Minggu, 23 Oktober 2016

Membangun Impian

Impian dan cita cita merupakan suatu jalan yang harus ditempuh seseorang yang ingin menjadi orang besar. Orang besar adalah orang kecil yang memiliki impian menjadi orang besar, bekerja keras untuk menggapainya, serta pantang menyerah dalam menghadapi rintangan yang menghambatnya. Orang yang memiliki impian yang besar akan mengikuti jalur yang telah pasti untuk menempuh impianya.

Impian bagaikan sebuah peta. Dengan peta, seseorang tidak akan tersesat dan akan  semakin cepat sampai tujuan, meski tanpa peta pun dia juga akan sampai pada tujuan, hanya saja akan memakan waktu lebih lama. Begitu juga dengan orang yang tidak memiliki impian. Kehidupannya tak berarah dan tak bertujuan, ia akan menjalankan hidup yang biasa biasa saja.
Jangan putus asa
Terkadang impian terasa  mustahil tercapai. Atau mungkin banyak orang yang menertawakan, tetapi ketahuilah dengan impian itulah kita memiliki tujuan yang jelas dan memiliki usaha untuk menggapai impian tersebut. Seseorang yang mempunyai obsesi besar akan meninggalkan hal yang sia sia, dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.  
Tanpa impian, manusia tak akan bergerak maju meraih kesuksesan. Ia akan tetap berada dalam kehidupan yang begitu begitu saja, tak punya pandangan untuk  meningkatkan hidup lebih bermakna. Tanpa impian yang kuat, kita akan mudah menyerah. Karena impian yang lemah akan mudah goyah oleh masalah.
Padahal hakikatnya, masalah adalah salah satu jalan menuju kesuksesan, karena kegagalan itu suatu keberhasilan yang tertunda. Dengan adanya masalah, kita akan berintropeksi, apakah jalan yang kita tempuh telah benar atau justru telah menyimpang dariNya. Impian adalah do’a. Mungkin Allah belum mewujudkannya saat ini, karena ingin menguji hamba-Nya, apakah ia akan putus asa atau akan tetap selalu berusaha? Dan Allah akan mengabulkannya, pada waktu yang paling tepat untuknya.
Tulis impianmu dan hiraukan kritik negative  orang lain
            Jangan biarkan orang lain menjatuhkan impian kita. Jadikan perkataan negative mereka sebagai motivasi yang dapat mengantarkan kita mencapai impian itu. Karena masa depan kita ada di tangan kita dan bukan di tangan orang lain.
            Maka, janganlah ragu untuk bermimpi dan menulisakan di dalam sebuah kertas. Mungkin terlihat mustahil saat ini. Namun yakinlah bahwa dengan usaha, tulisan itu akan menjadi rangkaian impian yang tinggal jejak.
              Danang Ambar misalnya ia merupakan salah satu mahasiswa yang sukses meraih impiannya, ia bukan dari keluarga yang mampu dan di universitasnya ia selalu mendapatkan ejekan dari teman temannya karena ia bermimpi yang menurut teman temannya tidak akan mungkin tercapai, maka ia menghiraukan dan justru membuktikan dan  menuliskan 100 impiannya, hingga suatu hari ia menyadari bahwa mimpi-mimpi yang dulu pernah ia tulis, satu persatu kini terwujud menjadi rangkaian jejak luar biasa dalam hidupnya.

            Jika kita menuliskan impian kita dan mempelkannya di tempat-tempat tertentu, maka akan selalu bangkit jika kepus asaan menghampirinya. Ia akan menjadi motivator yang dapat mengantarkan kita hingga  impian tercapai.
            Setelah menuliskannya, sekarang, beraksilah. Karena orang sukses tidak hanya menuliskan impiannya, tetapi juga memiliki usaha yang luar biasa untuk mewujudkan. Dan tidak putus asa dari kegagalan yang mengujinya.
            Karena impian yang sesungguhnya selalu dibarengi kerja keras untuk mewujudkannya. Bukan sekedar khayalan belaka. Maka, jadilah pemimpi yang  tak hanya sibuk membangun  harapan.
Belajar dari seorang pemimpi
            Ini adalah kisah tentang empat remaja dari keluarga yang mulia, yang saling mengutarakan impian mereka. Pemuda pertama, Abdullah bin Zubair berkata, “Cita- citaku menguasai seluruh Hijaz dan menjadi kholifahnya.” Kemudian saudaranya, Mush’ab menyusul, “Keinginanku dapat menguasai dua wilayah Iraq dan tak ada yang mengusik kekuasaanku.” Adapun Abdul Malik bin Marwan berkata,“Bila kalian berdua merasa cukup dengan itu, maka aku tidak akan puas sebelum bisa menguasai seluruh dunia dan menjadi kholifah setelah Mu’awiyah bin Abi Sufyan” Sementara Urwah hanya diam dan berdo’a, “Semoga Allah memberkahi cita cita kalian dalam urusan dunia. Aku ingin menjadi orang yang berilmu dan beramal sehingga orang orang belajar dariku, lalu aku  berhasil di akhirat dan memasuki jannah dengan ridho Allah.
            Waktu berganti secara cepat, Abdullah bin Zubair pun menjadi penguasa Hijaz, lalu Mus’ab bin Zubair telah menguasai Iraq sepeninggal Abdullah. Abdullah bin Marwan, akhirnya menjadi kholifah setelah orangtuanya wafat dan bersatulah suara kaum muslimin, dan ia berhasil menjadi raja dunia terbesar pada masanya. Adapun Urwah, sampai kini ia dikenal sebagai ulama’ ternama di masanya.
            Kisah keempat remaja tersebut membuktikan bahwa apa yang didapat manusia tak jauh dari mimpinya. Fokus fikiran, tenaga dan potensi yang dimiliki akan tercurah untuk meraih apa yang menjadi impiannya.
Kesimpulan
Cita-cita yang besar akan membuahkan hasil yang besar pula. Cita cita yang biasa akan menjelma menjadi sebuah usaha yang apa adanya, dengan hasil yang biasa-biasa pula. Sedang orang yang hanya bercita-cita yang rendah, ia tak akan tergugah untuk menghasilkan karya yang besar.
            Lalu, buktikan cita-cita dengan aksi, jangan hanya berandai dan berharap impian akan tercapai tanpa ada tindakan untuk mewujudkannya. Teruslah berdo’a kepada Allah, agar jangan  sampai kita terlalu fokus dengan harapan dan impian kita hingga melupakan pertolongan Allah.
            Bercita-citalah !!
 Oleh : Mudrikah Al-Muthmainnah

0 komentar:

Posting Komentar