BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, banyak kita temukan penyimpangan dan kenakalan yang
dilakukan oleh anak-anak yang cukup meresahkan orang tuanya. Mencuri, berani
melawan, kebiasaan merusak, narkoba, mabuk-mabukan, anak-anak jalanan,
pergaulan bebas seolah bukan hal yang tabu lagi bagi mereka, terutama di ibu
kota.
Ibu kota menempati tingkat kenakalan anak-anak tertinggi jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia.
Ibu kota menempati tingkat kenakalan anak-anak tertinggi jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia.
Banyak yang
kemudian menyalahkan anak –khususnya remaja secara sepihak mengenai kerusakan
ini. Padahal, orang tua jauh memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam
masalah ini. Namun saat ini, tidak sedikit orang tua yang mengabaikan
pendidikan anak-anak mereka. Mereka membiarkan anak mereka begitu saja, tanpa
memperhatikan apa, bagaimana dan dengan siapa mereka bergaul.
Mayoritas orang tua tidak
menyadari dan memahami faktor-faktor penyebab kenakalan mereka, serta bagaimana
menghadapi dan mengarahkan mereka, bahkan mereka cenderung menyalahkan anak
tersebut. Sehingga banyak orang tua yang justu memarahi, menyalahkan, memaki
dan menyudutkan anak-anak mereka ketika mereka melakukan kenakalan dan
penyimpangan. Yang sebenarnya hal tersebut bukan merubah mereka menjadi lebih
baik tetapi justru akan membuat anak menjadi semakin
tertekan dan brutal.
Berangkat dari kegelisahan penulis akan kenakalan remaja, ditambah
para pendidik yang kurang memahami faktor kenakalan tersebut, maka penulis
menyusun makalah ini. Semoga dengan ini para pendidik dapat mengenali faktor
kenakalan pada mereka sehingga bisa membantu mereka untuk keluar dari kenakalan
tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja faktor penyebab terjadinya kenakalan pada anak?
2. Bagaimana cara menanggulangi kenakalan pada anak?
C. TUJUAN
1. untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan
pada anak
2. untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi kenakalan pada
anak
C. MANFAAT
Adapun manfaat untuk pribadi adalah sebagai tambahan wawasan , bagi
Hidayaturrahman sebagai sumbangan pemikiran dan bagi masyarakat sebagai
pengetahuan dalam masalah kenakalan anak dan penanggulangannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Kenakalan berasal dari kata nakal yang artinya suatu sifat suka berbuat tidak baik (tidak
nurut, mengganggu dan sebagainya). Oleh karena itu, maksud dari kenakalan
remaja adalah tingkah laku anak remaja yang secara ringan menyalahi norma yang
berlaku dalam suatu masyarakat.[1]
B.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KENAKALAN REMAJA
Banyak faktor yang menyebabkan anak-anak melakukan kenakalan.
Karena sejatinya kenakalan anak yang sering terjadi didalam sekolah dan
masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri (Sudarsono: 125-131).[2] Namun
kebanyakan para pendidik pada umumnya, mereka tidak mengetahui penyebab
kenakalan anak-anak tersebut. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya
kenakalan pada anak diantaranya adalah:
1.
Kemiskinan
Kemiskinan akan menjadi sebuah mata rantai
yang berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Sehingga akan mengakibatkan anak tidak mendapatkan segala yang bisa memenuhi kebutuhan di dalam
rumahnya, baik kebutuhan sandang, pangan, papan dan sebagainya. Kemudian ia melihat di sekelilingnya dipenuhi dengan kesusahan dan
kemiskinan. Maka anak akan bergegas meninggalkan rumah untuk mencari rizki
sendiri, sehingga ia mudah diperdaya oleh tangan-tangan jahat.
Ketika mereka telah diperdaya oleh
tangan-tangan jahat, maka merekapun akan
mengikuti apapun yang diperintahkan mereka. Jika mereka diperintahkan untuk
mencuri maka merekapun akan melaksanakan perintahnya. Begitupun ketika mereka
diperintah untuk merokok, menggunakan narkoba dan penyimpangan-penyimpangan
yang lain.
SOLUSI
Agama islam dengan syariatnya yang adil telah meletakkan pondasi
yang kokoh untuk memerangi kemiskinan, agama islam telah meletakkan aturan yang
menjamin setiap pribadi, agama islam juga telah menggariskan metode yang
praktis dalam menanggulangi kemiskinan di masyarakat islam secara tuntas.
Adapun sistem jaminan dalam islam berdasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a) Bahwa kesejahteraan dan harta hanyalah milik Allah SWT dan negara adalah
wakil Allah SWT, sehingga dalam menjalankan tugas negara harus atas dasar
keimanan kepada Allah SWT.
b) Negara memberikan jaminan sosial kepada seluruh warganya apabila masyarakat
mematuhi peraturan negara. (mujahidin:2007)[3]
Allah SWT berfirman:
وَأْتُوْهُمْ
مِّنْ مَّالٍ اللهِ الَّذِيْ اتكُم
Adapun contoh islam dalam
memberantas kemiskinan diantaranya adalah dengan memberikan jaminan mata
pencaharian bagi setiap warga, memberikan gaji bulanan dari kas negara kepada
setiap kaum lemah, memberlakukan undang-undang untuk memberikan santunan bagi
setiap orang tua yang mempunyai keluarga dan anak-anak, memberikan perlindungan
kepada anak-anak yatim, janda, dan orang-orang tua jompo, dengan cara
memelihara kehormatan mereka sebagai manusia, dan dapat mewujudkan kehidupan
yang lebih baik bagi mereka, serta masih banyak lagi cara, metode, dan hukum
yang apabila diwujudkan dan diterapkan, akan mampu menghilangkan faktor-faktor
penderitaan masyarakat, dan menghapus gejala-gejala kemiskinan dan kesusahan
secara menyeluruh.(Ulwan: 114)[5]
2. Perselisihan dan percekcokan antara ayah dan ibu
Ketika seorang anak membuka matanya kemudian ia menyaksikan
percekcokan yang terjadi dihadapannya. Maka ia akan lari dari rumah yang kacau
balau tersebut, untuk mencari teman bergaul yang dapat menghilangkan
keresahannya. Jika teman bergaulnya adalah orang-orang yang jahat maka ia akan
terseret menjadi anak yang nakal.
Perselisihan dan percekcokan antara ayah dan ibu bisa juga disebut
sebagai keluarga yang disharmoni, karena
menurut Gunarsa (1993) keluarga disharmoni adalah suatu hubungan yang tidak
selaras dalam kehidupan berkeluarga. Jadi, apabila didalam keluarga terdapat
sebuah ketidak bahagiaan, maka keluarga tersebut dinyatakan disharmonisasi.
Keluarga disharmoni dapat menyebabkan suatu keretakan dan berdampak
terhadap perkembangan anak. Menurut Baker, Barthelemy dan Kurdek (1993, dikutip dalam Lauer dan Lauer, 2009)
dampaknya terhadap anak adalah turunnya tingkat sosialisasi seorang anak.
Anak-anak tersebut cenderung menarik diri dari lingkungan. Guidubaldi dan
Cleminshaw (1985, dikutip dalam Lauer dan Lauer, 2009) seorang anak dari
keluarga disharmonisasi cenderung mempunyai masalah mental dan kesehatan
dibandingkan anak-anak yang berasal dari keluarga harmonis.[6]
SOLUSI
Agama islam menerapkan dasar-dasar yang baik dalam memilih pasangan
hidup. Hal tersebut tentunya akan sangat
berperan penting dalam menyiapkan rumah tangga yang bahagia, teladan,
saling mencintai, saling pengertian dan tolong menolong antara suami dan istri.
Agama islam juga telah menentukan beberapa aturan dalam
menyelesaikan permasalahan rumah tangga, diantaranya sebagai berikut:
a.
Islam menetapkan kepemimpinan kepada suami
sehingga suami diberikan kekuasaan atau
wewenang dalam memberi pelajaran atau mendidik ketika istri membangkang atau
dalam fiqih disebut nusyuz.
Allah SWT berfirman:
وَالَّتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزُهُنَّ فَعِظُوْ هُنَّ
وَاهْجُرُوْهُنَّ فِيْ المَضاَجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا
تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا
“Dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya (tidak tunduk), nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka ditempat
tidur mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.”[7]
a.
Sekalipun suami punya wewenang menghukumi
istri yang membangkang untuk mendidik atau memberi pelajaran, suami tidak boleh
bersikap sewenang-wenang kepada istri. Suami harus tetap memperlakukan istri
dengan baik dan memenuhi semua hak-haknya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ
“Dan
bergaullah dengan mereka dengan cara yang patut (baik).” [8]
b.
Ketika pergaulan yang
baik tak lagi bermanfaat, demikian juga cara yang keras (pemisahan ranjang
hingga pukulan sekalipun tidak menyakitkan), sementara masalah ketidak sukaan,
kejengkelan dan pembangkangan telah melampaui batas hingga sampai pada
perselisihan dan persengketaan maka islam memberi solusi dengan cara
memerintahkan keluarga dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan.
3.
Perceraian
Anak akan merasa tersia-siakan. Tatkala seorang anak mendapati ibu yang
seharusnya mengasuhnya dan ayah yang seharusnya menjaga dan memenuhi
kebutuhannya tidak sebagaimana yang ia
harapkan, maka akan memberikan efek yang mengerikan bagi anak.
Diantara efek yang mengerikan tersebut adalah:
1. Penurunan akademik
Menurut beberapa
penelitian, anak-anak yang menjadi korban perceraian sering kali mengalami
masalah perilaku yang kemudian berdampak buruk pada kemampuan akademis mereka.
2. Kecenderungan untuk terpengaruh hal yang buruk
Anak-anak yang menjadi korban perceraian cenderung merasa tersesat
dan tidak memiliki sistem pendukung dalam hidupnya. Mereka cenderung lebih
mudah terlibat dalam penggunaan alkohol, rokok, dan obat-obatan.
3. Kualitas kehidupan yang rendah
Anak-anak yang kedua orang tuanya bercerai biasanya mengalami penurunan
kualitas kehidupan. Hal ini disebabkan karena adanya pembagian pendapatan.
4. Mengalami pelecehan
Perceraian mampu membuat anak-anak berada pada risiko yang lebih
tinggi untuk menerima pelecehan dari anak lainnya dan rentan terkena masalah
kesehatan.
5. Tekanan psikologis
Trauma psikologis pasti dialami oleh anak korban perceraian. Mereka
bisa
menderita stres, depresi, kecemasan dan efek psikologis jangka
panjang lainnya.
SOLUSI
Agama islam memerintahkan kedua orang tua untuk memenuhi hak satu
sama lainnya, sehingga mereka tidak
terjerumus kedalam perkara-perkara yang akibatnya tidak terpuji. Adapun
diantara hak-hak dan kewajiban itu adalah:
a. Istri menaati suaminya dengan cara yang baik. Al-Bazzar dan Ath-Thabrani
meriwayatkan: pernah suatu ketika pada masa Rasulullah SAW kaum wanita berkumpul. Kemudian mereka
mengutus salah seorang diantara mereka kepada Rasulullah SAW untuk bertanya kepada beliau “wahai
Rasulullah SAW aku adalah salah seorang utusan kaum wanita yang diutus
kepadamu. Jihad ini hanya diwajibkan Allah SWT kepada kaum laki-laki. Jika
mereka menang, maka mereka akan diberi pahala, dan jika mereka gugur, maka
mereka hidup disisi Allah SWT dan diberi rizki. Sedangkan kami kaum wanita
hanya melayani mereka. Adakah pahala bagi kami dari jihad itu?” maka Rasulullah
SAW bersabda, “katakanlah kata-kataku ini kepada wanita-wanita yang engkau
temui, bahwa menaati suami dan mengakui haknya, sama pahalanya dengan
orang-orang yang berjihad di jalan Allah SWT hanya saja sedikit diantara kalian
yang melakukannya.”
b. Istri menjaga hak suami dan memelihara kehormatan dirinya sendiri.
c. Apabia suaminya ingin menggaulinya, maka ia tidak menolaknya.
d. Suami berkewajiban memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya.
e. Suami mengadakan musyawarah dengan istri didalam urusan rumah tangga.
f. Suami memperlakukan istrinya dengan baik, berlemah lembut dengannya dan
bersenda gurau dengannya.
Allah SWT berfirman:
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ
فَإِنْ كَرِهْتُمُوْ هُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ
فِيْهِ خَيْرًاكَثِيْرًا
" Dan bergaullah dengan
mereka secara baik. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah
karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allahswt menjadikan padanya
kebaikan yang banyak.”[9]
g. Suami berperan serta bersama istri didalam pekerjaan-pekerjaan rumah.
Itulah hak-hak penting yang diwajibkan dalam islam kepada
masing-masing pasangan suami istri. Jika masing-masing suami dan istri
menerapkannya, maka akan tercipta suasana yang harmonis, kesepakatan menggantikan
perpecahan, kecintaan akan menggantikan kebencian, keluarga akan hidup secara
sempurna, bahagia, penuh pengertian, dan ketentaraman, sehingga tidak mungkin
terjadi hal-hal yang dapat mengotori kejernihannya yang akan mengakibatkan
salah seorang dari keduanya menyakiti yang lainnya.
4.
Kesenggangan Yang Menyita Masa Kanak-Kanak Dan
Remaja
Adapun faktor mendasar yang menyebabkan terjadinya kenakalan pada
anak adalah waktu luang yang tidak bisa
termanfaatkan dengan baik . Sehingga mereka banyak bergerak dan bermain dengan
teman sebayanya, dan jika mereka tidak mendapatkan tempat untuk bermain serta tidak diarahkan maka ia akan cenderung
bergaul dengan teman yang jahat dan
rusak akhlaknya.[10]
Seperti telah kita ketahui, bahwa anak, sejak masa pertumbuhannya sudah
suka bermain, bersenda gurau, rekreasi, dan gemar menikmati berbagai keindahan
alam. Sehingga kita melihat anak selalu aktif bergerak dalam bermain dengan
teman-teman sebayanya, memanjat pohon, dan berlompat-lompat, berolah raga, dan
bermain sepak bola.
Para pendidik harus memanfaatkan kenyataan ini pada diri anak dan
yang berada pada masa pubertas. Sehingga mereka memenuhi waktu-waktu senggang
mereka dengan berbagai aktivitas yang menyehatkan badan, memperkuat otot dan
organ-organ tubuh mereka. Jika mereka merasakan kesulitan didalam mendapatkan
tempat atau lapangan untuk bermain, bersenda gurau, berolah raga dan latihan
fisik dan aktivitas-aktivitas lainnya, maka bukan tidak mungkin akan terjadi
interaksi dengan teman-teman jahat yang tentu dapat membawa mereka kepada
kejahatan dan kenakalan.
SOLUSI
Agama islam memberi solusi dengan memberikan sarana pada anak yang
bisa menyehatkan badan, menguatkan fisik, dan segala sesuatu yang menjadikan
mereka semangat dan kuat. Sehingga waktu luang mereka dapat digunakan dengan
hal-hal yang bermanfaat. Suwaid (2008: 335) menyatakan bahwa olah raga
berenang, memanah, menembak dan menunggang kuda. Olah raga tersebut berperan
penting bagi kehidupan anak dimasa sekarang dan yang akan datang, olah raga
tersebut juga berperan menumbuhkan kepercayaan diri anak.[11]
Suwaid
(2008:341) bagi anak, bermain adalah suatu aktivitas yang sangat penting. Dari
semangatnya dalam permainan, seorang anak akan mengalami perkembangan dan
pertumbuhan baik secara fisik maupun akalnya. Serta akan terwujud kesempurnaan
tugas-tugas sosial yang diembannya dengan kesempurnaan emosi yang dimilikinya.
Oleh karena itu, permainan tidak dapat hanya dijadikan sarana untuk
menghabiskan waktu, tetapi sarana untuk membantu perkembangan anak.[12]
Dua hal yang
menjadikan perhatian ketika anak bermain diwaktu senggangnya:
Pertama:
bermain hendaknya tidak menyebabkan kecapean yang belebihan (menambah cape),
dan kesulitan yang menyakitkan. Sebab, dalam hal seperti itu terdapat bahaya
bagi fisik dan melemahkan jasmani. Rasulullah SAW bersabda:
لَاضَرَرَ وَلَاضِرَارَ
“Tidak
boleh membahayakan (diri sendiri) dan tidak boleh membahayakan (orang lain).”
[13]
Kedua: bermain hendaknya tidak sampai melupakan kewajiban lain hingga
tidak mengerjakannya. Sebab, yang demikian itu merupakan pembuangan waktu dan
membunuh kesempatan. [14]
Bagi anak, permainan mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah:
1.
Pembentukan fisik
anak.
Sesungguhnya pemainan yang
kreatif sangat penting untuk membantu perkembangan otot-otot anak.
2.
Pendidikan
Permainan yang bermacam-macam dapat membuka
kesempatan bagi anak untuk belajar dan mengenal lebih banyak tentang sesuatu,
warna dan lain sebagainya.
3.
Manfaat sosial
Anak belajar melalui
permainan bagaimana membangun relasi atau hubungan dengan orang lain dan sukses
berinteraksi dengan mereka.
4.
Akhlak
Melalui permainan anak mulai mengenal
pemahaman yang benar dan yang salah.
5.
Pengembanga diri
Seorang anak akan mengenal
dirinya lebih baik melalui permainan yang dilakukannya.
6.
Manfaat solutif
Melalui permainan, anak ingin
melepaskan ketegangan yang lahir dari berbagai tekanan dan aturan yang
diharuskan untuk dirinya.
5. Lingkungan dan Teman
yang Buruk
Teman yang jahat dan
lingkungan yang rusak adalah salah satu penyebab terjadinya kenakalan. Apalagi
jika anaknya bodoh, lemah aqidah, mudah terombang-ambing dan cepat terpengaruh
ketika bergaul. Oleh karena itu, ia akan cepat terpengaruh oleh kebiasaan buruk
dan akhlak tercela. Irawati (2007:38) mengatakan bahwa semua anak remaja ingin
diterima baik dilingkungannya. Oleh karena itu, mereka rela mengubah dirinya
menjadi seperti yang diinginkan oleh teman dan lingkungannya walaupun itu
berarti menolak perkataan orang tua[15].
Lingkungan
masyarakat
Lingkungan masyarakat dapat juga disebut sebagai lingkungan sosial,
lingkungan dimana anda tinggal dan lingkungan dimana anak anda berinteraksi
dengan orang lain yang lebih luas lagi. Anak anda adalah bagian dari masyarakat
yang saling berinteraksi satu sama lain dimana anak anda dapat memberikan
pengaruh pada lingkungannya, tapi bisa juga sebaliknya, anak anda juga dapat
menerima pengaruh dari lingkungan masyarakat tersebut.
Lingkungan masyarakat dapat berperan membentuk karakter anak anda.
Misalnya, lingkungan tempat tinggal anda adalah asrama polisi atau tentara,
anak-anak yang tinggal disana cenderung lebih berani, karena mereka merasakan
adanya label dari orang tuanya. Mereka juga besikap lebih semena-mena kepada
teman-temannya yang lain. Lingkungan yang seperti ini akan membentuk karakter
anak menjadi keras, pribadi yang galak, apa yang dia inginkan harus segera
terlaksana. Begitupun jika ia bertempat tinggal yang lingkungannya adalah
orang-orang yang jahat. Suka mencuri, berbuat kekerasan maka iapun akan
terbentuk sebagaimana yang ia lihat dilingkungannya.
Lingkungan
sekolah
Sama halnya seperti lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah juga
merupakan lingkungan kedua setelah keluarga, tentu saja jika anak anda sudah
pada masa sekolah. Oleh karena itu, anda harus benar-benar jeli dalam memilih
tempat sekolah untuk anak. Bagaimanapun lingkungan sekolah akan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak.[16]
Teman yang buruk
Bergaul dengan teman yang buruk memiliki dua kemungkinan yang kedua-duanya buruk. Kita akan menjadi
jelek atau kita akan memperoleh kejelekan yang dilakukan teman kita. Syaikh
As-Sa’di rahimahullah juga menjelaskan bahwa berteman dengan teman yang
buruk memberikan dampak yang sebaliknya. Orang yang bersifat jelek dapat
mendatangkan bahaya bagi orang yang berteman dengannya, dapat mendatangkan
keburukan dari segala aspek bagi orang yang bergaul bersamanya. Sungguh betapa
banyak kaum hancur disebabkan karena keburukan-keburukan mereka, dan betapa
banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju kehancuran, baik
mereka sadari atau tidak. Oleh karena itu, sungguh merupakan nikmat Allah SWT
yang paling besar bagi seorang hamba yang beriman yaitu Allah SWT memberinya
taufik berupa teman yang baik. Sebaliknya, hukuman bagi seorang hamba adalah
Allah SWT mengujinya dengan teman yang buruk. (Bahjah Qulubil Abrar, 185)
Rasulullah SAW juga menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik
dan buruknya agama seseorang. Oleh karena itu, Rasulullah SAW memerintahkan
kepada kita agar memilih teman dalam bergaul.[17]
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
المَرْءُ عَلَى دِيْنِ
خَلِيْلُهُ فَلْيَنْظُرْأَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Agama
seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah
yang menjadi temna dekatnya.”[18]
SOLUSI
Agama islam mengarahkan kepada orang tua agar mereka memberi
pengawasan yang ketat, dan islam juga telah mengajarkan bagaiman cara
memilih teman yang baik. Suwaid (2008:213) mengatakan bahwa jika kedua
orang tua pandai dalam memilihkan teman
yang shalih bagi anak mereka, berarti mereka telah membuka pintu pendidikan
dalam memperbaiki dan mengembangkan anak tersebut.[19]
Kewajiban bagi orang tua adalah mendidik anak-anaknya. Termasuk dalam
hal ini memantau pergaulan anaknya. Betapa banyak anak yang sudah mendapatkan
pendidikan yang bagus dari orang tuanya, namun dirusak oleh pergaulan yang
buruk dari teman temannya. Serta hendaknya orang tua memperhatikan lingkungan
dan pegaulan anak-anaknya, karena setiap orang tua adalah pemimpin bagi
keluarganya, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban terhadap apa
yang dipimpinnya.
Ketahuilah bahwa tidak semua orang layak dijadikan teman karib.
Oleh karena itu, orang kita jadikan teman haruslah memiliki sifat-sifat yang
menunjang persahabatan:
1. Beraqidah lurus dan bermanhaj ahlus sunnah wal jamaah
2. Orang yang berakal
Karena akal merupakan modal yang utama. Tidak ada kebaikan bergaul
dekat dengan orang yang bodoh, karena bisa saja dia hendak memberikan manfaat
kepadamu tapi justru memberi madharat. Yang dimaksud berakal adalah
orang yang mengetahui segala urusan sesuatu yang sesuai dengan porsinya.
Manfaat bisa diambil dari dirinya atau dari pemahaman yang diberikan.
3. Baik akhlaknya
4. Bukan orang fasik
5. Bukan ahli bid’ah
6. Taat beribadah dan menjauhi perbuatan maksiat
7. Banyak ilmu atau berbagi ilmu dengannya
8. Tidak rakus dunia[20]
6.
Perlakuan Buruk dari Orang Tua
Ketika anak diperlakukan
kasar oleh orang tuanya, seperti dengan pukulan, dan perkataan pedas, maka akan
menimbulkan reaksi balik dari anak tersebut. Abdullah (2009:122) mengatakan
ketika orang tua menggunakan kekerasan dalam mendidik anak remaja, maka akan
menjadikan mereka menjadi lemah, minder, rendah diri dan mematikan kemampuan
berkreasinya.[21]
Didikan keras bukanlah cara yang baik untuk menanamkan mental
maupun kepribadian kuat pada anak. Memberikan hukuman ketika akan melakukan
kesalahan, memaki ketika anak melakukan kelalaian, memberikan batasan bermain
pada anak dan lainnya.
Didikan keras seperti itu memang sering dilakukan oleh orang zaman
dulu, tetapi berbeda dengan zaman sekarang, perkembangan zaman telah mempengaruhi
pola pikir anak, adapun beberapa dampak buruk akibat pendidikan keras orang tua
kepada anaknya adalah sebagai berikut:
1. Anak menjadi minder dan kurang percaya diri
Minder dan kurang percaya diri adalah akibat buruk karena
anak sering diperlakukan kurang baik oleh orang tuannya. Bahkan ketika di
sekolah, anak masih kurang percaya diri untuk menjawab soal karena takut akan
berbuat salah dan dimarahi guru.
2. Anak memiliki kepribadian tertutup
Berkaca dari perasaan takut mendapatkan hukuman dari
orang tuanya, setiap kali anak mendapatkan masalah, ia menyimpan beban itu
seorang diri tanpa memberitahukan orang tua. Takut bahwa orang tuanya akan
menyalahkannya, kepribadian ini bisa saja berlanjut sampai ia dewasa.
3. Watak keras meniru orang tuannya
4. Tidak kita sadari, perlakuan keras orang tua terhadap anak, tidak
memberikan pelajaran kepada anak untuk bersikap bijaksana. Justru malah
sebaliknya, ia menjadi anak yang berwatak keras seperti orang tuanya. Seperti
mudah emosi, sering marah, menyimpan dendam, dan sebagainya, serta watak
seperti ini juga dapat terbawa pada pergaulan sehari-hari.
5. Terjadinya pembentrokan saat dewasa
Anak akan merasa tertekan akibat perlakuan keras orang
tuannya, suatu saat anak akan memberontak kepada orang tuanya saat ia sudah
dewasa. Contoh umumnya adalah membangkang, menentang, dan keras kepala.
6. Memungkinkan terlibat kenakalan remaja
Akibat perlakuan keras orang tua, anak merasa tertekan,
takut, dan tidak bebas. Namun, jika suatu saat ia sudah mandiri, keinginan
untuk bebas bisa saja menjadi pelampiasan atas tekanan ketika ia masih kecil.
Bergaul dengan teman-teman dan berfoya-foya, sampai melakukan tindakan diluar
batas moral sosial.[22]
SOLUSI
Agama islam telah memerintahkan kepada orang tua untuk menghiasi
pribadinya dengan akhlak yang lurus,
kelembutan dan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara istiqamah,
terdidik untuk berani dan berdiri sendiri, kemudian merasa, bahwa mereka
mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى
“Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu
berlaku adil, berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat.”[23]
Jika para orang tua menempuh cara yang
buruk dalam mendidik anak-anaknya, memberikan perlakuan kasar, dan hukuman yang
dzalim, maka berarti mereka telah berbuat dosa kepada anak-anak mereka, kepada
pola kehidupan yang salah, dan didalam suasana pendidikan yang salah, pengarahan
yang buruk dan tercela. Maka mereka akan benar-benar melihat anak-anak mereka
tumbuh menyimpang dan durhaka. Sebab mereka yang telah menanam benih-benih
menyimpang dan durhaka dalam diri anak,
ketika mereka masih kecil, maka mereka akan menuai hasil sebagaimana
yang ditanamnya.[24]
7.
Tayangan Film Kriminal dan Pornografi
Ketika anak telah berakal, maka gambar-gambar dan tontonan ini akan
senantiasa melekat dalam benak dan khayalan mereka. Sebuah survai pernah
dilakukan Christian Scianca Monitor (CSM) tahun 1996 terhadap 1.209 orang tua
yang memiliki anak umur 2-17 tahun. Terhadap pertanyaan seberapa jauh kekerasan
di TV mempengaruhi anak, 56% responden menjawab sangat mempengaruhi. Sisanya,
26% mempengaruhi, 5% cukup mempengaruhi, dan 11% tidak mempengaruhi.
Hasil penelitian Dr. Brandon Centerwall dari Universitas Washington
memperkuat survai tersebut. Ia mencari hubungan statistik antara meningkatnya
tingkat kejahatan yang berbentuk kekerasan dengan masuknya TV ditiga negara
(Kanada, Amerika, dan Afrika Selatan). Fokus penelitian adalah orang kulit
putih. Hasilnya, di Kanada dan Amerika tingkat pembunuhan diantara penduduk
kulit putih naik hampir 100%. Dalam kurun waktu yang sama, kepemilikan TV
meningkat dengan perbandingan yang sejajar. Di Afrika selatan, siaran TV baru
diizinkam tahun 1975. Penelitian Centerwall dari 1975-1983 menunjukkan, tingkat
pembunuhan diantara kulit putih meningkat 130%. Padahal antara 1945-1974,
tingkat pembunuhan justru menurun (Kompas, 20-3-1995).
Centrerwall kemudian
menjelaskan, TV tidak langsung berdampak pada orang dewasa pelaku pembunuhan,
tetapi pengaruhnya sedikit demi sedikit tertanam pada si pelaku sejak mereka
masih anak-anak. Oleh karena itu ada tiga tahap kekerasan yang terekam dalam
penelitian, awalnya meningkatnya kekerasan diantara anak-anak, beberapa tahun
kemudian meningkatnya kekerasan diantara remaja, dan pada tahun terakhir
penelitian dimana taraf kejahatan meningkat oleh orang dewasa.[25]
Tidak jauh berbeda dengan film kriminal, film porno juga memberikan
dampak yang sangat dahsyat bagi anak, diantaranya adalah:
1. Pelecehan seksual
Setelah melihat tayangan pornografi, biasanya
orang yang bersangkutan lalu mencari cara untuk melampiskan dorongan seksnya.
Begitupun dengan anak usia dini adalah individual yang sangat rentan terhadap
pelecehan seksual, apalagi di Indonesia sendiri pendidikan seks untuk anak bagi
sebagian besar orang tua masih sangat tabu dan belum waktunya diberikan.
Hasilnya adalah anak sering menjadi korban pelampiasan seks oleh orang di
sekitarnya terutama yang dekat dengan anak. Selain karena mudah dimanfaatkan
anak juga tidak tahu bahwa organ vital tidak boleh diperlihatkan kepada orang
lain.
2. Penyimpangan seksual
Anak balita atau anak usia dini belum waktunya
sudah melihat adegan atau tayangan hubungan suami istri atau tayangan-tayangan
porno lainnya dan tidak diketahui oleh orang tuanya sehingga tidak langsung
diberikan pemahaman, maka ketika dewasa kelak ia akan mengalami penyimpangan
seksual karena yang ada dalam benak anak adegan tersebut adalah jorok, sakit,
seram dan sebagainnya.
3. Meniru
Anak usia dini adalah peniru yang paling ulung, apa yang
dia lihat dan apa yang dia dengar dari orang dewasa dan lingkungannya akan
ditiru. Anak belum tahu mana yang salah dan mana yang benar, mana yang boleh
dan mana yang tidak boleh, yang mereka tahu orang dewasa adalah model atau
sumber yang paling baik untuk ditiru.
Maka jika yang ia lihat adalah tayangan yang porno maka tidak menuntut
kemungkinan ia juga akan meniru.[26]
SOLUSI
Agama islam meletakkan metode yang lurus kepada para orang tua
dalam mengarahkan, mendidik, dan
melaksanakan hak dan kewajiban anak-anak mereka. Serta agama islam memiliki
prinsip-prinsip pendidikan yang konsisten untuk mengarahkan anak.
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Benar-benar menjaga anak mereka dari hal-hal yang mengundang kemurkaan Allah
SWT dan masuk kedalam neraka. Sebagaiman firman Allah SWT:
يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ أَمَنُوْا
قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَ أَهْلِيْكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” [27]
2.
Menanamkan rasa
tanggung jawab kepada orang-orang yang berwenang memberikan pendidikan dan
pengarahan, supaya dapat melaksanakan tugas dengan baik. Sebagaimana hadits
Rasulullah SAW:
اَلرَّجُلُ رَاعٍ فِي بَيْتِ
أَهْلِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Seorang laki-laki
adalah pemimpin didalam rumah tangganya dan ia bertanggung jawab terhadap apa
yng dipimpinnya.”[28]
3.
Menghindarkan segala
sesuatu yang membahayakan dan menyebabkan akidah dan akhlak.
Berangkat dari
prinsip-prinsip islam dalam berbagai metode pendidikan diatas, maka wajib bagi
setiap orang tua pendidik, dan orang-orang yang bertanggung jawab, untuk
mencegah anak-anaknnya menonton film-film porno dan kriminal, melarang mereka
untuk membeli majalah-majalah porno, cerita ataupun dalam buku-buku cabul.
Kesimpulannya adalah mereka harus mencegah anak-anak mereka dari segala hal
yang dapat membahayakan akidah dan mendorong mereka untuk melakukan tindakan
kejahatan dan kehinaan.
8.
Merebaknya Pengangguran
Seorang laki-laki yang beristri kemudian ia mempunyai anak. Namun
ia tidak memiliki pekerjaan sehingga ia tidak dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya, maka anak akan terjerumus pada penyimpangan yang mendorong anak
mencoba mencari harta dengan cara yang haram, seperti mencuri dan sebagainya.
Adapun dampak yang diakibatkan dari pengangguran diantaranya
adalah:
1. Kemiskinan
Kemiskinan terjadi karena ketidak mampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti kesehatan, makana, pakaian, dan lain sebagainya.Ketidak
mampuan ini disebabkan karena adanya anggota keluarga yang menganggur atau
tidak bekerja sehingga sulit untuk membeli atau mencukupi kehidupan sehari-
hari.
2. Perumahan kumuh
Banyak penduduk desa yang ingin bekerja di kota (urbanisasi) tetapi
penduduk desa tersebut kalah saing sehingga tidak dapat pekerjaan. Akibatnya,
untuk mempertahankan kehidupannya di kota, mereka tinggal diperumahan kumuh.
3. Anak jalanan
Kehidupan yang tidak berkecukupan mengharuskan seluruh anggota
keluarga untuk bekerja. Sehingga mereka pergi mengamen, dan pada keadaan yang
lain, mereka tidak memiliki tempat tinggal sehingga mengharuskan anak-anak
untuk tinggal dijalanan.
4. Putus sekolah
Tidak adanya biaya untuk membayar sekolah
membuat orang tua anak-anak terpaksa memberhentikan sekolah anak-anaknya, dan
mengharuskan mereka untuk bekerja agar mendapatkan uang untuk makan dan
kebutuhan lainnya.
5. Berkembangnya kejahatan dan premanisme
Keadaan terdesak karena tidak ada uang menimbulkan pikiran buruk
bagi beberapa orang, sehingga mereka berencana untuk melakukan tindakan
kriminal seperti mencopet atau mencuri dan sebagainya.[29]
SOLUSI
Agama islam telah memberikan solusi dalam masalah ini, baik ia
pengangguran karena dipaksa (PHK) dan karena malas. Jika ia pengangguran karena
dipaksa, maka negara berkewajiban menciptakan lapangan pekerjaan dan masyarakat
berkewajiban membantunya untuk mendapat pekerjaan. Adapun bagi pengangguran
karena malas,maka hendaklah ia dinasehati dengan sesuatu yang baik dan
bermanfaat baginya. Dan jika ia pengangguran karena kelemahan, seperti usia tua
atau sakit, maka pemerintah wajib mengayomi mereka dan menjamin kebutuhan hidup
mereka.
9. Anak yatim
Anak yang ditinggal mati oleh bapaknya, jika tidak ada tangan yang
mengarahkan dan mengasuhnya maka dikhawatirkan secara bertahap anak tersebut
akan menjadi nakal. Ulwan (2012: 268) mengatakan bahwa memelihara dan mengasuh
anak yatim hukumnya wajib bagi para saudara kandung dan kerabatnya. Jadi jika
ingin mengatasi masalah kenakalan kejiwaan dan akhlak anak yatim, maka
hendaknya mereka memberikan kecintaan, kelembutan, interaksi yang baik, kasih
sayang dan penjagaan yang lebih.
Kenakalan pada anak yatim lebih banyak disebabkan karena ia tidak
mendapatkan kasih sayang sebagaimana anak-anak sebaya yang kedua orang tuanya
masih lengkap, dekat, menemani dan menyayanginya. Kenakalan pada anak yatim
sering kali muncul karena ia tidak mendapatkan perhatian dari orang-orang yang
ada disekitarnya. Namun, hal semacam ini juga tidak menuntut kemungkinan
terjadi pada anak-anak yang tidak yatim
yang kurang mendapatkan perhatian. Hanya saja kenakalan pada anak yang
tidak yatim biasanya kemudian tidak berlangsung lama karena ada orang tua yang
memenuhi kebutuhannya.[30]
SOLUSI
Islam memerintahkan kepada para wali dan setiap orang yang memiliki
hubungan kerabat dengan anak yatim tersebut, maka hendaklah ia memperlakukan
anak yatim tersebut dengan baik. Menjadi kewajiban dari pengasuh anak yatim
untuk memberikan perhatian kepada anak yatim agar tidak menjadi anak yang
nakal, hanya karena kurang perhatian. Memang terasa berat, oleh karena itu
pantaslah jika orang yang mengasuh anak yatim, membimbing dan mendidiknya
dengan tulus akan mendapatkan pahala besar berupa syurga, sebagaimana yang
disabdakan oleh Rasulullah SAW. “Aku dan pengasuh anak yatim itu disyurga
seperti ini (sambil menggerakan jari telunjuk dan jari tengah).”[31]
Al-Qur’an juga
memberikan tuntunan tentang pemeliharaan anak yatim, meliputi:
1. Perawatan diri dari anak yatim, yaitu memperlakukan mereka
secara patut dan tidak membeda bedakan dengan anggota keluarga yang lainnya,
baik dalam pakaian, makanan, minumam, maupun tempat tinggal, sehingga mereka
tidak merasa terhina dan benar-benar dianggap sebagai bagian dari keluarga
2. pembinaan moral bagi anak yatim, yaitu upaya untuk membantu
mereka dari segi pendidikan dan pembinaan akhlak yang mulia.
3. al-Qur’an memberikan tuntunan terhadap penggunaan harta anak
yatim dengan memberikan tanggung jawab kepada mereka agar tidak mencampur
adukkan harta wali yang kaya dengan harta anak yatim, untuk menghindarkan diri
dari memakan hak anak yatim diluar ketentuan yang telah ditetapkan oleh
syariat. Adapun bagi wali yang miskin, maka diperbolehkan mempergunakan harta
anak yatin dalam keadaan terpaksa dan hanya seperlunya saja serta berkeinginan
untuk menggantinya jika ia mampu. Wali juga harus mengadakan saksi saat tiba
waktu pengembalian harta anak yatim,
yaitu ketika ia dewasa.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, dapat kita simpulkan
bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap anak. Apa yang ia
lihat, dengan siapa dia bergaul, bagaimana ia bergaul, akan sangan mempengaruhi
perkembangan anak. Jika yang ia lihat adalah sesuatu yang baik, ia begaul
dengan orang yang baik dan ia juga bergaul dengan cara yang baik, maka iapun
akan tumbuh sebagai orang yang baik. Sebaliknya, jika yang ia lihat adalah
sesuatu yng buruk, ia bergaul dengan orang yang jahat, dan ia bergaul dengan
cara yang buruk, maka iapun akan tumbuh menjadi anak buruk.
Adapun jika anak melakukan kenakalan, maka
solusi terbaik adalah dengan berjalan diatas dasar-dasar agama islam. Karena
agama islam adalah agama yang sempurna, didalamnya telah diatur segala
pemasalahan, termasuk masalah mendidik anak.
B.
SARAN
Setelah
kita mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan pada anak remaja,
maka penulis
menyarankan agar para pendidik selalu memantau perkembangan anak-anak mereka,
sehingga para pendidik dapat mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya
kenakalan pada anak. Karena
jika para pendidik tidak mengenali sebab kenakalan mereka, para pendidik tidak
bisa menangani mereka, sehingga anak akan tumbuh dewasa secara rusak, terdidik
dalam kejahatan dan terbiasa melakukan kehinaan.
Setelah
itu, hendaklah para pendidik berjalan diatas dasar-dasar agama islam yang
mulia. Karena setiap solusi dari setiap penyebab kenakalan pada anak remaja
adalah agama islam, yang didalamnya terdapat sistem yang tersusun dengan rapi,
baik, lurus dan menjanjikan. Termasuk
juga didalamnya sistem pendidikan anak yang baik. Sehingga kelak anak
mereka akan tumbuh menjadi anak yang baik, shalih, jernih jiwanya, bersih
hatinya dan taat dalam menjalankan
perintah Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
‘Ulwan, DR.
Abdullah Nashih. Pendidikan Anak Dalam Islam. Penerjemah. Arif Rahman
Hakim. Lc dan Abdullah Halim. Lc. 2012 M. Insan Kamil: Solo
Abdullah, Adil
Fathi. Sukses Melewati Masa Sulit. Penerjemah. Udin Abu Syababirrahman.
Cet. Ke-1. 2009 m. Samudra: Solo
Istadi,
Irawati. Istimewakan Setiap Anak. Seri 2. 2007 M. Pustaka Inti:
Bekasi
Sulaiman, Abu
Amr Ahmad. Metode Pendidikan Anak Usia Prasekolah. Cet. VI. 1426 H-2005
M. Darul Haq: Jakarta
Suwaid, Ir.
Muhammad Ibnu Abdul Hafidz. Cara Nabi Mendidik Anak. Penerjemah. Hamim
Thohari [et al.]. 2004 M. Al-I’tishom: Jakarta
Suwaid,
Muhammad. Mendidik Anak Bersama Nabi. Penerjemah. Salafuddin Abu Sayyid.
Cet. VII. 2009 M. Pustaka Arafah: Solo
http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=467 diakses tanggal 14 Mei 2016, jam 02.56 PM
http://cindyakuan.blogspot.co.id/2012/10/keluarga-disharmonis_283.html diakses tanggal 14 Mei 2016, jam 03.19 PM
http://hizbut-tahrir.or.id/2013/12/20/islam-solusi-tuntas-masalah-rumah-tangga-3/ diakses tanggal 12 Mei 2016, jam 08.30 PM
http://www.merdeka.com/sehat/bagaikan-mimpi-buruk-ini-8-efek-perceraian-bagi-anak.html diakses tanggal 12 Mei 2016, jam 09.30 PM
.http://islamiwiki.blogspot.co.id/2014/05/bermaian-bagi-anak-dalam-etika-islam.html diakses tanggal 14 Mei 2016, jam 09.12 PM
http://www.kompasiana.com/www.bsaja/pengaruh-lingkungan-terhadap-karakter-anak_55107a8ea333117c39ba844a diakses tanggal 12 Mei 2016, jam 09.48 PM
https://muslim.or.id/8879-pengaruh-teman-bergaul.html diakses tanggal 13 Mei 2016, jam 10.07 PM
https://muslimah.or.id/4865-kenalilah-siapa-dia-tips-memilih-teman-akrab.html diakses tanggal 13 Mei 2016, jam 09.30 PM
http://www.pelangiblog.com/2016/01/inilah-dampak-buruk-akibat-perlakuan.html diakses tanggal 13 Mei 2016, jam 10.37 PM
https://yumizone.wordpress.com/2009/01/17/dampak-tayangan-film-kekerasan-pada-anak/s diakses tanggal 13 Mei 2016, jam 11.30 PM
http://enyekamaludin.blogspot.co.id/2011/04/dampak-tayangan-pornografi-pada-anak.html diakses tanggal 13 Mei 2016, jam 11.36 PM
https://wukiresychaesarina.wordpress.com/2013/02/19/dampak-pengangguran-terhadap-kehidupan-sosial-di-indonesia-economy/
tgl 14 mei 2016, 08.50 AM
http://majalahembun.com/anak-yatim-yang-bandel/
diakses tanggal 14 mei 2016, jam 10.05 AM
http://tafsiralquranhadis.blogspot.co.id/2010/07/pembinaan-anak-yatim-menurut-alquran.html diakses tanggal 14 mei 2016, jam 10.47 AM
http://ebsoft.web.id
diakses tanggal 14 mei 2016, jam 11.17 AM
https://siswatibudiarti.wordpress.com/2010/12/23/kenakalan-remaja-bentuk-penyebab-dan-cara-mengatasinya/
diakses tanggal 14 Mei 2016, jam. 11.28 AM
[2] https://siswatibudiarti.wordpress.com/2010/12/23/kenakalan-remaja-bentuk-penyebab-dan-cara-mengatasinya/ diakses tanggal 14 mei 2016, jam 11.28 AM
[4] QS. An-Nur: 33
[5] Dr. Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan
Anak Dalam Islam, cet. Ke-3,
(Jakarta: Pustaka Amani, 2002 M), jld.
1, hlm. 114
[6] http://cindyakuan.blogspot.co.id/2012/10/keluarga-disharmonis_283.html diakses tanggal 14 Mei 2016, jam 03.19 PM
[7] QS. An-Nisa: 34
[8]
QS. An-Nisa: 19
[9]
QS. An-Nisa: 19
[10] Dr. Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan
Anak Dalam Islam, cet. Ke-3,
(Jakarta: Pustaka Amani, 2002 M), jld.
1, hlm.
[11]
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, terj. Salafuddin Abu
Sayyid, cet. VII, (Solo: Pustaka Arafah, 2008 M), hlm. 335
[12]
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, terj. Salafuddin Abu
Sayyid, cet. VII, (Solo: Pustaka Arafah, 2008 M), hlm. 341
[13] HR. Imam Malik dan Ibnu Majah
[14] http://islamiwiki.blogspot.co.id/2014/05/bermaian-bagi-anak-dalam-etika-islam.html
diakses tanggal 14 mei 2016, jam 09. 12 PM
[15] Irawati Istadi, Istimewakan Setiap
Anak, (Bekasi: Pustaka Inti, 2007 M), seri. Ke-2, hlm. 38
[16] http://www.kompasiana.com/www.bsaja/pengaruh-lingkungan-terhadap-karakter-anak_55107a8ea333117c39ba844a diakses tanggal 12 Mei 2016, jam 09.48 PM
[17] https://muslim.or.id/8879-pengaruh-teman-bergaul.html
diakses tanggal 13 Mei 2016,
jam 10.07 PM
[18](HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan
oleh Syaikh Al-Bani dalam silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
[19]
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, terj. Salafuddin Abu
Sayyid, cet. VII, (Solo: Pustaka Arafah, 2008 M), hlm. 213
[20] https://muslimah.or.id/4865-kenalilah-siapa-dia-tips-memilih-teman-akrab.html diakses tanggal 13 Mei 2016, jam 09.30 PM
[21] Adil Fathi Abdullah, Sukses Melewati
Masa Sulit, terj. Udin Abu Syababirrahman, (Solo: Samudra, 2009 M), cet. 1,
hlm. 122
[22] http://www.pelangiblog.com/2016/01/inilah-dampak-buruk-akibat-perlakuan.html diakses tanggal 13 Mei 2016, jam 10.37 PM
[23]
QS. An-Nahl: 90
[24] Dr. Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan
Anak Dalam Islam, cet. Ke-3,
(Jakarta: Pustaka Amani, 2002 M), jld.
1, hlm. 137
[25] https://yumizone.wordpress.com/2009/01/17/dampak-tayangan-film-kekerasan-pada-anak/ diakses tanggal 13 Mei 2016, jam. 11.30
PM
[26] http://enyekamaludin.blogspot.co.id/2011/04/dampak-tayangan-pornografi-pada-anak.html diakses tanggal 13 Mei 2016, jam. 11.36
PM
[27]
QS. At-Tahrim:6
[28]
HR. Bukhari dan Muslim
[29] https://wukiresychaesarina.wordpress.com/2013/02/19/dampak-pengangguran-terhadap-kehidupan-sosial-di-indonesia-economy/
diakses tanggal 14 mei 2016, jam 08.50
AM
0 komentar:
Posting Komentar