Oleh : Hilfa Miftahul Fariha
A.
PENDAHULUAN
Al-Qur’an
sabagai petunjuk hidup dan landasan hidup, maka hendaklah menjadi muhasabah
terbesar kita, yakni sejauh mana kedekatan kita dengan Al-Qur’an. Berangkat
dari hal tersebut, saya ingin mengajak diri saya pribadi dan saudara-saudaraku
sekalian, untuk melangkah bersama menuju sosok orang-orang yang selalu membaca
dan memahami maknanya,
berusaha mengamalkan dan mengajarkan semampunya. Mulai
melangkah sesuai dengan kondisi kita masing-masing.
Bagi yang belum bisa baca
Al-Qur’an, mulai segera melangkah dengan segera belajar baca Al-Qur’an. Yang
sudah bisa baca Al-Qur’an, tapi jarang membacanya, segera melangkah untuk mulai
dekat dan selalu membaca Al-Qur’an setiap harinya. Yang sudah bisa baca Al-Qur’an,
tapi tidak pernah mempelajarinya maka mulailah biasakan membaca Al-Qur’an
dengan maknanya .
Semoga
makalah ini dapat berguna dengan sebaik-baiknya untuk membantu kita menjadi
hamba Allah Swt., yang mencintai Al-Qur’an dan dicintai Al-Qur’an, dengan
berkah, rahmat dan ridho-Nya.
B.
Pengertian dan Dalil Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut bahasa adalah
perkataan Alloh yang diturunkan kepada Rasululloh dan ditulis dalam mushaf[1]atau bacaan.[2]
Al-Qur’an menurut istilah adalah
wahyudari sisi Alloh Swt.,yang diturunkan kepada Rosululloh Saw., melalui
malaikat Jibril, dalam bahasa arab yang jelas, diturunkan secara
berangsur-angsur, membacanya adalah ibadah dan sebagai pedoman hidup untuk
seluruh umat manusia sampai akhir zaman.[3]
وَإِنَهُ
لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَزَلَ
بِهِ الرُّوْحُ الأَمِيْنُ عَلَىَ
قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُنْذِرِيْنَ
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِيْنٍ
“Dan sesungguhnya Al-qur’an ini
benar-benar diturunkan oleh tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-ruhul
Al-amin (jibril), kedalam hatimu (muhammad) agar kamu menjadi salah seorang
diantara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa arab yang jelas.”[4]
Rosululloh Saw., bersabda yang
artinya:
Hadits Baro’ bin ‘Azib R.A.
berkata: ”Al-Qur’an telah dijamin oleh Allah Swt keselamatannyadari penambahan
dan pengurangan serta penggantian dan perubahan hingga akhir zaman nanti.” [5]
C.
Hukum
Membaca Al-Qur’an
Hukum membaca Al-Qur’an adalah
disyariatkan sebagai hak bagi orang islam adalah selalu menjaga untuk membaca
Al-Qur’an dan melakukannya sesuai kemampuan sebagai pelaksanaan atas firman
Allah Swt.,
اتْلُ مَا أُوْحِيَ
إِلَيْكَ مِنَ كِتَابِ
Begitu juga firman-Nya tentang Nabi Muhammad Saw.,
وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُوْنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ – وَأَنْ أَتْلُوَ
الْقُرْآن
Dan aku perintahkan supaya aku menjadi orang-orang yang menyerahkan diri. Dan supaya aku membaca Al-Qur’an (kepada manusia).”[7]
Nabi
Saw., bersabda:
اِقْرَءُوْا القُرْآن فَإِنَهُ يَأْتِي يوم القِيَامة شَفِيْعًا
لِأَصْحَابِهِ
Oleh karena itu, seharusnya kita sebagai seorang muslim menjauhkan diri dari meninggalkan dan memutuskan hubungan dengan Al-Qur’an, walau dalam keadaan apapun. Karena hal tersebut merupakan salah satu sifat orang-orang musyrik sebagaimana dalam firman Alloh Swt.,
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَا تَسْمَعُوْا لِهَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا
فِيْهِ لَعَلَّكثمْ تَغْلِبُوْنَ
“ Dan orang-orang kafir berkata,” janganlah kamu mendengarkan Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya.”[9]
Bila
Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, maka mereka akan membuat kegaduhan, hiruk pikuk dan perkataan-perkataan lain sehingga kita tidak mendengarkannya.
Namun,
adapun hukum membaca Al-Qur’an dengan menggunakan ilmu tajwid hukumnya adalah fardu ‘ain.
D.
Pahala
Bagi Yang Membacanya
Karena kemuliaan Al-Qur’an, maka Allah ta’ala
menyediakan pahala yang sangat besar. Apalagi jika yang membacanya dengan hati
yang cinta kepada Al-Qur’an dan cinta kepada pemiliknya yaitu Allah Swt., terlebih
lagi jika yang membacanya juga sekaligus memahami maknanya, berusaha
mengamalkan dan menyebarkannya. Maka ia akan diangkat derajatnya disisi Allah Swt.,
sebagai orang yang paling mulia.
Sebagaimana hadits Rosululloh Saw.,
yang artinya:
“ Barangsiapa yang membaca satu
huruf dari kitab Allah maka akan memperoleh satu kebaikan. Setiap satu kebaikan
dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan :alif lam miimitu
sebagai satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim
satu huruf”. [10]
Begitu juga dengan hadits Nabi Saw.,
yang artinya:
“ yang paling mulia dari umatku
adalah para khatamul Qur’an[11]
dan para pecinta malam (penegak tahajud)”. [12]
1.
Satu
Huruf Al-Qur’an Sama Dengan Satu Kebaikan
Abdulloh bin Mas’ud
Radiallohu’anhu berkata: Rasulullah shalallohu’alaihi wasallam bersabda: “ Barangsiapa
membaca satu huruf dari kitabullah, maka baginya satu kebaikan, dan satu
kebaikan senilai dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan: “ alif laam
miim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, laam satu
huruf, miim satu huruf.” [13]
2.
Siapa
Yang Terbaik Diantara Kita?
Dari Utsman Radiallohu’anhu
secara marfu’:“ yang terbaik diantara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an
dan mengajarkannya.”[14]
3.
Kedudukan
Pahala Orang-Orang Yang Membaca Al-Qur’an
Dari Aisyah Radiallohu’anha dia
berkata: “orang-orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka kedudukannya diakhirat
bersama malaikat yang mulia lagi baik. Sementara orang yang membca Al-Qur’an dengan
tertatih-tatih dan sulit dalam membacanya, maka dia mendapatkan dua pahala.”[15]
4.
Kedudukan
Tinggi Para Penghafal Al-Qur’an
Dari Abdulloh bin Amrbin Al-ash radhiallohu‘anhu
secara marfu’: “ akan dikatakan kepada para penghafal Al-Qur’an, bacalah dan
naiklah ke atas. Bacalah dengan tartil sebagaimana ketika dulu didunia kamu
membacanya dengan tartil. Karena jenjang kamu (disyurga) barada diakhir ayat
yang biasa dulu kamu baca.”[16]
5.
Syafa’at
Al-Qur’an Bagi Para Pembacanya
Dari Abi Umamah Radhiallohu’anhu
ia berkata: “aku mendengar Rasululloh shalallohu’alaihi wasallam bersabda:
“bacalah olehmu Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan menjadi syafa’at pada hari
kiamat bagi para pembacanya”. [17]
6.
Pemuliaan
Nabi Kepada Para Penghafal Al-Qur’an
Nabi Saw., memberikan amanat
kepada para hafidz dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi. Dari Abu
Hurairah ia berkata: “ telah mengutus Rasululloh Saw., sebuah delegasi yang
banyak jumlahnya. Kemudian Rasul Saw., mengetes hafalan mereka, satu persatu
disuruh membaca apa yang mereka hafal, maka sampailah pada shahabi yang paling
muda usianya. Beliau bertanya, surat apa yang kau hafal? Ia menjawab: “ aku
hafal surat ini surat ini dan surat al-baqarah.” Benarkah kamu hafal surat
al-baqarah?” tanya nabi lagi. Shahabi menjawab, “benar”. Nabi bersabda: “
berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.” [18]
7.
Derajat
Penghafal Al-Qur’an Sama Dengan Derajat Kenabian
Nikmat mampu menghafal Al-Qur’an
sama dengan nikmat kenabian, beadanya ia tidak mendapatkan wahyu, “barangsiapa
yang membaca (hafal) Al-Qur’an, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat
kenabian, hanya saja tidak di wahyukan kepadanya”. [19]
8.
Para
Ahli Al-Qur’an Adalah Keluarga Allah Dibumi
Hafidz Qur’an adalah keluarga Allah
Saw., yang berada diatas bumi, “ sesungguhnya Allah Swt., mempunyai keluarga
diantara manusia, para sahabat bertanya, “siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul
menjawab: “para ahli Al-Qur’an. Merekalah keluarga Allah Saw., dan
pilihan-pilihannya”. [20]
9.
Mahkota Dan
Jubah Surga Untuk Para Pencinta Al-Qur’an Dan Orang Tua Yang Mendorong
Anak-Anaknya Dekat Dengan Al-Qur’an
Siapa yang membaca Al-Qur’an,
mempelajarinya dan mengamalkannya. Maka dipakaikan mahkota dari cahaya matahari
dan kedua orang tuanya dipakaikan jubah (kenuliaan) yang tidak pernah di
dapatkan didunia. Keduanya bertanya:“mengapa kami dipakaikan jubah ini?”
dijawab, “karena berdua telah memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur’an”.[21]
10.
Membaguskan
Suara Ketika Membacanya
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw,
“hiasilah Al-Qur’an dengan
suaramu”. [22]
Di dalah hadits lain juga dijelaskan, “tidak termasuk umatku orang yang tidak
melagukan Al-Qur’an”.[23]
Maksud hadits ini adalah membaca
Al-Qur’an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang
pendek bacaannya, tidak sampai keluar dari ketentuan tajwid dan seseorang tidak
perlu melenggokan suara diluar kemampuannya.
11.
Membaca Al-Qur’an Dimulai Dengan Isti’adzah
Allah Saw., telah berfirman yang
artinya: “dan bila kamu akan membaca Al-Qur’an, maka
mintalah perlindungan kepada Alloh dari godaan syaithan yang terkutuk.”[24]
Dengan catatan membaca Al-Qur’an dengan tidak
mengganggu orang yang sedang sholat, dan tidak perlu membacanya dengan suara
yang terlalu keras atau ditempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara lirih
dan khusyu.
12.
Keinginan
Yang Mulia (Keinginan Termasuk Golongan Ahli Qur’an)
“Tidak boleh seseorang
berkeinginan kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan
oleh Alloh kepadanya Al-Qur’an, kemudian ia membacanya sepanjang malam dan
siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, “andaikan
aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana
si fulan berbuat.”[25]
E.
Kemukjizatan Dan Kebenaran Al-Qur’an
Mukjizat adalah sesuatu yang luar
biasa, diluar batas kemampuan manusia, yang dikaruniakan Allah kepada Nabi atau
Rosul-Nya, untuk menguatkan risalah dakwahnya.
Diantara bukti bukti kemukjizatan
Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1)
Keindahan
gaya dan susunan bahasa yang tiada bandingannya.
Dalam hal ini Alloh memberikan tantangan
kepada segenap jin dan manusia, baik sendiri ataupun bersama-sama untuk membuat
yang semisal dengan Al-Qur’an satu surat saja. Namun, sampai saat ini tidak ada
yang dapat membuatnya.
“ Dan
jika kamu tetap dalam keraguan al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), buatlah yang semisal satu dengan Al-Qur’an satu surat saja dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu memang orang yang benar.”
[26]
2)
Memberikan
gambaran dan janji tentang masa depan.
Salah
satu diantaranya adalah pernyataan Al-Qur’an, bahwa akan segera terjadi perang
antara bangsa Rum (Romawi) dan Persia (pada zaman masa Rosululloh), pada perang
pertama Rum mengalami kekalahan, selanjutnya pada perang kedua Rum menang atas
Persia.
“Telah
dikalahkan bangsa Romawi, dinegri yang terdekat dan mereka setelah mengalami
kekalahan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi.”[27]
3)
Didalam
Al-Qur’an terdapat fakta-fakta ilmiah yang tidak mungkin diketahui manusia
ditanah Arab waktu itu, maupun manusia di bagian lain planet bumi, karena
peradabannya belum sampai. Baru diketahui dan difahami dikemudian hari,
khususnya setelah masuk peradaban modern.[28] Diantaranya:
a)
Perjalanan
manusia keluar angkasa dalam surat Ar-Rahman : 33
b)
Perbedaan
sidik jari manusia dalam surat Al-Qiyamah : 3-4
c)
Perkawinan
bunga-bunga dengan perantara angin dalam surat Al-Hijr : 22
d)
Lapisan
pelindung dalam janin dalam surat Az-Zumar : 6
e)
Tentang
kejadian manusia dalam surat Al-Mukminun : 12-14
4)
Al-Qur’an
diturunkan kepada seorang Nabi yang tidak tahu baca tulis, tidak memiliki guru
dan alat-alat informasi.
5)
Al-Qur’an
terjaga keutuhan dan kemurniannya sepanjang masa. Telah tebukti sedemikian
banyak para penghafal Al-Qur’an yang demikian tebal diluar kepala. Padahal
kebanyakan mereka tidak bisa bahasa Arab. Dan para penghafal Al-Qur’an telah
menjadi benteng penjaga Al-Qur’an.
F.
Langkah Menuju Cinta KepadaAl-Qur’an
Berbahagialah orang-orang yang telah berada dalam kecintaan kepada Al-Qur’an. Untuk menuju cinta kepada Al-Qur’an, tentu saja harus diawali dengan kedekatan dan keakraban dengan Al-Qur’an.
Adapun langkah-langkahnya diantaranya:
a.
Membacanya setiap waktu atau hari, khususnya diwaktu-waktu yang utama (setelah maghrib dan setelah shubuh).
b.
Berusaha selalu memahami maknanya dengan baik. Termasuk dalam memahami maknanya adalah dengan mempelajari terjemahnya, tafsir, asbabunnuzul (sebab-sebab turunnya ayat), serta termasuk aspek-aspek ilmu-ilmu Al-Qur’an lainnya.
c.
Berusaha
mengamalkan pesan-pesan Al-Qur’an secara bertahap, disertai dengan memohon kepada
Allah Swt., untuk dimudahkan dalam mengamalkan itu semua dengan rahmat, barokah
dan ridho-Nya.
d.
Berusaha menjadi hamba-hamba Allah Swt., yang dengan senang hati mengajarkan Al-Qur’an dan pesan-pesan atau nilai-nilai agung yang dibawanya.
يَآأَيَتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكَ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً فَادْخُلِى فِي عِبَدِي وَادْخُلِى جَنَّتِى
“ Wahai jiwa yang tenang, datanglah kepada Rabbmu dalam keadaan
ridho dan diridhoi-Nya, maka masuklah dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah
dalam syurga-Ku.”[29]
G. Adab Membaca Al-Qur’an
Sebaiknya orang yang hendak membaca Al-Qur’an berwudhu terlebih dahulu, dan memperhatikan adab-adab dalam membaca Al-Qur’an yang baik, duduk bersila, tidak boleh bersandar dan tidak boleh duduk dengan posisi seenaknya atau dengan posisi yang menggambarkan kecongkakan. Adapun posisi yang paling baik membaca Al-Qur’an adalah berdiri dalam shalat dan dilakukan dimasjid.
Dianjurkan untuk membaca Al-Qur’an dengan suara yang indah. Jika tidak bisa, diusahakan agar indah menurut kesanggupannya. Namun, orang-orang salaf memakruhkan bacaan dengan lagu. Melainkan membaca dengan suara yang pelan-pelan dan tersembunyi. Disebutkan dalam sebuah hadits yang berbunyi:
فَضْلُ قِرَاءَةُ السِّرِ عَلَى قِرَاءَةِ الْعَلَانِيَةِ كَفَضْلِ صَدَقةِ
السِّرِ عَلَى صَدَقَةِ العَلَانِيَةِ
“ kelebihan bacaan secara pelan-pelan atas bacaan secara keras sama dengan kelebihan shadaqoh secara sembunyi-sembunyi atas shadaqoh secara terang-terangan.”[30]
Jadi maksudnya bacaan pelan-pelan itu sekedar yang bisa didengar sendiri. Memang bacaan secara keras diperbolehkan pada saat-saat tertentu untuk tujuan yang benar, seperti untuk menguji kebenaran hafalan, agar tidak malas dan mengantuk, dan untuk membangunkan orang-orang yang tidur.
Orang
yang membaca Al-Qur’an harus melihat bagaimana kelembutan dan kasih sayang Allah Swt., terhadap makhluk-Nya, bagaimana Allah Swt., menyusupkan kalam-Nya kedalam pemahaman mereka. Dan orang yang membaca Al-Qur’an harus membuat gambaran yang pasti dan menyimak setiap ayat yang dibaca. Dia harus melepaskan diri dari hal-hal yang menghambat pemahaman, serta orang yang membaca Al-Qur’an juga harus tahu bahwa dirinyalah yang menjadi tujuan seruan Al-Qur’an dan ancamannya.[31]
H.
Kemuliaan atau kehinaan dengan Al-Qur’an
Menurut bacaan Nafi’ bin Abdul Harits dan dibenarkan oleh Umar bin Khottob, seseorangbisa dimuliakan di dunia ini (dengan diberi tanggung jawab kepemimpinan atau amanah mengatur masyarakat disuatu lembah) bila ia memiliki hubungan erat dengan kitabullah, tidak hanya hafal tapi juga memahami dan menerapkan secara nyata apa yang dikandung dalam Al-Qur’an.
Kemuliaan dan kedekatan seseorang kepada Allah Swt., adalah disebabkan ilmu dan amal shalih yang dimilikinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits yaitu dengan membaca dan mempelajarinya (supaya bisa dipahami dan berbuah menjadi amal shalih, tidak berhenti pada cara membaca dan memperbaiki bacaan serta menghafal saja).
Kemuliaan para ahlul qur’an tidak hanya berhenti didunia, tapi terus berlanjut sampai akhirat. Bahkan ahlul qur’an akan mendapatkan derajat yang tinggi disyurga.
a. Tangga awal menuju kemuliaan
Menghafal merupakan tangga awal menuju kemuliaan. Betapa banyak orang yang menghafal, namun bila hanya untuk diperlombakan dan untuk mencari dunia, maka tidak akan menjamin ilmu agama ini terpelihara serta membuat orangnya mulia. Menghafal bias dilakukan oleh siapa saja, bahkan orang kafir sekalipun, bila kaum muslimin yang lemah imannya memiliki hafalan yang kuat, ditakutkan apa yang dihafalnya itu menjadi saksi untuk mencelakakannya dineraka. Karena apa yang dihafal bertentangan dengan apa yang dilakukan.
b.Terhinakan dengan Al-Qur’an
Yang
hanya membaca dan membaguskan bacaannya kemudian sombong, tidak membenarkan khabar dan hukum-hukumnya, tidak mengamalkan tuntunannya, ragu akan kebenaran dan tidak mengimaninya, tidak melaksanakan perintahnya dan tidak menjauhi larangannya, maka mereka adalah kaum yang akan direndahkan oleh Al-Qur’an baik didunia maupun diakhirat. Bisa jadi juga cara menghinakan mereka adalah dengan diberi berbagai harta dan perhiasan dunia.
Mari kita renungkan keadaan kita saat ini sungguh aneh keadaan suatu kaum, yang memiliki panduan terbaik, terlengkap dan paling benar serata mengantarkan pada kemuliaan dunia dan akhirat. Mereka lebih memilih kerendahan dan kehinaan dengan membelakangi Al-Qur’an. Semoga Allah Swt., menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang dimuliakan Allah Swt., dengan Al-Qur’an.[32]
I.
KESIMPULAN
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mulia yang telah Allah Swt., turunkan kepada seluruh umat-Nya. Di dalamnya terdapat banyak sekali keistimewaan yang dapat dengan mudah membawa kita menuju ridho-Nya dengan kemuliaan
bersama Al-Qur’an yang dengan ridho-Nya dan rahmat-Nyalah kita dapat dengan mudah masuk kedalam jannah-Nya.
Oleh
karena itu, untuk tujuan yang mulia ini sebaiknya kita segera melangkah dengan
3M.
1.
Mulai
dari diri sendiri
2.
Mulai
dari apa yang bisa dikerjakan
3.
Mulai
sekarang juga
J.
PENUTUPAN
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang ikhlas mempelajari, mencintai dan memperjuangkan penyebaran serta kemakmuran Al-Qur’an dan menjadikan kita termasuk golongan yang dimuliakan Allah di dunia dan diakhirat, yang selalu dalam cinta-Nya, selalu dalam barokah-Nya, rahmat dan ridho-Nya di dunia dan di akhirat.
K.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Anis, Dr. Ibrahim, Mu’jam Al-Wasith, Qohiroh: 1972 M/1392 H
2. Zuhaili, Az-, Wahbah, Al-Wajiz
Fi Ushulil Fiqhi, Damaskus: Dar_ Al-Fikr 1999 M.
3. Abdul Baqi, Muhammad Fu’ad, Kumpulan HaditsShahihBukhari Muslim,Solo:
InsanKamil 2010 M.
4. Ammar, Abu, Al-Adnani, Abu
Fathiah, Mizanul Muslim, Solo: Cordova Mediatama 2010 M, cet. Ke-1 jld 2
5. Taimiyyah, Majmu’atul Fatawa,
Qohiroh: Darul Hadits, jld 1
6. Jazari,Al-, Abu Bakar,
Minhajul Muslim, Solo: Insan Kamil
2009 M, cet. Ke-1
7. Ghazali, Al-, Muhammad,
Al-Qur’an Kitab Zaman Kita, Bandung: Mizan Pustaka 1996 M/1417 H
8. Komunitas Cinta Al-Qur’an,
Menuju Kemulyaan Bersama Al-Qur’an, Indonesia: 2014 M
9. Majalah Ar-Risalah, Vol. XXVII
No. 171 No. 03, Dzulqa’dah-Dzulhijjah 1436 H/ September 2015 M
10.
Miji Lestari,
Prembayun, Bikin Kamu Tergila-Gila Membaca, Yogyakarta:Book Magz Pro-U
Media.
[2]Dr.
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Wajiz Fi UshulilFiqhi, (Damaskus: Dar al-Fikr
1999),hlm. 24
[3]Ibid
[4]QS.
Asy-Syu’ara: 192-195
[5]Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Kumpulan HaditsShahihBukhari Muslim,(Solo:
InsanKamil 2010),hlm. 200 no. 36
[6]QS.
Al-Kahfi: 27
[7]QS.
An-Naml: 91-92
[8]HR.
Muslim
[9]QS.
Fushilat: 26
[10]HR.
Tirmidzi
[11] Khatamul
Qur’an adalah mereka yang mencintai Al-Qur’an, setiap hari membaca dan
memahami maknannya, serta berusaha mengamalkan dan mengajarkan atau
memperjuangkan semampunya.
[12] HR.
At-Tabtani dan Baihaqi
[13] HR.
At-Tirmidzi no. 2910 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam takhrij
Ath-Thahawiyyah no. 158
[14] HR.
Al-Bukhori no. 5027
[15] HR.
Muslim no. 798
[16]HR.
Ahmad no. 6796 dan dinyatakn shahihh oleh Al-Albani dalam shahih Al-Jami’ no.
8122
[17] HR.
Muslim
[18] HR.
At-Turmudzi dan An-Nasai’
[19] HR.
Hakim
[20] HR.
Ahmad
[21] HR.
Hakim
[23]HR. Bukharidan Muslim
[24]QS. An-Nahl: 98
[25]HR. Bukhari
[26] QS.
Al-Baqarah: 23
[27] QS.
Ar-Rum: 2-5
[28]
Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Al-Qur’an Kitab Zaman Kita, (Bandung: Mizan
2008), hlm. 216
[29] QS.
Al- Fajr: 27-30
[30] HR.
Abu Dawud dan At-Tirmidzi
[31]
Syaikh Ibnu Taimiyyah, Majmu’atul Fatawa, (Qohiroh: Darul Hadits) jld. 2
hlm.
[32]
Majalah Ar-Risalah, Vol. XXVII No. 171 No. 03, Dzulqa’dah-Dzulhijjah 1436 H/
September 2015 M, hlm. 41
0 komentar:
Posting Komentar