebaiknya lembaga pendidikan kita
lebih memaksimalkan pengajaran agama sebagai upaya untuk memperbaiki moral
masyarakat sebelum kemerosotan moral di negri ini semakin merajalela.
Pendidikan
Islam Solusi Tepat Perbaiki Akhlak
Islam datang
secara sempurna dan lengkap dengan sistem pendidikan yang tak bisa ditandingi
oleh sistem- sistem pendidikan yang lain. Ia benar-benar hadir ditengah
masyarakat yang penuh dengan kerusakan moral. Islam hadir sebagai solusi yang
paling tepat pada waktu yang tepat. Di saat kaum jahiliyyah Arab terkenal
dengan kebiadaban dan kerusakan moral mereka,
islam hadir sebagai suatu pencerah yang mampu mengubah sikap amoral mereka
menjadi seseorang yang mulia dengan hiasan akhlak dalam dirinya.
Persis dengan
realita hari ini, ketika masyarakat disibukkan dengan manisnya hura-hura tanpa
memperhatikan akhlak mereka, dan indahnya fatamorgana dunia telah melenakan
mereka, islam dianggap sebagai agama klasik dan kuno serta tidak bisa
diterapkan pada zaman ini. Mereka lebih memilih sistem pendidikan
sekuler-materialistik yang dianggap lebih dapat menyelesaikan problem
kemerosotan moral yang ada di tengah masyarakat. Mereka semakin tenggelam dalam
kebodohan mereka terhadap agama. Agama tak lagi diindahkan apalagi akhlak tak
lagi diperhatikan. Mereka lebih mementingkan asas kebebasan dalam dunia pendidikan
dan pergaulan. Akhirnya bangsa ini semakin jauh dari nilai-nilai moral yang
akan memperburuk situasi dan kondisi masyarakat saat ini.
Di tengah
situasi seperti ini, sepatutnya islam kembali diagungkan. Karena islam hadir
dengan sistem pendidikan yang begitu sempurna. Islam memadukan antara tiga
komponen yang akan mengantarkan kepada suksesnya pendidikan berkarakter.
Islam memadukan antara keluarga, sekolah dan
masyarakat sebagai peran yang sangat penting dalam membentuk anak berkarakter.
Relasi ketiga komponen tersebut sangat diperlukan dalam pembentukan karakter.
Karena seorang anak hidup di tengah tiga komponen tersebut. Pengawasan orangtua
terhadap anaknya harus lebih diperhatikan. Keikutsertaan orangtua dalam
pendidikan seorang anakpun lebih dimaksimalkan. Karena mereka masih membutuhkan
bimbingan. Begitu juga dengan sekolah atau lembaga pendidikan harus
memperhatikan sistem pendidikan dan kurikulum yang berjalan. Disamping itu,
asas yang menjadi dasar pijakan haruslah sesuai dengan prisip aqidah dan
keimanan yang benar. Pendidikan yang berlakupun tidak sebatas mentransfer ilmu
saja tanpa memperhatikan pemahaman anak, akan tetapi pengajaran yang disertai
dengan implementasi dari materi yang telah diajarkan.
Dengan ini
akan melahirkan generasi-generasi yang berwawasan dan berkarakter. Selain itu,
image lumpuhnya lembaga pendidikan dalam pembentukan karakter pun mulai memudar
dan hilang seiring dengan berubahnya sistem pendidikan yang digunakan. Karena
itu akan menjadi harapan masyarakat bahwa angka kemerosotan moral akan
mengalami perubahan. Bangsa ini akan semakin maju dan berkembang, kejahatan dan
kesadisan tak lagi merajalela di tengah masyarakat.
Kesimpulan
Sungguh betapa
pentingnya peran lembaga pendidikan dalam pembentukan karakter anak. Namun, di
situlah dibutuhkan kerjasama yang kuat antara keluarga, sekolah dan masyarakat
yang akan membentuk manusia-manusia yang sanggup menjawab tuntutan yang ada
pada era globalisasi ini.
Dan yang lebih dibutuhkan dalam pembentukan
karakter seorang anak adalah pengawasan dan pendampingan terhadap pembelajaran
mereka. Begitu juga dengan kurikulum, SDM, sarana dan prasarana serta sistem
pengajaran yang ada juga harus dimotori oleh aqidah dan keimanan yang benar.
Berbeda dengan sistem yang didasari asas kebebasan, maka akan melahirkan
generasi yang kualitasnya berbanding terbalik dengan sistem yang dimotori asas
keimanan yang benar. Mereka berkembang dalam teknologi informasi yang semakin canggih
sementara akhlak mereka tak menghiasi ilmu mereka. Alangkah baiknya jika ilmu
yang kita miliki dihiasi dengan akhlak yang mulia.
Writted by : Laila Nurul Mujahidah
0 komentar:
Posting Komentar